Mohon tunggu...
NENG APRIANTI
NENG APRIANTI Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110012 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaaan Pajak - Prof. Dr. Apollo Daito, S.e., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

K04 Quiz to 05 Oktober - Pemeriksaan Pajak Kritik dan Evaluasi Compliance Risk Management pada Pemikiran Aristotle, Cartesian dan Nas

10 Oktober 2024   17:36 Diperbarui: 10 Oktober 2024   18:37 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K04_Modul K04_Modeling Compliance Risk Management (CRM) Prof Apollo (2024)

Payoff mencerminkan hasil dari strategi yang dipilih oleh masing-masing pemain. Ketika kita berbicara tentang wajib pajak dan otoritas pajak, payoff tidak hanya sekadar angka yang menunjukkan hasil finansial, tetapi juga mencakup dimensi moralitas dan efisiensi.

Moralitas dan Etika

Moralitas berperan penting dalam menentukan pilihan strategi. Dalam banyak kasus, individu atau organisasi dapat menghadapi pilihan antara mematuhi aturan (etika) atau mengabaikannya demi keuntungan jangka pendek. Hal ini dapat diilustrasikan dengan model permainan seperti "Prisoner's Dilemma," di mana kerjasama (kepatuhan) dapat menghasilkan hasil yang lebih baik secara keseluruhan dibandingkan dengan pengkhianatan (pelanggaran).

Efisiensi dalam Compliance Risk Management

Efisiensi dalam konteks ini berkaitan dengan bagaimana sumber daya digunakan untuk memastikan kepatuhan. Ini bisa meliputi biaya untuk implementasi program kepatuhan, pelatihan , dan pengawasan. Dalam teori permainan, kita sering mencari keseimbangan Nash, di mana tidak ada pemain yang memiliki insentif untuk mengubah strategi mereka secara unilateral. Dalam konteks ini, efisiensi akan tercapai jika semua pemain (individu atau organisasi) berinvestasi dalam kepatuhan, sehingga mengurangi risiko dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil.

Interaksi antara Moralitas dan Efisiensi

Kedua konsep ini saling berkaitan. Sementara efisiensi dapat dicapai melalui kepatuhan yang konsisten, moralitas dapat mempengaruhi keputusan individu.

Bagaimana teori permainan bisa diterapkan pada Compliance Risk Management di DJP?

Teori permainan dapat diterapkan dalam Compliance Risk Management di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan beberapa cara yang strategis. Berikut adalah beberapa contohnya:

  • Interaksi antara DJP dan Wajib Pajak
  • Dalam konteks perpajakan, DJP dan wajib pajak dapat dipandang sebagai pemain dalam permainan. DJP berusaha untuk memaksimalkan kepatuhan pajak, sedangkan wajib pajak mungkin berusaha meminimalkan kewajiban pajaknya. Pemodelan interaksi ini dapat membantu DJP merumuskan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kepatuhan, seperti insentif bagi wajib pajak yang patuh.
  • Deteksi dan Pencegahan Kecurangan
  • Dalam hal ini, DJP dapat merancang strategi untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan pajak dengan mempertimbangkan keputusan wajib pajak. Misalnya, jika DJP meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum, wajib pajak mungkin akan berpikir dua kali sebelum melakukan kecurangan, sehingga menciptakan keseimbangan baru dalam strategi kepatuhan.
  • Pendidikan dan Sosialisasi
  • Dengan menggunakan teori permainan, DJP dapat merancang kampanye edukasi yang mempertimbangkan reaksi wajib pajak terhadap berbagai pendekatan. Misalnya, komunikasi yang lebih transparan dan informatif dapat meningkatkan kepatuhan, terutama jika wajib pajak merasa bahwa risiko penalti berkurang.
  • Simulasi dan Modeling
  • DJP dapat menggunakan simulasi untuk memodelkan berbagai skenario risiko kepatuhan dan dampaknya terhadap pendapatan pajak. Ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik berdasarkan proyeksi perilaku wajib pajak di bawah berbagai kondisi.
  • Keterlibatan Stakeholder
  • DJP dapat melibatkan berbagai stakeholder dalam proses perumusan kebijakan perpajakan, mengakui bahwa keputusan mereka akan mempengaruhi kepatuhan secara keseluruhan. Melalui pendekatan ini, DJP dapat menciptakan solusi yang lebih kolaboratif dan mengurangi risiko compliance.

Apa Kritik Compliance Risk Management dalam konteks teori permainan Menurut John Nash?

  • Simplicity of Assumptions
  • Teori permainan sering kali beroperasi di bawah asumsi bahwa semua pemain adalah rasional dan memiliki informasi yang sempurna. Namun, dalam praktiknya, perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor emosional dan kognitif yang tidak selalu rasional, sehingga mempengaruhi kepatuhan.
  • Overemphasis on Self-Interest
  • Teori permainan sering mengedepankan kepentingan individu di atas kepentingan kolektif. Dalam banyak kasus, kepatuhan terhadap regulasi memerlukan kolaborasi dan komitmen bersama, yang mungkin tidak tercermin dalam model-model yang hanya fokus pada strategi individu.
  • Underestimating External Influences
  • Keputusan untuk mematuhi atau tidak mematuhi regulasi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti tekanan sosial, budaya organisasi, dan pengawasan regulasi. Teori permainan sering kali tidak mempertimbangkan elemen-elemen ini secara memadai.
  • Limited Scope of Outcomes
  • Dalam banyak model, hasil yang dianalisis hanya terbatas pada payoff finansial. Namun, konsekuensi dari ketidakpatuhan juga bisa meliputi kerusakan reputasi, kehilangan kepercayaan publik, dan implikasi hukum, yang tidak selalu dapat diukur dalam angka.

Apa Evaluasi Compliance Risk Management dengan Keseimbangan Menurut John Nash?

  • Evaluasi Keseimbangan Nash menunjukkan bahwa kepatuhan dapat menjadi strategi kooperatif yang lebih menguntungkan bagi semua pihak. Dalam skenario di mana semua individu atau organisasi mematuhi regulasi, hasil keseluruhan dapat lebih stabil dan menguntungkan.
  • Untuk mencapai Keseimbangan Nash yang menguntungkan, penting untuk merancang insentif yang memotivasi kepatuhan. Ini bisa berupa pengurangan biaya atau penghargaan bagi mereka yang mematuhi regulasi, sehingga menciptakan hasil yang lebih baik secara kolektif.
  • Evaluasi juga harus mempertimbangkan bahwa situasi kepatuhan dapat berubah seiring waktu. Model yang lebih dinamis yang memperhitungkan perubahan dalam lingkungan regulasi dan perilaku individu dapat memberikan wawasan yang lebih akurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun