Kisah berkubang lara.
Menggantung bak jelaga di ujung swastamita.
Kulihat bayang wajah dalam kaca.
Betapa rapuhnya pancaran bola mata.
Riuh suara dalam raga.
Penyebab lenyapnya ketenangan jiwa.
Senyumku getir terpaksa.
Percakapan bagai udara yang hampa.
Aku diam seribu bahasa...
Tidak pula meniti kata.
Pasrahku menopang alur cerita.
Yang melebur dalam dahaga.
Satu kupinta pada lara...
Berdamailah dengan jiwa, meski sebentar saja...
Rapuhnya raga seorang wanita.
Tapi tidak untuk rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H