Mohon tunggu...
Neneng Maulyanti
Neneng Maulyanti Mohon Tunggu... Dosen - perempuan

pensiunan PNS dan dosen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pewarisan Nilai Budaya Jepang (Bagian Ketiga)

24 Oktober 2021   19:39 Diperbarui: 24 Oktober 2021   19:44 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya 'budaya malu' ini, maka mereka berusaha sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan orang lain, baik dalam skala kecil (lingkungan terdekat) maupun dalam skala besar (masyarakat di kota atau negara). Penghindaran diri dari rasa malu, membuat mereka menerapkan nilai budaya/moral sosial, tanpa perlu diancam atau dipaksa.

Dengan adanya sistem pendidikan terpadu ditambah dengan adanya 'budaya malu', maka nilai budaya/moral lebih mudah terintenalisasi, sehingga nilai budaya/moral yang disosialisasikan ke dalam diri generasi muda Jepang, tidak hanya berada di dalam sistem nilai (value system) saja, namun sudah masuk ke dalam sistem keyakinan (belief system) dan menjadi nilai yang mempribadi.  

        

Referensi :

Benedict, R. (1934). Patterns of Culture. New York. The New American Library.

Elkind, D and Sweet, F (2004). How to Do Character Education. Tersedia di: http://www.usoe.k12.ut.us/curr/char_ed.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun