Apa Itu Konsep Hermeneutika Hans-Georg Gadamer?
Hans-Georg Gadamer mengembangkan teori hermeneutika yang menekankan pentingnya pemahaman dan interpretasi dalam komunikasi dan pengetahuan. Menurutnya, pemahaman bukan hanya tentang menemukan makna dari teks atau situasi, tetapi juga tentang dialog dan interaksi antara subjek yang memahami dan objek yang dipahami. Gadamer menekankan bahwa setiap pemahaman terjadi dalam konteks sejarah dan budaya yang tertentu, yang disebutnya sebagai "situasi historis."
Konsep ini sangat relevan ketika kita mencoba memahami mekanisme dan alur pemeriksaan perpajakan, di mana interaksi antara wajib pajak dan otoritas pajak sangat bergantung pada pemahaman yang benar terhadap regulasi dan praktik perpajakan. Pemeriksaan perpajakan bukanlah proses mekanis, tetapi merupakan dialog yang membutuhkan pemahaman kontekstual.
Gadamer juga mengemukakan bahwa setiap pemahaman dibentuk oleh praanggapan. Dalam konteks pemeriksaan pajak, praanggapan ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti kebijakan pemerintah, persepsi publik tentang kewajiban perpajakan, dan pengalaman sebelumnya baik dari otoritas pajak maupun wajib pajak. Misalnya, jika otoritas pajak memiliki praanggapan bahwa sebagian besar wajib pajak tidak jujur, ini dapat memengaruhi cara mereka melakukan pemeriksaan, termasuk pendekatan yang lebih agresif.
Pentingnya Hermeneutika dalam Pemeriksaan Perpajakan
Sistem self-assessment dirancang untuk memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya. Dalam pendekatan ini, diharapkan wajib pajak akan bersikap jujur dan akuntabel, karena mereka bertanggung jawab penuh atas laporan dan pembayaran pajak mereka. Meskipun demikian, risiko ketidakpatuhan tetap ada. Oleh karena itu, otoritas pajak perlu melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa sistem ini berfungsi dengan baik.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan perpajakan adalah proses di mana otoritas pajak mengevaluasi kepatuhan wajib pajak terhadap undang-undang perpajakan. Dalam proses ini, pemahaman terhadap teks hukum, peraturan, dan dokumen keuangan sangat penting. Hermeneutika Gadamer menawarkan kerangka untuk memahami bagaimana berbagai interpretasi bisa muncul dalam konteks perpajakan. Hal ini dapat membantu untuk mengidentifikasi potensi konflik antara wajib pajak dan otoritas pajak, serta memberikan panduan untuk dialog yang konstruktif.
Mengapa Hermeneutika Penting dalam Pemeriksaan Perpajakan?
- Kompleksitas Hukum Perpajakan : Hukum perpajakan sering kali kompleks dan sulit dipahami. Ada banyak peraturan yang sering berubah, serta interpretasi yang beragam. Dalam konteks ini, hermeneutika membantu dalam memahami teks hukum dengan cara yang lebih holistik. Gadamer berpendapat bahwa pemahaman bukan hanya tentang menafsirkan kata-kata, tetapi juga tentang memahami konteks dan tradisi yang mendasari teks tersebut.
- Dialog antara Wajib Pajak dan Otoritas Pajak : Pemeriksaan perpajakan adalah proses interaktif. Wajib pajak dan otoritas pajak berkomunikasi dan bernegosiasi untuk mencapai pemahaman yang sama. Hermeneutika menggarisbawahi pentingnya dialog ini. Dalam dialog, kedua belah pihak dapat saling menjelaskan sudut pandang mereka, yang dapat mengurangi konflik dan meningkatkan kepatuhan pajak.
- Menghadapi Ambiguitas dan Ketidakpastian : Hukum perpajakan sering kali mengandung ambiguitas. Dalam situasi seperti ini, hermeneutika berfungsi untuk membantu para praktisi dan wajib pajak untuk menemukan makna yang relevan. Pemahaman ini dapat membimbing keputusan dan tindakan yang diambil selama pemeriksaan perpajakan.
Bagaimana Menerapkan Hermeneutika Gadamer dalam Pemeriksaan Perpajakan?
- Langkah pertama dalam menerapkan hermeneutika Gadamer adalah menetapkan konteks. Ini mencakup pemahaman terhadap sejarah, budaya, dan praktik perpajakan yang relevan. Misalnya, memahami bagaimana suatu regulasi perpajakan diterapkan dalam konteks ekonomi yang lebih luas bisa memberikan wawasan yang lebih dalam tentang niat pembuat undang-undang.
- Dalam pemeriksaan perpajakan, dialog antara wajib pajak dan petugas pajak adalah kunci. Otoritas pajak harus membuka ruang untuk pertukaran ide, di mana wajib pajak bisa mengungkapkan pandangannya dan petugas pajak dapat menjelaskan kebijakan dan prosedur. Proses ini sejalan dengan prinsip Gadamer bahwa pemahaman terjadi melalui interaksi.
- Petugas pajak dan wajib pajak harus menggunakan metode interpretatif dalam analisis dokumen. Ini termasuk memperhatikan konteks hukum, keuangan, dan sosial dari dokumen perpajakan. Misalnya, ketika menganalisis laporan keuangan, penting untuk mempertimbangkan bagaimana praktik akuntansi dapat mempengaruhi angka-angka yang dilaporkan.
- Hermeneutika Gadamer menekankan pentingnya fleksibilitas dalam penafsiran. Dalam pemeriksaan perpajakan, baik wajib pajak maupun petugas pajak harus bersedia untuk mempertimbangkan berbagai interpretasi dari suatu fakta atau regulasi. Dengan demikian, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan yang lebih adil dan rasional.
- Pemeriksaan perpajakan tidak hanya soal menemukan kesalahan atau kecurangan. Proses ini juga memerlukan refleksi tentang bagaimana interpretasi dan pemahaman berkembang selama interaksi. Menyadari bahwa pemahaman adalah suatu proses yang dinamis dapat membantu dalam mengurangi ketegangan dan membangun hubungan yang lebih baik antara wajib pajak dan otoritas pajak.
Mekanisme Pemeriksaan Pajak
Mekanisme pemeriksaan pajak di Indonesia melibatkan beberapa tahapan yang terstruktur. Pemahaman tentang tahapan ini sangat penting untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai bagaimana pemeriksaan berlangsung.
- Persiapan Pemeriksaan
Tahap pertama dalam pemeriksaan pajak adalah persiapan. Pada tahap ini, otoritas pajak melakukan analisis awal terhadap laporan pajak yang diajukan oleh wajib pajak. Analisis ini bertujuan untuk menentukan apakah ada indikasi ketidakpatuhan atau penyimpangan. Pemahaman terhadap konteks di mana laporan pajak disusun sangat penting dalam tahap ini. Misalnya, jika ada perubahan kebijakan perpajakan baru-baru ini, ini dapat memengaruhi cara wajib pajak melaporkan pajaknya.
- Pelaksanaan Pemeriksaan
Setelah tahap persiapan, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pemeriksaan. Pada tahap ini, otoritas pajak akan meminta dokumen dan bukti pendukung dari wajib pajak. Di sini, dialog antara otoritas pajak dan wajib pajak menjadi sangat penting. Wajib pajak perlu memberikan informasi yang akurat dan transparan, sementara otoritas pajak harus bersikap objektif dan adil dalam mengevaluasi informasi yang diberikan. Menurut Gadamer, proses ini adalah bentuk dialog yang memerlukan pengertian dan keterbukaan dari kedua belah pihak.
- Penetapan Hasil Pemeriksaan
Setelah pelaksanaan pemeriksaan, otoritas pajak akan menetapkan hasil pemeriksaan. Pada tahap ini, mereka akan mengevaluasi apakah wajib pajak telah memenuhi kewajiban perpajakannya. Jika terdapat kekurangan, otoritas pajak akan memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Di sini, penting untuk memahami bahwa hasil pemeriksaan bukan hanya ditentukan oleh data dan fakta, tetapi juga oleh bagaimana informasi tersebut diinterpretasikan. Konteks historis dan budaya dari wajib pajak dapat memengaruhi cara mereka menyajikan informasi dan cara otoritas pajak menafsirkannya.
