Mohon tunggu...
Nenden SuryamanahAnnisa
Nenden SuryamanahAnnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hanya seseorang yang sedang belajar menulis dan belajar menyampaikan opininya lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arah Pandang Berlawanan

6 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 6 Januari 2023   16:57 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita selalu memandang ke arah yang hanya ingin kita pandang

Memang begitulah sejatinya manusia dicipta

Karena ia dikaruniai dengan 2 mata sejajar 

Yang selalu harus memilih kemana ia akan memandang

Memilih depan merelakan belakang, memilih belakang mengabaikan depan. 

Di masa hidup kali ini

Aku bertemu kamu yang miliki arah pandang berlawanan 

Aku depan kamu belakang, kamu kiri aku kanan

Kita dipaksa berjalan beriringan dengan arah pandang yang tak sama

Sehingga kerap kali memaknai tiap langkah kehidupan dengan makna yang berbeda pula

Membentuk kita yang saling menuntut untuk dimengerti 

Karna merasa pandangan masing-masing adalah wujud kebenaran hakiki

Kita akhirnya tanpa sadar saling menyakiti

Dan rasa sakit itu menjelma jadi diam dan marah yang menuntut untuk selalu dimaklumi

Terkadang aku dengan sok bijak mencoba memandang arah yang biasanya kamu pandang

Meredam semua ego tiap kali kita berselisih paham

berbisik pada diri, sabar di arah pandangnya mungkin memang aku salah dan ia benar

Tapi sayangnya manusia hanya punya 2 mata sejajar

Perilaku sok bijak itu, seringkali membuatku tersandung, menabrak dan melamban

Kamu, yang selalu tegas menatap arah punyamu, melihatku hanya menjadi beban

Terkadang aku juga jadi bingung

Yang mana sebenar-benarnya benar itu? 

Aku jadi melihat semuanya abu-abu

Karna selalu ada versi benar pada arah selain punyaku

Kamu, yang tegas melihat dunia menurut arah pandangmu, melihatku plin-plan, tak punya ketegasan 

tapi kali ini, kamu tak marah, hanya diam

karna dengan begitu aku mudah tertipu dan bisa menjadi alatmu mencapai apa yang kamu ingin tuju

Namun, akhirnya di satu titik perjalanan ini

Maklum ku sudah habis dan tak bisa kupakai lagi

Fisik kita memang tetap dekat namun jiwa kita semakin saling menjauhi

Jalan kita masih beriringan namun tujuan kita semakin berlawanan 

Lucu ya, kita ditakdirkan untuk memandang arah yang berbeda 

Tapi dipaksa untuk saling berbagi cinta

Kalau aku sudah siap, sepertinya dipersimpangan sana aku akan pamitan

Biarkan sosokmu menjelma jadi idola

Berjarak namun pertemuannya masih akan aku damba

Dipersimpangan nanti aku takkan mengucap selamat tinggal

Karna aku masih tetap disampingmu

Namun ku biarkan doaku saja yang menyertaimu

Karna aku kini butuh waktu

Tuk bisa melihat lebih banyak ke arah pandangku

Mencari benar menurut versi ku

Dan berjalan ke arah yang memang ingin aku tuju

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun