Mohon tunggu...
Neneng Maulyanti
Neneng Maulyanti Mohon Tunggu... Dosen - perempuan

pensiunan PNS dan dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kehidupan Masyarakat di Pulau Singkep, Kepulauan Riau

15 Oktober 2021   08:30 Diperbarui: 15 Oktober 2021   08:36 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu pula di saat perayaan Imlek.  Suasana meriah dapat dirasakan oleh semua kalangan, karena selain toko-toko dihiasi kertas warna, juga ada saat di mana sebuah kendaraan berjalan melintasi jalan utama dengan menyebar angpau, dan anak-anak berlarian di belakang kendaraan tersebut untuk mendapatkan angpau yang disebar.

Profesi

Sebagaimana di daerah lain, profesi masyarakat di pulau Singkep juga sangat beragam. Selama UPTS masih berjaya, terdapat profesi yang dianggap primadona di sana, yaitu berprofesi sebagai pejabat UPTS. Hal ini terkait privilege (keistimewaan) yang didapat para petinggi UPTS. Misalnya, menggunakan kolam renang yang memang hanya satu-satunya di Dabo Singkep, memperoleh rumah hunian yang bagus (bekas orang Belanda yang pernah menghuni Dabo Singkep) di area perbukitan, dapat pergi ke luar Singkep dengan mengendarai pesawat terbang secara gratis, dapat melakukan berbagai kegiatan secara gratis di gedung timah, seperti: menonton film, pesta, bilyard, bowling, tenis, dan sebagainya.

Fasilitas yang diterima para pejabat tinggi UPTS, tentu saja dapat membuahkan kecemburuan sosial pada masyarakat biasa, dan berdampak pada munculnya jarak antara anak-anak para pejabat tersebut dengan anak-anak lain (anak pegawai biasa di UPTS, penduduk asli, dan etnis non penduduk asli), dan memunculkan istilah 'anak staf' yang ditujukan bagi anak-anak para pejabat tinggi. Meskipun anak-anak tersebut bersekolah di sekolah yang sama, namun mereka jarang berbaur di dalam kehidupan di luar sekolah. Sesungguhnya, tidak berbaurnya 'anak staff' dengan anak lainnya, bukan disebabkan jabatan orang tua mereka, namun lebih kepada lokasi rumah mereka yang selain di atas perbukitan, juga jaraknya tidak dekat dengan perumahan penduduk non staff. Perlu diketahui, bahwa tidak tersedia transportasi umum di pulau Singkep, sehingga sulit bagi anak-anak untuk pergi bermain ke perumahan teman-teman mereka yang berlokasi di luar perbukitan.

Meskipun terasa adanya jarak dalam pergaulan antara para pejabat tinggi UPTS dan penduduk lainnya beserta keluarga, namun tidak pernah sekalipun terjadi bentrokan antar warga, benturan antar suku, konflik antar agama, apalagi tawuran remaja. Bahkan bila terjadi pertikaian antar individu pun, dapat segera diselesaikan.

Kehidupan yang harmonis sebagaimana yang dapat dirasakan di pulau Singkep, tentunya layak dipertahankan oleh semua penduduk pulau Singkep, dan diikuti oleh kelompok masyarakat lainnya di bumi nusantara ini, sehingga kebinekaan masyarakat Indonesia bisa benar-benar menjadi kekayaan dan kekuatan bangsa ini untuk mampu bersaing di dalam dunia global. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun