RUBIK MEMBUAT AKU, KAMU MENJADI KITA
"Itu gambar aku, kan?" tanya seorang laki-laki berseragam abu-abu putih di ruang kelas.
Disti langsung menyembunyikan sketsa yang sedang ia buat sejak tadi.
"Ah... bukan, ini gambar biasa, dari mana kamu menyimpulkan jika ini gambarmu?" tanya Disti seraya berdiri.
"Sejak tadi, kamu selalu memperhatikan aku, dan aku melihat sketsa gambar dengan rubik di atas meja," jawab Galuh.
Disti terdiam, menundukan kepala, tidak tau harus menjawab apa, gadis yang tidak memiliki paras secantik teman-teman lainnya, badan yang lebar dengan rambut yang di ikat namun terkesan berantakan, kaca mata lebar selalu bertengger di atas hidungnya yang minimlalis, membuat ia tidak menjadi sepesial di mata siapapun.
Sementara, Galuh laki-laki yang memilki paras tampan, jadi incaran beberapa siswi di sekolahnya, meski sedikit pendiam dan membatasi pergaulan. Jika waktu istrirahat tiba, Galuh hanya tertarik dengan kubus yang selalu di utak atik denga jarinya, menysun warna demi warna yang tumpang tindih, ketimbang berbaur dengan teman-teman lainnya.
Disti menyerahkan sketsa gambar yang sejak tadi ia sembunyikan di balik badan, Galuh mengambilnya dari tangan Disti. Lalu berjalan menuju mejanya.
"Hei.... Mana gambarku, kembalikan!" seru Disti.
"Ini gambar aku!" seru Galuh tak mau kalah.