- Penyelesaian Sengketa
Apabila wajib pajak tidak setuju dengan hasil pemeriksaan, mereka memiliki hak untuk mengajukan keberatan. Proses ini merupakan bagian penting dari mekanisme pemeriksaan pajak yang menekankan pada dialog dan negosiasi. Dalam konteks ini, Gadamerian hermeneutika menawarkan pemahaman bahwa pemecahan sengketa memerlukan saling pengertian dan keinginan untuk berkomunikasi. Wajib pajak dan otoritas pajak perlu berdialog untuk mencapai kesepakatan yang adil.
Alur Pemeriksaan Pajak
Alur pemeriksaan pajak dapat dilihat sebagai rangkaian tahapan yang saling terkait. Masing-masing tahap memiliki peran dan fungsi tertentu yang berkontribusi pada keseluruhan proses pemeriksaan. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutika Gadamer, kita dapat menganalisis setiap tahap dalam alur pemeriksaan pajak.
- Identifikasi Wajib Pajak
Langkah pertama dalam alur pemeriksaan pajak adalah identifikasi wajib pajak yang akan diperiksa. Otoritas pajak menggunakan berbagai data dan informasi untuk menentukan siapa yang akan diperiksa. Pemahaman tentang konteks sosial dan ekonomi wajib pajak sangat penting dalam tahap ini. Misalnya, wajib pajak yang bergerak di sektor informal mungkin memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan wajib pajak yang terdaftar secara resmi.
- Pengumpulan Data
Setelah wajib pajak diidentifikasi, langkah berikutnya adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, otoritas pajak akan mengumpulkan informasi yang relevan dari berbagai sumber, termasuk laporan pajak yang telah diajukan, data keuangan, dan dokumen lainnya. Dialog antara otoritas pajak dan wajib pajak dalam mengumpulkan data ini sangat penting. Wajib pajak harus memberikan informasi yang akurat dan relevan, sedangkan otoritas pajak perlu menghindari prasangka dan asumsi yang tidak berdasar.
- Analisis Data
Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah analisis. Pada tahap ini, otoritas pajak akan mengevaluasi data untuk menentukan apakah ada indikasi ketidakpatuhan atau penyimpangan. Pemahaman konteks historis dan sosial wajib pajak berperan penting dalam analisis ini. Misalnya, perubahan kebijakan atau kondisi ekonomi yang sedang berlangsung dapat memengaruhi cara wajib pajak melaporkan pendapatannya.
- Pengambilan Keputusan
Setelah analisis selesai, otoritas pajak akan membuat keputusan. Jika ditemukan ketidakpatuhan, otoritas pajak akan menetapkan sanksi yang sesuai. Di sinilah pentingnya dialog dan pengertian antara otoritas pajak dan wajib pajak. Proses pengambilan keputusan tidak hanya berdasarkan data, tetapi juga melibatkan interpretasi dan pemahaman terhadap konteks yang lebih luas.
Pemikiran hermeneutika Gadamer memberikan perspektif yang berharga dalam memahami mekanisme dan alur pemeriksaan pajak. Dengan menekankan pentingnya dialog, konteks historis, dan praanggapan, kita dapat lebih memahami bagaimana pemeriksaan pajak dilakukan dan bagaimana hasilnya dapat memengaruhi wajib pajak. Proses pemeriksaan pajak tidak hanya sekadar prosedur administratif, tetapi juga merupakan interaksi kompleks antara otoritas pajak dan wajib pajak yang memerlukan pengertian dan komunikasi yang baik.
Dalam dunia yang semakin kompleks dan dinamis ini, penting bagi semua pihak untuk berupaya membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Dengan demikian, proses pemeriksaan pajak dapat berlangsung dengan adil, transparan, dan akuntabel, serta menciptakan kepercayaan antara otoritas pajak dan wajib pajak. Melalui pendekatan Gadamerian ini, kita diharapkan dapat menemukan cara baru dalam memahami dan memperbaiki mekanisme pemeriksaan pajak di Indonesia.
Referensi :
- Gadamer, Hans-Georg. (2004). Truth and Method. 2nd Revised Edition. London: Continuum.
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.
- Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-0/PJ/2023 tentang Penyelesaian Tindak Lanjut atas Data Konkret.
- Modul Pemeriksaan Pajak. 2024 oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI