Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Lukisan di Rumah Tua

14 April 2024   14:03 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:48 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Bing Image Kreator Digital Ai

"Puluhan tahun yang lalu, aku dan ibuku tinggal di rumah ini. Setelah Ayah meninggalkanku dan ibu entah kemana. Suatu hari beberapa orang bertopeng masuk kerumah kami, mereka menculik ibuku, dan membunuhku, mereka memendam jasadku di sana," ucap gadis berambut pirang itu seraya menunjuk ke arah belakang rumah.

Mulut Tania terasa kelu. "Jadiii....kamuuu..." ucap Tania terbata, tiba-tiba tubuhnya bagaikan tak bertulang, pandangannya kabur, ia tertunduk lemas di sandaran bangku taman.

Lama Tania tidak sadarkan diri, beberapa tangkai bunga bergoyang di terpa angin malam menghantarkan embun yang mulai menjelma dengan rasa dingin menusuk tulang.

Sedikit demi sedikit kelopak mata Tania terbuka, menatap rembulan denga lingkar penuh tepat di atas kepalanya. Lama ia terdiam mencoba mengingat apa yang telah terjadi. "Clara? Di mana anak itu," gumamnya seraya berdiri dan berusaha mencari keberadaan gadis yang tadi bersamanya.

Pandangannya tertuju ke arah taman belakang rumah. Waktu masih dini hari, tanpa rasa takut Tania melangkah ke arah tempat di mana Calar menunjuk tadi.

Suasana belakang rumah sedikit lebih gelap, namun dengan jelas Tania kembali melihat sosok Clara berdiri di salah satu sudut halaman persis di samping tembok sumur tua.

Tania berlari dan berteriak, "Calara!" Tania menoleh kenan dan kekiri mencari keberadaan sosok yang baruu saja ia lihat. "Kemana dia" gumamnya.

Tania melipat lengan telapak tangan mengosok-gosok kedua bahunya. Udara semakin dingin, gundukan tanah yang sudah di padati rumput liar menarik perhatiannya. Tadi Clara berdiri tepat di sini. Ia berjongkok mencabut salah satu rumput, "Tidak keras, tanahnya cukup gembur."

Ia berlari ke arah gudang yang terpisah dari rumah utama, ekor mata menangkap sebuah scup yang bersandar di dinding gudang. Halaman belakang memang nyaris tidak pernah tersentuh. Mungkin bunda belum sempat mengingat kepindahan mereka baru saja satu minggu.

Lagi-lagi seperti ada kekuatan yang merasuk kedalam tubuh Tania dengan cekatan ia menggali gundukan tanah itu dengan scup di tangannya.

Sumber gambar Bing Image Kreator Digital Ai
Sumber gambar Bing Image Kreator Digital Ai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun