Mohon tunggu...
NENGHENDRIYANI
NENGHENDRIYANI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki di Tangga Suci

27 Maret 2018   12:42 Diperbarui: 27 Maret 2018   13:00 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

LELAKI DI TANGGA SUCI

Neneng Hendriyani

Kerap kali aku melihat

Lelaki tegap di sana

Mahkotanya tinggi menjulang

Bertabur emas dan pualam

Berdiri memandangku 

Tiada pernah ia jemu

Kalungnya panjang 

menghias dadanya yang bidang

Sepasang gelang berkepala ular naga 

melingkari lengannya

Celana beludru dihias jarik batik berprada emas menyala

Diikatnya kuat dengan lambang wijaya kusuma

Sementara kedua kakinya dihias gelang bulat ksatria

Sebilah keris terselip di pinggangnya

Aku terpesona

Diam-diam ku menatapnya

Ada takut yang kurasa

Ingin lari bila jumpa

Tatap matanya tajam bak elang 

Buas bagai singa lapar

Namun senyumnya tulus 

Penuh kerinduan

Aku terpana

Di balik kemboja aku melihatnya

Masih berdiri di tempat yang sama

Di antara ratusan anak tangga

Kadang aku ingin menutup mata

Berharap tak lagi melihatnya

Namun ia masih di sana

Sangat jelas meski aku tertidur pulas

Aku tak mengerti

Kadang bila aku tak melihatnya

Aku mencari di antara dahan kemboja

Ada rindu yang memaksa

Ada rasa ingin terus jumpa

Aku sungguh tak berdaya

Lelaki tegap itu masih di sana

Membawa sekeping hatiku di sekuntum kemboja

Berharap bisa bersemuka

Seperti dahulu kala

(Karadenan, 8/11/2017)LELAKI DI TANGGA SUCI

Neneng Hendriyani

Kerap kali aku melihat

Lelaki tegap di sana

Mahkotanya tinggi menjulang

Bertabur emas dan pualam

Berdiri memandangku 

Tiada pernah ia jemu

Kalungnya panjang 

menghias dadanya yang bidang

Sepasang gelang berkepala ular naga 

melingkari lengannya

Celana beludru dihias jarik batik berprada emas menyala

Diikatnya kuat dengan lambang wijaya kusuma

Sementara kedua kakinya dihias gelang bulat ksatria

Sebilah keris terselip di pinggangnya

Aku terpesona

Diam-diam ku menatapnya

Ada takut yang kurasa

Ingin lari bila jumpa

Tatap matanya tajam bak elang 

Buas bagai singa lapar

Namun senyumnya tulus 

Penuh kerinduan

Aku terpana

Di balik kemboja aku melihatnya

Masih berdiri di tempat yang sama

Di antara ratusan anak tangga

Kadang aku ingin menutup mata

Berharap tak lagi melihatnya

Namun ia masih di sana

Sangat jelas meski aku tertidur pulas

Aku tak mengerti

Kadang bila aku tak melihatnya

Aku mencari di antara dahan kemboja

Ada rindu yang memaksa

Ada rasa ingin terus jumpa

Aku sungguh tak berdaya

Lelaki tegap itu masih di sana

Membawa sekeping hatiku di sekuntum kemboja

Berharap bisa bersemuka

Seperti dahulu kala

(Karadenan, 8/11/2017)

(Diambil dari buku Setangkup Rindu Dari Masa Lalu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun