Mohon tunggu...
Isti
Isti Mohon Tunggu... Relawan - https://zonapsiko.wordpress.com

Not verified

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Profesi Masa Depan adalah Menolong Diri Sendiri

17 Agustus 2014   17:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:19 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian seorang aktor dunia - Robbin Williams dengan cara bunuh diri (11/8) menghentak kesadaran sisi kemanusiaan kita. Saya mengagumi aktor komedian ini, selain karena aktingnya yang luar biasa, wajah tersenyum dan mata teduhnya selalu memukau. Ia mampu membius dan menipu penonton bahkan pemujanya tanpa harus mengetahui kehidupan pahitnya di balik layar. Sebelumnya ada Curt Cobain, Michael Jackson, John Lennon dan masih banyak lagi aktris dan aktor dunia yang tampak glamour di mata publik namun terpuruk dalam gelap dunia realitasnya. Mereka depresi dalam hiruk pikuk dan elu-elu an pemujanya.

Kita juga mendengar dan membaca berita tentang gugatan yang ditujukan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) atas undang-undang larangan 'bunuh diri'  yang dilakukan  Ryan - seorang akademisi dengan pendidikan tinggi, demi memperoleh legalitas atas keinginannya untuk bunuh diri karena putus asa bahwa pendidikan yang dimilikinya tidak dapat menjamin kesejahteraan hidupnya.

Lalu ada Marshanda - mantan artis cilik yang mulai mengenakan jilbab, yang kini kembali didera depresi karena terbelit problem rumah tangga dan konflik dengan ibu kandungnya. Marshanda lalu membuat sebuah video klip dan diunggahnya melalui youtube berisi 'tantangan' kepada Tuhan dalam lantunan puisinya, bahwa ia tetap bahagia meski Tuhan memberinya banyak cobaan. Kata 'bahagia' yang dilontarkan Marshanda sesungguhnya adalah ungkapan untuk menutupi kerapuhannya. Hal ini sering dilakukan oleh mereka yang kerap dilanda cobaan -  "Ayo, beri aku tantangan yang lebih besar dari ini!" Demikian kira-kira makna yang terkandung di dalamnya.Marshanda kehilangan pijakan dan mengumbar depresinya ke publik. Mungkin ia butuh dukungan atas pilihan sikapnya atau Marshanda hanya butuh media untuk katarsis.

Robbin Williams, Michael Jackson, Marshanda dan yang lainnya adalah public figure yang hidup dalam keberlimpahan materi dan sanjung puja serta popularitas. Namun semua itu tak membuat mereka merasa bahagia dan berharga. Sebaliknya,  hampa dan gersang jiwa yang mereka rasakan. Di luar sana masih banyak manusia dengan karakteristik serupa mereka yang butuh pertolongan. Amat disayangkan, bahkan orang-orang terdekat mereka tak mampu menolong diri mereka. Ryan misalnya, dalam keterpurukannya ia justeru ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya - keluarganya. Mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri.

Hidup dalam tekanan kompetisi yang sedemikian ketat dan kompleksitas problematika mengakibatkan tingkat stress yang juga semakin tinggi. Risiko bunuh diri pun meningkat bahkan untuk sesuatu masalah yang sepele. Individualisme menjadi bagian dari gaya hidup saat ini, di mana persaingan menjadi nyawa untuk sebuah kata 'survive'. Yang mampu bersaing dan bertahanlah yang akan tetap hidup dan yang kalah menjadi pecundang lalu selesailah kehidupan ini baginya. Kondisi seperti ini menuntut kita untuk dapat 'menolong diri sendiri' , tak bisa berharap banyak akan pertolongan orang lain.

Ya, hanya orang-orang yang mampu menolong dirinya sendiri - ketika mereka menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya - yang mampu bersaing dan bertahan dalam menjalani kehidupan ini. Kemampuan dan kesiapan untuk menolong diri sendiri hanya terlahir dari mental yang sehat, yang mampu mengenali diri dan bersedia mendekati Tuhannya.

artikel terkait:

Rendahnya AQ Generasi Muda Kita

Hidup Bermakna dengan Ibadah (Komparasi Logoterapi Frankl)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun