Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rubik, Membuat Aku, Kamu menjadi Kita

5 Februari 2024   11:06 Diperbarui: 5 Februari 2024   15:54 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah... kamu gak asik di ajak bicaranya," keluh temannya tersebut dan pergi berlalu meninggalkan Disti, yang kemudian kembali asik dengan dunia sketsanya.

Sesekali Disti menoleh ke arah Galuh yang masih serius mengutak atik rubik di tangannya, seakan tidak merasa terganggu dengan riuh canda teman-teman lainnya.

Bagi Disti, Galuh memilki karakter yang unik, ia hanya tertarik dengan kubus-kubus rubik yang berbagai bentuk miliknya, rubik yang sudah susah payah ia susun sama warna, kemudian kembali ia acak, dan menyusunnya kembali dengan pola yang berbeda.

"Susun, nih... jika tidak bisa, hukumanmu aku tambah menjadi 10 hari," ucap Galuh yang tiba-tiba mendatangi mejanya.

Disti meletakan pensil sketsanya di atas meja dan meraih rubik yang di berikan Galuh, sejenak ia memperhatikan kubus dengan penuh warna acak, ia membolak balikan kubus di tangannya, setelelah itu, jemari Disti mulai menyusun layer demi layer tingkatan rubik. Sepersekian detik rubik di tangannya sudah tersusun sama warna.

Sumber Fhoto Young gesha grey
Sumber Fhoto Young gesha grey

Dengan senyum bangga, Disti meletakkan rubik di atas meja, entah mengapa Galuh pergi meninggalkan meja Disti, tanpa sepatah katapun, Disti hanya menatap Galuh seraya menganggkat kedua bahunya, setelah itu ia kembali menggoreskan sketsa pada buku gambar, hingga jam pelajaran di mulai.

Tanpa Disti sadari kedekatannya dengan Galuh telah membawa perubahan dalam dirinya, terutama penampilan dan rasa percaya diri, membuat ia lebih bersemangat dalam menghadapi hari, sambil tersenyum, Disti melirik ke arah Galuh yang kembali di sibukkan dengan rubiknya.

*****

Disti duduk sendiri di atas balkon rumah, sore yang cerah membuatnya tertarik untuk membuat lukisan di luar ruangan, belum sempat ia memulai aktivitasnya, siluet bayangan mengalihkan pandangan.

"Seperti Galuh," ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun