2. Jadilah pendengar yang baik dan supportif tetapi tidak memberikan harapan-harapan palsu seperti ucapan "semua akan baik-baik saja" atau "kamu itu anak yang beruntung."
3. Jangan abaikan tanda-tanda yang mencurigakan atau ancaman bunuh diri yang diucapkan anak;
4. Jangan menolak untuk membahas soal bunuh diri yang diajukan anak seperti ucapan; "kamu ngomong apa sih? Jangan macam-macam ah!";
5. Jangan memberikan respon dengan candaan dan humor, sanggahan, atau penolakan semisal; "coba saja bunuh diri kalau berani!" atau "paling kamu cuma ngancam doang", atau "stop ngomong gitu lagi, (bunuh diri) ayah/ibu nggak mau dengar!";
6. Jangan membiarkan anak sendirian saat ia jelas-jelas menunjukkan upaya bunuh diri, seperti menyiapkan pil, racun serangga, atau senjata tajam;
7. Mintalah batuan tenaga profesional seperti psikolog, psikiater, atau ahli agama.
8. Setelah masa krisis lewat, orang tua harus tetap waspada dan menjaga mental anak agar tetap stabil untuk menghindari pengulanga bunuh diri.
9. Dan yang paling penting adalah menghindarkan anak dari niatan bunuh diri dengan membangun dan membina hubungan yang baik, intim dan menyenangkan dengan anak.
Semoga kita orang dewasa dan terutama para orang tua lebih bijak dan adil dalam memahami dan memperlakukan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H