Kita selalu memandang ke arah yang hanya ingin kita pandang
Memang begitulah sejatinya manusia dicipta
Karena ia dikaruniai dengan 2 mata sejajarÂ
Yang selalu harus memilih kemana ia akan memandang
Memilih depan merelakan belakang, memilih belakang mengabaikan depan.Â
Di masa hidup kali ini
Aku bertemu kamu yang miliki arah pandang berlawananÂ
Aku depan kamu belakang, kamu kiri aku kanan
Kita dipaksa berjalan beriringan dengan arah pandang yang tak sama
Sehingga kerap kali memaknai tiap langkah kehidupan dengan makna yang berbeda pula
Membentuk kita yang saling menuntut untuk dimengertiÂ
Karna merasa pandangan masing-masing adalah wujud kebenaran hakiki
Kita akhirnya tanpa sadar saling menyakiti
Dan rasa sakit itu menjelma jadi diam dan marah yang menuntut untuk selalu dimaklumi
Terkadang aku dengan sok bijak mencoba memandang arah yang biasanya kamu pandang
Meredam semua ego tiap kali kita berselisih paham
berbisik pada diri, sabar di arah pandangnya mungkin memang aku salah dan ia benar
Tapi sayangnya manusia hanya punya 2 mata sejajar
Perilaku sok bijak itu, seringkali membuatku tersandung, menabrak dan melamban
Kamu, yang selalu tegas menatap arah punyamu, melihatku hanya menjadi beban
Terkadang aku juga jadi bingung
Yang mana sebenar-benarnya benar itu?Â
Aku jadi melihat semuanya abu-abu
Karna selalu ada versi benar pada arah selain punyaku
Kamu, yang tegas melihat dunia menurut arah pandangmu, melihatku plin-plan, tak punya ketegasanÂ
tapi kali ini, kamu tak marah, hanya diam
karna dengan begitu aku mudah tertipu dan bisa menjadi alatmu mencapai apa yang kamu ingin tuju
Namun, akhirnya di satu titik perjalanan ini
Maklum ku sudah habis dan tak bisa kupakai lagi
Fisik kita memang tetap dekat namun jiwa kita semakin saling menjauhi
Jalan kita masih beriringan namun tujuan kita semakin berlawananÂ
Lucu ya, kita ditakdirkan untuk memandang arah yang berbedaÂ
Tapi dipaksa untuk saling berbagi cinta
Kalau aku sudah siap, sepertinya dipersimpangan sana aku akan pamitan
Biarkan sosokmu menjelma jadi idola
Berjarak namun pertemuannya masih akan aku damba
Dipersimpangan nanti aku takkan mengucap selamat tinggal
Karna aku masih tetap disampingmu
Namun ku biarkan doaku saja yang menyertaimu
Karna aku kini butuh waktu
Tuk bisa melihat lebih banyak ke arah pandangku
Mencari benar menurut versi ku
Dan berjalan ke arah yang memang ingin aku tuju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H