Manusia pada dasarnya terdiri dari badan dan bathin, demikian juga para murid kita. Para murid juga memiliki aspek badani dan bathini. Di dalam proses pembelajaran, yang menjadi perhatian seorang guru harus meliputi dua aspek ; Kesehatan badan dan Kesehatan jiwa atau bathin. Proses Pendidikan yang baik akan mampu melayani kebutuhan dua hal ini. Aspek kejiwaan seorang murid akan sangat berpengaruh pada aspek badannya. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa masalah yang ada di jiwa seorang siswa akan juga menurunkan konsentrasi dan kemampuan belajarnya. Diantara masalah yang muncul dan seringkali terabaikan adalah kejenuhan dalam belajar. Emosi dianggap sebagai salah satu aktivitas mental yang akan berpengaruh pada proses belajar mengajar dan emosi yang sering dialami siswa adalah kejenuhan (Ulrike E, Nett, Goetz Thomas & Hall Nathan, 2011: 54).
Umumnya kejenuhan dalam psikologi diartikan sebagai penolakan dalam menjalankan rutinitas dan kelemahan dalam menentukan apa yang diinginkan (Abdullah dan Yucel, 2022: 19).Kejenuhan dalam belajar khususnya pada saat pandemi covid 19 sangat terlihat, karena keterbatasan akses. Namun ternyata di masa selesai pandemi covid 19, kejenuhan dalam pembelajaran masih terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan Solusi dari seorang guru untuk mengatasi maslah emosi kejenuhan belajar ini. Menurut Simon C.H. Chan dan Stephen Ko kejenuhan akan menurunkan prestasi dan kepuasan siswa dalam belajar. Sebab itu, sangat penting manajerial pendidik agar sistem respons pribadi siswa berjalan dengan baik (Simon dan Stephen, 2021: 435-44).
Meskipun kejenuhan belajar menjadi salah satu emosi yang tidak menyenangkan di lingkungan sekolah serta menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan dalam belajar, tetap saja masalah ini masih sering diabaikan dan kurang dihargai (Miroslaw Pawlak, Joanna Zawodniak, Mariusz Kruk, 2021: 263-278).Hal ini mungkin terjadi karena gejala gejalanya berbeda pada tiap siswa dan pada tiap keadaan. Gejala kejenuhan seperti kondisi biasa yang mungkin tidak akan ditanggap apabila kurang jeli. Diantaranya adalah  sebagai berikut: 1) ada beberapa siswa bersikap acuh ketika guru menyampaikan materi/ngobrol; 2) mengantuk; 3) ada beberapa siswa sering izin ke kamar mandi tetapi pergi ke kantin; 4) kemudian ada juga siswa yang asik sendiri dengan kegiatannya seperti memainkan handphone dan menggambar dibuku; 5) dan juga ada beberapa siswa yang terlambat dalam mengumpul tugas. Orang yang mengalami kejenuhan cenderung melanggar peraturan sosial, penurunan prestasi, dan tidur saat proses pembelajaran berlangsung (James Boylan, dkk, 2020). Selain itu, jenuh juga berdampak pada kehilangan perhatian sehingga terjadi penundaan waktu, kurangnya minat belajar, dan memiliki rasa cemas yang tinggi (Ziqi Wang, 2021: 815).
Seseorang yang sedang mengalami masalah kejenuhan belajar dapat dilihat berdasarkan aspek dari kejenuhan belajar (Muhibbin Syah, 2012: 182). Berikut ini merupakan aspek dari kejenuhan belajar:
1. Kelelahan emosional
Kelelahan ini berhubungan dengan perasaan seseorang ditandai dengan rasa tidak berdaya dan depresi. Gejala dari kelelahan emosioanl ini ditandai dengan merasa bosan, perasaan frustasi, mudah gelisah, kehabisan energi, kemarahan, tidak peduli terhadap tujuan, dan lain sebagainya. Kelelahan ini merupakan aktivitas pertama dari stress karena tuntutan pelajaran.
Kelelahan emosional muncul karena stres yang berlebihan, sehingga mengantarkan seseorang pada keadaan yang lebih burukseperti apatisme, sinisme, dan frustasi. Kelelahan ini berdampak buruk dan dapat mempengaruhi kualitas diri.
2. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik atau energi ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, sakit punggung, rasa ngilu, otot leher dan bahu tegang, terkena flu, susah tidur, gelisah, dan perubahan kebiasaan makan. Kelelahan seperti ini akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, salah satunya insomnia dan pikiran menjadi kacau serta menyebabkan stress.
3.Kelelahan kognitif
Siswa yang mengalami kejenuhan cendrung mengalami beban pikiran yang terlalu berat, akibatnya mudah cemas dan stres sehingga, tidak mampu untuk mencerna informasi yang diterima dengan baik, susah untuk berkonsentrasi, tidak bersedia mengajarkan tugas, mudah lupa, dan kesulitan dalam membuat keputusan. Kelelahan kognitif berasal dari ketegangan yang berlebihan.
4. Kehilangan motivasi belajar ditandai dengan hilangnya semangat. (Syah, 2023)
Daryanto (2010: 40-41) juga menambahkan beberapa aspek-aspek dari kejenuhan belajar, diantaranya sebagai berikut:
1. Kelelahan Indra , yang dimaksud pada proses pembelajaran adalah mata dan pendengaran. Kelelahan ini biasanya dapat dikurangi dengan melakukan istirahat yang relatif terutama tidur nyenyak serta mengonsumsi makanan dan minuman yang relatif mengandung gizi.
2. Kelelahan Mental merupakan kondisi yang berhubungan dengan rendahnya penghargaan diri dan depersonalisasi atau menjauhkan diri dari lingkungan sekitar
Dari deskripsi di atas,menurut Tanjung (2020)diperlukan kreatifitas dari guru dalam mengelola kelas. Gordan dan Browne menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sebuah gagasan baru yang kreatif, setelah itu memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menyesuaikan gagasan baru tersebut dengan gagasan yang sudah ada (Ahmad Susanto, 2011: 114).Kreatifitas guru untuk mengatasi kejenuhan dapat dilakukan pada 4 aspek ; pertama pengelolaan kelas , kedua pengelolaan model dan metode pembelajaran, ketiga pengelolaan emosi siswa selama proses belajar dan diluar Pelajaran, keempat pengelolaan media pembelajaran.(Tanjung ,2020).Dalam pengelolaan-pengelolaan tersebut dapat digunakan kecanggihan tehnologi sebagai alat bantu, dengan adanya gamifikasi pada saat evaluasi, buku digital interaktif sebagai penyaji materi, video menarik sebagai intro, perekaman proses belajar, share kegiatan dan hasil belajar di media sosial masing masing anak.
Sementara untuk muridnya sendiri dapat melakukan istirahat, konsumsi makanan bergizi, pengubahan dan penjadwalan belajar, kondisi lingkungan, dan memerikan motivasi dan stimulasi baru, dan terus berusaha secara nyata (Syah, Muhibbin,2023)
Referensi
Boylan, James, et al. "Boredom In The COVID-19 Pandemic: Trait Boredom Proneness, The Desire To Act, And Rule-Breaking". Personality And Individual Differences 171. 110387 (2020).
Daryanto. Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Yarma Widya, 2010.
Pawlak, Miroslaw et al. "Individual Trajectories Of Boredom In Learning English As A Foreign Language At The University Level: Insights From Three Students' Self-Reported Experience". Innovation in Language Learning and Teaching 15.3 (2021): 263-278.
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana, 2011.
Ulrike E, Nett, Goetz Thomas dan Hall Nathan C. "Coping With Boredom In School: An Experience Sampling Perspective". Contemporary Educational Psychology 36.1 (2011): 49-59.
Wang, Ziqi. "The Relationship Between Boredom Proneness And Recessive Truancy Partial Mediating Effect Of Academic Burnout. Advances In Social Science". Education And Humanities Research 638 (2021): 815-819.
Wiyani, Novan Ardy. Manajemen Kelas. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Y. K., Goldberg et al. "Boredom: An Emotional Experience Distinct From Apathy, Anhedonia, Or Depression". Journal Of Social And Clinical Psychology 30.6 (2011): 657-677.
Muhibbin,Syah, (2023) Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, Rosda Karya
Wisudatul Ummi Tanjung, Wisudatul Ummi , Namora,D (2022) Kreativitas Guru dalam Mengelola Kelas untuk Mengatasi Kejenuhan Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Negeri , Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 7, No. 1, Januari - Juni 2022, DOI: 10.25299/al-thariqah.2022.vol7(1).9796 P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI