Mohon tunggu...
Isti
Isti Mohon Tunggu... Relawan - https://zonapsiko.wordpress.com

Not verified

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa pun Presiden Pasca SBY akan Tetap Dihujat

25 Januari 2014   17:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini era SBY pun mengalami hal serupa, hujatan demi hujatan mengarah kepadanya. Terlebih dibanding beberapa Presiden sebelumnya di era reformasi, masa jabatan SBY paling lama yakni dua periode. SBY dinilai sebagai Presiden tukang curhat, tidak tegas, hobi pencitraan. Kebijakannya memberikan grasi kepada bandar narkoba dan lambannya dalam menuntaskan kasus Bank Century menuai banyak kritik dan hujatan, dan masih segudang materi hujatan yang melekat pada diri SBY.

Dalam perjalanan kepemimpinan SBY, kemudian muncul romantisme sejarah dalam pikiran sebagian besar rakyat Indonesia akan masa-masa Soeharto memimpin Negeri ini. Terbitlah kalimat-kalimat satir seperti "piye kabare? enak jamanku to??" atau "bensin di jamanku Rp 700, saiki piro Le?" dan beberapa bentuk satir lainnya. Meski tidak diketahui siapa pencetus satir ini namun kemudian ternyata ia mampu mensugesti pikiran rakyat untuk mengenang masa-masa kepemimpinan Soeharto terutama kesan-kesan baiknya.

Rakyat lupa akan dosa-dosa Soeharto yang dibuatnya selama puluhan tahun dengan tiraninya yang membungkam kebebasan berpendapat mereka. Rakyat hanya ingat, jaman Soeharto itu aman dan harga kebutuhan pokok serba murah. Bagi mereka, jaman Soeharto memimpin jauh lebih baik daripada jamannya SBY. Rakyat tak melihat bahwa pada era SBY mereka boleh bebas berpendapat tanpa perlu merasa takut ditodong senjata dan masuk bui seperti di jaman Orba.

Begitulah, Soeharto telah melewati dua masa itu; masa dihujat [meski awalnya hanya dalam hati yang akhirnya meledak juga] ketika beliau menjabat sebagai presiden dan masa sanjung puji setelah beliau lengser dari kursi kepresidenan dan terlebih lagi setelah beliau wafat. Sebanyak apapun dosa-dosa politiknya, akan dapat tertutupi dengan kebaikan yang dilakukan beliau saat dibandingkan dengan presiden yang tengah menjabat sesudahnya, terutama oleh mereka yang merasa kepentingannya terpenuhi saat itu.

Dan kini, SBY masih harus menjalani masa dihujat itu karena beliau masih menduduki jabatan presiden yang tinggal beberapa bulan ke depan. Maka telan saja semua itu, kelak ada saatnya SBY kecipratan sanjung puji sebagai tetes terakhir dari kran yang menyisakan beningnya manakala beliau lengser nanti.

Itulah manusia yang senang dan akan selalu membandingkan. Presiden yang sekarang akan dibandingkan dengan presiden sebelumnya, dan nilai kebaikan milik presiden yang lengser itu, sedikit atau banyak akan mulai terlihat dan disebut-sebut kembali. Dan, siapa pun presiden sesudah SBY harus siap menerima kenyataan ini. Ketika pada waktunya, ia akan dibandingkan dengan presiden sebelumnya yakni SBY. Saat itu, sangat mungkin terjadi citra SBY menjadi lebih baik dari presiden yang sedang menjabat meski faktanya mungkin tidak sepenuhnya begitu. Sebab rakyat Indonesia ini begitu romantis dan reaktif; mudah benci dan menghujat setiap persoalan yang mengemuka sekaligus mudah memaafkan kesalahan yang telah lampau.

Seperti Soeharto dan Gusdur yang baru tampak jasa dan kebaikannya setelah mereka wafat, maka SBY pun sepertinya harus besabar diri. Akan datang masanya di mana kran itu mengalirkan sisa-sia tetes beningnya. Sebarapa banyak tetes bening dan seberapa lama waktu SBY harus menunggu tergantung pada sepak terjang presiden sesudahnya dan seberapa banyak kebaikan SBY yang rakyat simpan dalam memori jangka panjang mereka.

Sesempurna apa pun presiden pasca SBY nanti, ia tak akan lepas dari hujatan dan pembandingan dengan presiden sebelumnya. Begitu seterusnya. Yah, ini lah panggung dunia itu dengan rasanya yang nano-nano dan seringnya takterduga. "Kebaikan seseorang itu akan kelihatan setelah ia tidak lagi bersama kita." Kalimat ini mungkin banyak benarnya. Dan keseluruhan tulisan ini hanya sebuah opini pribadi yang bisa saja salah.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun