"Hahahaha... Ratumu sudah mati! dia sendiri yang memilih itu!" ucap Alexander, suara tawanya menggema ke seluruh ruangan istana.
"Sekarang bisa apa kamu tanpa Ratu? Hah!"
Dadaku berdebar. Jantungku terasa lepas, ya... Alexander benar, bisa apa aku tanpa ratu?
Aku tidak akan menyerah. Dengan sisa tenaga yang ada, aku berguling hendak menyerang dari bawah.
Sial! Panglima perang lawan membaca pergerakanku. Kakinya berhasil menendangku hingga terpental dan membentur dinding.
Darah mengucur dari pelipis, pandanganku kabur. Aku pejamkan mata.
Suara riuh seakan bergema, tawa tepuk tangan.... Kami sedang bermain catur, dan Alex hendak membunuh bidak ratuku, semua pion-pion sudah tidak terlihat.
"Ratumu akan segera mati, dan permaninan berakhir."
"Tapi ... aku masih punya Raja."
"Tidak ada gunanya bertahan, apa yang bisa di lakukan Raja tanpa Ratu?"