Mohon tunggu...
Nency Patricia
Nency Patricia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa HI UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Dilanda Krisis Ekonomi, Bagaimana Nasib Venezuela?

9 Oktober 2022   10:08 Diperbarui: 9 Oktober 2022   10:13 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Perekonomian Venezuela mulai terlihat menurun semenjak Presiden Hugo Chavez meninggal dan digantikan oleh Nicholas Maduro. Sayangnya, kepemimpinan Nicholas Maduro justru semakin memperparah keadaan ekonomi Venezuela. Tercatat inflasi Venezuela mencapai 22,3% di bulan April dan berada di angka 114,1% di bulan Agustus 2022. Krisis ini terjadi karena beberapa factor, diantaranya:

1. Menurunnya produksi minyak hingga 10.000 barel setiap harinya. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa Venezuela merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di dunia. Sayangnya, di tahun 2016, Venezuela mengalami kegagalan industry dan impor yang tidak terkendali

2. Terlilit hutang sebesar 55 persen dalam bentuk obligasi utang domestik dan luar negeri, tagihan treasury dan pinjaman bank. Sebanyak 21% dari PDVSA, 15% berasal dari Cina serta 9% dari CADIVI (mata uang untuk impor, dividen, pendapatan dan jasa secara umum)

3. Salah mengambil langkah kebijakan dengan menahan impor bahan pangan dari Amerika.

4. Melejitnya angka inflasi dan tidak bisa dikendalikan hingga mengalami hiperinflasi.

5. Kehilangan sejumlah maskapai karena susahnya akses bepergian maupun kedatangan ke Venezuela

6. Tingginya angka korupsi minyak di Venezuela.

Berdasarkan data dari PBB, sebanyak 94% rakyat Venezuela berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2019. Angka ini naik menjadi 94,5% di tahun 2021. Nilai tukar Boliar pun anjok, US$1 setara dengan 40.000 Bolivar. Sejak saat itu, pemerintah sudah tidak bisa mengimpor bahan pangan lagi. Krisis panganmu menjadi masalah tambahan bagi negara Venezuela. Hal inilah yang menjadikan masyarakat kaya di Venezuela memilih untuk meninggalkan Venezuela, sedangkan lainnya terpaksa bertahan hidup di tengan keterbatasan yang ada.

Sejumlah masyarakat di Venezuela memilih untuk alih profesi demi bertahan hidup. Mereka yang dulu bekerja sabagai petugas penjaga keamanan memilih beralih profesi menjadi tukang reparasi, petugas pipa ledeng yang merupakan mantan insinyur hingga pedagang bahan pangan serta karyawan restoran yang memiliki basic pekerjaan sebagai seorang guru. Kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu hingga 12 jam untuk mencari pendapatan tambahan. Mereka menghasilkan US$50 (Rp717.000) per bulan. Angka ini jauh lebih besar dari upah minimum dari pemeritah yang hanya US$5 (Rp71.730) hingga US$10 (Rp143.460). Masyarakat Venezuela menyebut kegiatan mereka dengan ungkapan "memburu harimau", di mana mereka keluar dari spesialisasi bidang yang seharusnya mereka kerjakan. Bagi mereka, pekerjaan informal justru lebih menjanjikan dan menguntungkan. Mereka tidak bisa bergantung pada pemerintah. Sudah tidak ada jaminan sosial dan perlindungan seperti dahulu ketika minyak masih merajai Venezuela. Mata uang hancur dan pekerjaan masyarakat terancam semenjak hiperinflasi di Venezuela tidak bisa dikendalikan. Tujuan masyarakat Venezuela saat ii hanyalah mencukupi kebutuhan sehari-hari dan bertahan hidup. Salah satu masyarakat Venezulea, Yulimar Aldana memilih untuk menjadi penjual bahan pokok di Caracas dan meninggalkan pekerjaannya sebagai asisten laboratorium.

"Saya menghasilkan lebih banyak uang dengan menjual beras, tepung, dan minyak di jalanan dibandingkan di laboratorium. Saya juga tidak perlu mengeluarkan ongkos atau menghabiskan waktu empat jam sehari untuk sampai ke tempat kerja." Kata Yulimar

Krisis ekonimi yang terjadi di Venezuela memberikan dampak yang sangat besar, terutama bagi keberlangsungan hidup masyarakat kelas menengah ke bawah di Venezuela. Perlunya dukungan dari berbagai negara di Amerika Latin dan bantuan dari UNHCR. Selain itu, Pemerintah Venezuela harus mampu bersikap tegas serta menahan masyarakat Venezuela agar tetap bertahan dan tidak meninggalkan Venezuela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun