Mohon tunggu...
Etna Nena Oetari
Etna Nena Oetari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Simple, easy going, positive thinker, Mom, onlinesale

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menebar dan Menyerap Cinta Lewat Sedapnya Santap Bersama Keluarga

29 Juli 2016   13:46 Diperbarui: 29 Juli 2016   18:47 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah

Orang tua aq dulu itu pekerjaannya yang kantornya dekat rumah dan jam kerjanya standar saja. Sehingga memungkin kami untuk hampir selalu bisa makan bersama saat sarapan, makan siang dan makan malam. Lalu memiliki suami yang juga dalam keluarganya makan bersama dengan keluarga ada hal yang rutin terjadi. Dan kini kami meneruskan kebiasaan makan bersama sekeluarga dengan anak-anak kami.

Dan terngiang-ngianglah kenangan makan bersama keluarga saat Bapak masih ada. Aq kebagian menyiapkan meja makan, menaruh piring-piring dan sendok di meja..setelah Bapak datang dari Kantor untuk makan siang atau setelah sholat magrib baru menyusul nasi serta lauk pauknya. Duduk bersama dan mulailah makan disertai dengan cerita celoteh aq, adik, kakak, Mama' dan Bapak. Kadang masih bisa berantem ...hadeuhh...hehehe..

Beberapa yang berkesan itu adalah saat makan ayam, dulu di kampung-Belitong, mau makan ayam motong sendiri ayam peliharaan. Alhasil kami anak-anak tidak pernah makan hati atau ampela. Ih apa hubungannya ya ? Sampai aq menanyakan sendiri "Kenapa koq kalo hati dan ampela selalu buat Bapak?" 

Nah Bapak saya memberikan alasan bahwa anak-anak tidak boleh makan hati atau ampela...lupa alasannya apa. Setelah lebih besar baru saya mengerti sendiri...hati dan ampela itu hanya ada satu untuk setiap ayam yang dipotong. Sementara anak 5...biar adil ya hanya kepala keluarga lah yang boleh memakannya agar damai sentausa tak ada huru hara karena iri bila diberikan pada salah satu anak...hahaha..bisa. 

Lalu ada doktrin bahwa t i d a k  b o l e h  menyisakan makanan. Nanti petani padi sedih nasi yang awalnya dari padi yang mereka tanam susah payah tau-tau dibuang.Pilih Petani sedih setan gembira atau Petani senang Setan Berang ? Suka sedih kasian kalo melihat acara berita di tipi ada yang kelaparan...kalian, kita yang tinggal ngunyah telan, mau makan apa tinggal masak atau beli bisa tanpa rasa bersalah main sisain makanan begitu saja.. ?

 "Tapi kan udah kenyang?"

"Kalo gitu SEBELUM mengambil makanan dikira-kira daya tampung perutnya seberapa banyak yang bisa dimakan. Kalo masih ga abis, jangan harap mau makan makanan lain yah...?" Karena ternyata modus kami agar bisa segera makan cemilan semacam martabak atau lainnya yang sebelumnya sudah dijanjikan mau beli atau sudah beli. 

" Kalian pikir menyisakan makanan itu hanya persoalan menyisakan makanan saja. Merasa tidak apa-apa, bukan mubazir karena toh sisanya tetap bisa berguna bila diberikan pada binatang peliharaan? Menyisakan makanan itu berarti ga bersyukur. Ga bersyukur sekarang...maka akan seterusnya ga bersyukur. Menganggap remeh mubazir sebutir dua butir nasi sekarang...nanti jadi sembarangan dan menganggap remeh hal apapun. Ga suka-buang. Ga selera-ga makan. Cuma GA SELERA aja. Kurang sombong bagaimana itu sementara manusia lain setengah mati mau dapat sepiring nasi lengkap kayak kita sekarang.

"Makanan sudah beragam masih ngeluh kurang...kurang kerupuk, ga ada kecap....kurang asin dan kurang lainnya ..!? Udah ga usah makan sekalian" doktrin alm. Bapak qu lain hari.

Sebagai bukti teladan keseriusan tidak boleh mubazir selain piring selalu bersih tanpa sisa juga bila ada lauk sisa hari tu makan akan dipanasin dan dimakan esok hari. Ga ada cerita mau makan makanan lain selama yang sebelumnya bersisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun