Mohon tunggu...
NENG DAHLIA
NENG DAHLIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Keluarga Dalam Mencegah Pengisolasian Diri dan Meningkatkan Kesehatan Menatal Remaja

3 November 2023   11:21 Diperbarui: 3 November 2023   11:21 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH PENGISOLASIAN DIRI DAN MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL REMAJA

         Kesehatan mental merupakan salah satu hal yang selalu didambakan manusia. Kesehatan mental oleh para ahli didefinisikan sebagai terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem­problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Modernisasi, industrialisasi, dan kemajuan ilmu pengetahuan-teknologi telah menciptakan peradaban yang menjanjikan kemajuan dan kemudahan bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Modernisasi juga menimbulkan perubahan-perubahan sosial yang sangat cepat, sehingga tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan­perubahan tersebut sehingga dapat menimbulkan kebingungan, kecemasan, ketakutan, dan frustrasi. Frustrasi dan ketakutan-ketakutan tersebut menimbulkan ketegangan-ketegangan batin, konflik­konflik batin, dan gangguan-gangguan emosional, yang menjadi  persemaian subur bagi Umbulnya ketidaksehatan mental (Bukhori, 2006).

         Keluarga merupakan satu hal terpenting dalam pengasuhan anak, karena anak dibesarkan dan dididik oleh keluarga. Orang tua merupakan cerminan yang bisa dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya dalam keluarga. Jika  pengasuhan  anak  belum bisa  dipenuhi  secara  baik  dan  benar,  tidak menutup kemugkinan  akan  memunculkan masalah dan konflik, baik di dalam diri anak itu sendiri, antara anak dengan orangtuanya, maupun anak dengan lingkungannya. Setiap pola pengasuhan harus memberikan rasa nyaman tetapi juga diperkuat dengan batasan norma-norma yang menghindarkan anak  pada  perilaku  menyimpang. Batasan  tersebut  sejatinya  bukan bermaksud  membuat  anak  terkekang  namun  justru  membuat  anak merasa terlindungi. Misalnya dengan selalu mendampingi anak ketika menonton acara televisi dan mengarahkanya agar tidak kecanduan game online, serta   mengarahkan anak agar lebih mengutamakan belajar.  Bila batasan-batasan tersebut terlalu  mengekang  anak  justru akan  membuat  anak  merasa  terancam (Rahkmawati, 2015). Hal tersebut dapat membuat anak merasa harus menjaga batasan namun secara ekstrem, mengisolasi diri karena berpikir bahwa dirinya lebih baik tidak melakukan hal apapun dan memilih berdiam diri dan memainkan gadgetnya tanpa membuat masalah. Yang nantinya akan membuat anak menutup diri secara sosial dan pada saat ini lebih sering disebut ‘NOLEP’.

         Pengisolasian diri atau NOLEP (No Life) adalah frasa slang yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang dianggap tidak memiliki kehidupan sosial atau hobi di luar dari suatu aktivitas tertentu yang sangat ter-obsesifkan. Biasanya, frasa ini digunakan dengan konotasi negatif dan dapat dianggap merendahkan. Istilah ini sering digunakan dalam konteks di mana seseorang dianggap menghabiskan sebagian besar waktunya dalam kegiatan yang dianggap tidak produktif atau kurang berhubungan dengan kehidupan sosial yang sehat (Julianti, 2023).

         Dalam buku Mental Hygiene (2019), Kesehatan mental berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, Bagaimana seseorang memikirkan, merasakan dan menjalani keseharian dalam kehidupan; Kedua, Bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan orang lain; dan Ketiga, bagaimana seseorang mengevaluasi berbagai alternatif solusi dan bagaimana mengambil keputusan terhadap keadaan yang dihadapi. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan. Kesehatan mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud antara fungsi-fungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika yang dihadapi, serta mampu merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya secara positif. Selanjutnya ia menekankan bahwa kesehatan mental adalah kondisi dimana individu terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala penyakit jiwa (psychose). WHO mendefinisikan tentang kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan berbuah, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya (Fakhriyani, 2019).

         Dalam Artikel kementerian kesehatan dengan judul Peran Keluarga dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak, Peran keluarga dalam mencegah pengisolasian diri (nolep) dan meningkatkan kesehatan mental memiliki pengaruh dan peran yang sangat penting dalam kehidupan setiap individu. Kesehatan mental yang baik merupakan aset berharga, dan keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan dan tempat yang mendukung dan menjaga kesejahteraan mental.

         Ada banyak hal yang dapat membuat seseorang merasa bahwa dirinya  harus mengisolasi diri dan menyamankan diri untuk selalu berada di rumah tanpa melakukan aktifitas sosial. Pertama, anggota keluarga atau orangtua memberikan pola asuh yang otoriter sehingga membuat anak tekut dan tidak bisa mengambil keputusan sendiri, dia akan takut untuk berada di dunia luar karena tidak ada yang bisa membantu untuk menentukan hal apa yang harus dilakukan. Kemudian pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan, seseorang akan merasa bahwa dirinya tidak aman dan tidak memiiki tempat perlindungan ketika berinteraksi sosial tanpa pendamping, seseorang tersebut akan kebingungan ketiika menghadapi suatu masalah atau kejadian karena seseorang tersebut selalu menyelesaikan masalah dengan bantun orang lain, sehingga anak akan berketergantungan terhadap orang lain dan tidak mampu berdiri sendiri. Zona nyaman yang dibuat orangtua membuat anak takut untuk menghadapi dunia luar. Selanjutnya karena orangtua yang kurang mendukung secara mental dan emosional, yag membuat anak tidak merasa percaya diri dengan dirinya sehingga anak akan lebih memilih menutup diri dari lingkungan luar dan interaksi sosial (Wardhana, 2023).

         Dengan adanya masalah tersebut, ada beberapa cara yang membuktikan bahwa keluarga sangat berperan penting dalam upaya mencegah pengisolasian diri (nolep) terhadap kesehatan mental. Keluarga dapat berperan sebagai penjaga keamanan emosional. Anggota keluarga seringkali menjadi pendengar pertama bagi perasaan dan pikiran yang mungkin sulit diungkapkan. Melalui ekspresi cinta, perhatian, dan pengertian, keluarga dapat membantu individu mengatasi stres dan perasaan cemas. Selain itu, Kegiatan bersama keluarga, seperti bermain, makan bersama, atau liburan bersama, dapat memperkuat ikatan emosional dan mengurangi risiko pengisolasian diri (Ruti Wiyati, 2010).

         Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam mencegah pengisolasian diri (Nolep) ketika anggota keluarga mereka sedang dalam umur pertumbuhan atau penemuan jati diri mereka. Anggota keluarga merupakan kunci dalam memastikan kesejahteraan anggota keluarga lainnya. Dengan komunikasi yang terbuka, dukungan emosional, dapat menjadi pondasi atau dasar yang kokoh dalam mendukung kesehatan mental yang baik. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya tanggungjawab pribadi untuk dapat memastikan bahwa setiap anggota keluarganya merasa didukung, terhubung, dan mampu mengatasi tantangan dan masalah kesehatan mental dengan membantu menjalin hubungan sosial yang baik sesama anggota keluarga sebagai upaya Menjaga dan meningkatkan kesehatan mental.

Referensi

Bukhori, B. (2006). Kesehgatan Mental Mahasiswa Ditinjau dari Religiusitas dan Kebermaknaan Hidup. Psikologika:Jurnal Pemikiran dan penelitian Psikologi, 93-103.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun