Entah ingat, entah lupa pada saat saya bersekolah dulu tidak se-eforia sekarang dalam menyambut Hari Guru. Padahal jika menilik dari sejarah hari guru sudah aja sejak jaman Hindi Belanda
 Pengakuan keberadaan guru melalui penetapan Hari Guru Nasional ini bermula dengan perjuangan para guru Tanah Air melalui Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada1912.
Di masa kolonial, organisasi ini beranggotakan para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah. Umumnya mereka bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Di masa yang sama, berkembang juga organisasi guru dengan beragam latar belakang seperti keagamaan, kebangsaan, dan lainnya.
Dalam perkembangannya, terbitlah cita-cita kesadaran bahwa perjuangan para guru Indonesia tak lagi tentang perbaikan nasib maupun kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi memuncak menjadi perjuangan nasional.
Keberadaan PGI, sempat dibungkam oleh Jepang, setelah Jepang mengambil alih penjajahan Indonesia atas Belanda. Pada masa itu, pemerintah Jepang melarang semua organisasi dan menutup semua sekolah.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, PGI kembali menggeliat. Mereka menggelar Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta.
Para peserta kongres sepakat menghapuskan semua organisasi dan kelompok guru berlatar belakang perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku.
Kesepakatan itu, akhirnya menjadi cikal bakal bersatunya guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.
Dan akhirnya menginisiasi kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada 25 November 1945. Dan sejak saat itu, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional dan menjadikannya momentum penghormatan kepada para pahlawan tanpa tanda jasa di Tanah Air.
Saya sadar  menjadi guru hanya sekedar transfer pengetahuan, akan ada masanya dimana saya tidak lagi dibutuhkan, karena Google lebih cerdas dan lebih tahu banyak hal daripada saya.
Namun, jika saya menjadi guru juga mentransfer adab, ketaqwaan dan keikhlasan, maka saya akan selalu dibutuhkan, karena Google tidak memiliki semua itu.