Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramadhan Terakhir Ibu

13 Maret 2024   09:58 Diperbarui: 13 Maret 2024   10:02 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayah yang memedam kerinduan begituu dalam 9 Sumber fhoto beng image cretor digital/Ai)

"Maafkan aku, Bu...Ramadhan yang seharusnya aku sambut dengan gembira, ternyata masih menyisakan duka," air mataku tumpah membasahi hijab yang kukenakan. Serangan jantung yang membuat ibu pergi secara mendadak. Membuat jiwaku berkubang lara.

Aku terus menangis di atas pusara ibu, hingga lelah dan kantuk menyerang kelopak mataku yang sembab. Aku tertidur berimpuh di sisi pusara. Yang kurasa seperti tertidur di pangkuan ibu, nyaman sekali. Hingga aku merasakan belaian lembut tangannya.

"Hapus air matamu, Nak... ikhlaskan ibu, keikhlasanmu akan meringankan langkah ibu. Jaga ayah baik-baik," aku terbangun seketika.

"Ibu?... Ibuuuu!" seruku bagaikan orang gila, aku mencari keberadaannya. Hingga aku tersadar jika saat ini berada di pusara ibu.

Kuhapus air mata di pipi. Terimakasih bu... sudah datang dalam mimpiku. Aku janji air mata kesedihan ini tidak akan ada lagi. Aku terlalu larut dalam kedeihan. Hingga lupa akan harta yang paling berharga yang masih aku miliki saat ini. Ayah...

Ayah butuh aku. "Maaf kan aku bu... aku akan selalu memelukmu dalam doa. Aku ikhlas," gumamku seraya mengecup nisan ibu. dan bergegas meninggalkan separuh jiwaku yang terbaring dalam gundukan pusara. "Datanglah kembali dalam mimpi-mimpiku, Bu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun