Mohon tunggu...
Arunika Rintani
Arunika Rintani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sosok yang lahir di Ujung Utara Pulau Dewata. Dengan Sejuta Mimpi Dengan Sejuta Cerita Lewat literasi dengan nama pena "Arunika Rintani" Berkarya dan Berekspresi Serta Berkreativitas ☺️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat di Bawah Langit Redup

13 Januari 2025   15:18 Diperbarui: 13 Januari 2025   15:18 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dusun Layung Senja, dusun kecil yang tersembunyi di antara bukit-bukit berkabut, selalu dihuni keheningan yang membungkus malam dengan misteri. Langitnya sering terlihat kelabu, seperti menyimpan kesedihan dunia yang tak pernah terucap. Di tengah desa itu, berdiri sebuah pohon kamboja tua yang kokoh, akarnya mencengkeram tanah seperti tangan-tangan yang menolak melepas rahasia masa lalu.

Di ujung desa, seorang perempuan duduk di beranda rumah kayunya. Wajahnya yang teduh menyembunyikan kegelisahan yang dalam. Perempuan itu adalah Nyai Sofyan, seorang ustadzah yang dihormati karena kebaikan dan kebijaksanaannya. Namun, di balik kerudungnya yang anggun, ia menyimpan luka masa lalu yang tak pernah sembuh.

Malam itu, di atas meja kayu di hadapannya, sebuah surat lusuh tergeletak, membawa pesan yang membangkitkan mimpi buruk dari masa silam:

"Nyai, darah yang kau tumpahkan di bawah pohon kamboja itu akan menagihmu. Waktu penghakiman telah tiba."

Nyai Sofyan menatap belati kecil berukir yang tergeletak di samping surat itu. Jemarinya yang gemetar menyentuh gagangnya, dan ia tahu bahwa dosa yang ia sembunyikan selama hampir dua dekade tidak lagi bisa ia hindari.

Dosa yang Tidak Tidur

Malam berganti pagi, tetapi hati Nyai Sofyan tetap gelisah. Surat itu membawa kembali kenangan yang telah lama ia coba kubur. Malam itu, ia masih muda, seorang perempuan biasa dengan hati yang penuh cinta kepada Dirga, seorang lelaki tampan dengan senyum hangat. Tetapi cinta itu bertepuk sebelah tangan. Dirga memilih Sela, sahabatnya yang polos dan lembut.

Malam itu, ketika hujan deras menghantam bumi, Nyai Sofyan berdiri di bawah pohon kamboja dengan tubuh gemetar. Dalam genggamannya ada belati kecil, dan di depannya berdiri Dirga. Hati Nyai yang patah dipenuhi amarah. Kata-kata Dirga tentang cinta kepada Sela menjadi seperti pisau yang menusuk jiwanya. Dalam satu gerakan cepat, ia menusukkan belati itu ke tubuh Dirga. Darah bercampur dengan air hujan yang mengalir di tanah.

Setelah malam itu, Nyai Sofyan mengabdikan hidupnya kepada Tuhan. Ia meninggalkan masa lalunya dan menjadi sosok yang dihormati, ustadzah yang menuntun masyarakat desa dengan kebijaksanaan. Ia berpikir bahwa waktu akan menghapus dosa itu, tetapi ia salah. Bayangan Dirga dan pohon kamboja tua itu terus menghantuinya dalam mimpi.

Kedatangan Sang Lelaki

Di hari yang sama, seorang lelaki asing tiba di Dusun Layung Senja. Ia mengenakan jubah hitam dan caping lebar yang menutupi sebagian besar wajahnya. Di tangannya, ia membawa sebuah kotak kayu kecil yang terbungkus kain hitam. Langkahnya pelan tetapi penuh tekad, seperti seseorang yang telah lama mencari jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun