Verstehen (Pemahaman)
Verstehen menekankan pentingnya memahami tindakan dan keputusan dari perspektif subjektif. Dalam konteks pemeriksaan pajak, ini berarti auditor harus menggali lebih dalam untuk memahami konteks di balik keputusan perpajakan yang diambil oleh wajib pajak. Metode ini mengutamakan interaksi dan komunikasi, yang sering dilakukan melalui wawancara dengan wajib pajak atau analisis dokumen non-numerik.
Melalui Verstehen, auditor dapat:
- Menggali motivasi di balik keputusan perpajakan wajib pajak.
- Memahami tantangan yang dihadapi wajib pajak, seperti kebingungan terhadap peraturan atau tekanan ekonomi.
- Menangkap nuansa yang mungkin tidak terlihat dalam analisis kuantitatif, seperti pandangan budaya atau sosial yang mempengaruhi perilaku wajib pajak.
Wilhelm Dilthey juga memperkenalkan tiga konsep kunci dalam pendekatan kualitatif: Erlebnis (pengalaman), Ausdruck (ekspresi), dan Verstehen (pemahaman).
Erlebnis, merujuk pada pengalaman hidup yang bersifat subjektif dan mendalam. Bagi Dilthey, pengalaman ini bukan sekadar serangkaian peristiwa, tetapi merupakan keseluruhan yang mencakup perasaan, pemikiran, dan konteks budaya individu. Dengan menekankan pentingnya pengalaman, Dilthey ingin menunjukkan bahwa untuk memahami perilaku dan tindakan manusia, kita harus mempertimbangkan latar belakang personal dan situasional yang membentuk pengalaman tersebut. Pendekatan ini mengajak peneliti untuk menggali kedalaman pengalaman individu agar dapat memahami makna di balik tindakan mereka.
Contoh: Seorang pemilik usaha kecil menghadapi pemeriksaan pajak. Dia merasa sangat tertekan karena tidak yakin apakah semua dokumennya lengkap dan sesuai. Pengalaman ini mempengaruhi cara dia berinteraksi dengan petugas pajak. Kecemasan ini dapat membuat komunikasi menjadi kurang efektif.
Ausdruck, berkaitan dengan cara individu mengekspresikan pengalaman dan perasaan mereka. Ekspresi ini dapat berupa bahasa, seni, atau perilaku, yang memberikan wawasan tentang bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Dilthey percaya bahwa ekspresi adalah jendela ke dalam jiwa manusia, di mana peneliti dapat menangkap nuansa dan kompleksitas emosi. Melalui pemahaman ekspresi ini, kita dapat lebih mudah menyelami konteks sosial dan budaya yang memengaruhi individu.
Contoh: Saat petugas pajak menanyakan rincian tentang laporan keuangan, seorang wajib pajak menjawab dengan nada defensif dan gestur tertutup. Ekspresi ini dapat menimbulkan kesan negatif bagi petugas pajak dan berpotensi memperumit proses pemeriksaan, karena menurunkan tingkat kepercayaan.