Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat yang Kutinggalkan

17 Februari 2024   19:29 Diperbarui: 17 Februari 2024   21:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini rumah kita, rumah yang akan kita isi dengan cinta dan tawa, bukan dengan luka apalagi air mata," namun semua hanya cerita, semua yang kau katakan hanyalah kebohongan belaka.

Kau khianati semua tanpa sisa!

Saat ini di sudut setiap ruang rumah impian kita, tak ada lagi tawa, yang ada hanya luka dan air mata.

Ketika pertama kali aku melihat perselingkuhanmu, hati ini sakit, sakit sekali... dunia seakan berhenti berputar. Hingga aku sadar bahwa sakit hati adalah rasa yang kita undang sendiri dalam kehidupan, dan akhirnya saat aku kembali melihatmu berselingkuh, kuabaikan semuan rasa itu. 

Arsel...

Kamu datang sebagai orang kota yang pindah kedesa kala itu.  Kamu sosok laki-laki yang sombong dan brengsek di mana kamu menganggap orang lain lebih rendah darimu. Semua anggapan itu sirna seiring kedekatan kita, kegigihanmu mendekatiku membuahkan hasil, kamu mampu menghipnotis semua logikaku bahkan nasehat semua orang terdekatku tak kudengarkan.

Kini semua nyata dalam khidupanku, tapi... mencintaimu tidak akan pernah kusesali, karena aku yang memilihmu, meski kamu telah membuat hatiku berkeping hingga tak terbentuk lagi.

Arsel... 

Mungkin saat ini kamu sudah tidak mencintaiku lagi, setelah usahamu membuka pintu hatiku, namun kamu membuangnya tanpa perasaan, begitu murahnya cintamu, hanya karena aku wanita penyakitan? 

Kemarin wanitamu dengan terang-terangan menemuiku... Dengan kalimat yang lugas dia meminta aku untuk menjauhimu! dia bercerita tentang kedekatan kalian, hadiah-hadiah yang telah kamu berikan, sementara denganku? Tak satu pun hadiah yang kamu berikan untukku, bahkan sampai saat ini. Kamu tau Arsel? Betapa sakitnya hati ini atas perlakuanmu, kurelakan hubungan dengan keluargaku berantakan, semua kulakukan demi kamu, lalu... inikah balasanmu?

Seandainya ayah dan ibuku masih ada, seandainya mereka tidak meninggalkanku lebih dulu ke alam baka, ingin rasanya aku bersujud di kaki mereka, memohon ampun atas semua keputusanku yang menentang nasehatnya. Semua yang mereka katakan tentangmu, benar adanya. Maffakan aku ayah, ibu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun