Mohon tunggu...
Nenen Ilahi
Nenen Ilahi Mohon Tunggu... -

Sehari-harinya ibu rumah tangga fulltime, dan pengajar part time. Alumni Australia Indonesia Youth Exchange Program dan Chevening Awards. Berminat pada khasanah pendidikan, media, dan budaya. Sekarang bermukim di Canberra, Australia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Ketua DPR, Campakkan SWOT dan Kami Mencintai Anda

14 Januari 2011   00:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:37 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marzuki Alie, Ketua DPR merespon tulisan ‘mbak Della dan teman-teman’ kompasioner. Menurut Marzuki, belasan tahun sebagai profesional, dia terbiasa menyelesaikan masalah, dan sekarang masalah DPR, dengan cara-cara ilmiah, terencana dan konkrit.

[caption id="attachment_84662" align="alignleft" width="284" caption="Tulisan Respon MA. Kompasiana.com"][/caption] Tentu saya pantas bersyukur jika seorang Ketua Dewan Yang Terhormat memilih cara ilmiah, terencana dan konkrit dalam setiap permasalahan. Namun yang membuat saya tercolek untuk menulis ini adalah penjelasan pembuka Marzuki tentang bagaimana sistem analisis SWOT, temuan Albert Humphrey dari Universitas Standford, dipakai DPR untuk mengevaluasi diri dalam menetapkan “…langkah-langkah perbaikan untuk menyelesaikan masalah”.

Bukan karena SWOT telah ketinggalan jaman, karena menyederhanakan sebuah persoalan dari sisi kelebihan (strength), kekurangan (weaknesses), peluang eksternal (opportunity) serta ancaman eksternal (threats), namun juga karena SWOT biasanya dipakai dalam tahap perencanaan sebelum membuat sebuah keputusan atau proyek, bukan dalam “langkah-langkah perbaikan” seperti yang ditulis Pak Ketua.

Kalau benar selama ini menggunakan analisis SWOT untuk setiap kebijakan, saya berani mengatakan analisis dengan menerapkan SWOT yang dipakai DPR, selain salah prosedur, juga tak reliable, tak valid, dan telah jauh ketinggalan jaman.

Come on! Saya tak harus menjelaskan ini lebih jauh. Fakta-fakta atas kinerja DPR yang mengundang kritik dan ramai dipublikasikan di media, serta memicu kompasioner Della serta teman-teman lain menulis di kompasiana, telah lebih dari cukup sebagai bukti bahwa kinilah saatnya DPR menggunakan sistem analisis yang lebih komprehensif sebelum membuat atau menentukan sebuah keputusan, apakah itu berupa proyek, rancangan undang-undang, dan peraturan-peraturan yang mengikat baik pihak internal (DPR sendiri) dan eksternal (baca, rakyat).

Ini kalau DPR benar-benar mau mencapai visinya sendiri dengan lebih jitu, lebih ilmiah, lebih konkrit, lebih terencana serta lebih memihak kepentingan rakyat.

Ayolah Pak Ketua, campakkan SWOT yang telah usang. Carilah sebuah strategi analisis baru yang membuat keputusan Anda lebih valid dan reliable secara ilmiah, lebih mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan serta rasa keadilan rakyat. Kalau ini terjadi, lembaga perwakilan kami yang Anda ketuai akan mencapai visinya dengan gilang-gemilang. Dan kami akan mencintai Anda dengan totalitas luar biasa!

Salam totalitas!

Silahkan membaca tulisan terkait:

Lidah Marzuki Alie Common Enemy Pekan Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun