Mohon tunggu...
Nina Paramitha Ardiani
Nina Paramitha Ardiani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

“Hangesti Budi, Makartining Jati Diri, Hangayu-hayu Nuswantara. Manunggaling Kawula Gusti”

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyusuri Lahar Dingin Kali Putih ( Part 1 )

6 Februari 2011   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:51 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi yang semakin memprihatinkan akibat banjir lahar dingin mengakibatkan banyak kerusakan baik sawah sumber penghasilan warga, tempat tinggal, kantor kepala desa, peternakan ayam, sekolahan, jalan-jalan, dan lain sebagainya.

Setiap hujan mulai mengguyur desa Gempol Jumoyo Salam, desa Sirahan, Seloboro, hingga desa Plosogede, warga menjadi was-was. Saya mencoba menelusuri banjir lahar dingin yang kami fokuskan di Kab.Magelang Jawa Tengah ini bersama ayah saya. Kami adalah warga desa Plosogede. Jika ditelusuri dari arah Barat ke Timur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi ada Kali Belan yang sealiran dengan kali Senowo, Kali Blongkeng yang sealiran dengan Kali Lamat, Kali Putih, Kali Batang, dan Kali Krasak. Semua sungai yang berhulu di Gunung Merapi ini akan bertemu di Sungai Progo dan bermuara di laut. Adapun sungai yang tidak berhulu di gunung Merapi adalah Kali Jengking dan Kali Ngingas yang berkelurahan di Desa Plosogedhe. Kedua nama sungai ini termasuk sungai yang berbahaya jika terjadi luapan dari kali Putih, bila mana kali Putih tidak kuat menopang kuatnya arus banjir lahar dingin yang membawa material-material padat. Sedikit ide yang tersirat dalam benak kami, bagaimana jika semua bendungan di kali Putih di jebol saja. Mengapa demikian? Karena bila semua bendungan di Kali Putih di jebol, maka arus banjir yang membawa material-material seperti batu dan pasir itu akan menggerus dinding-dinding sungai dan akan menjadikannya seperti sungai purba. Jadi aliran arus bisa langsung mencari jalurnya sendiri dan segera membawa pergi material-material yang dibawanya. Maka banjir lahar dingin tidak akan menerobos permukiman lagi karna ruang dan jalur sungainya sudah dikembalikan seperti dahulu. Bagaimana dengan perumahan-perumhan warga yang di sekitar sungai? Untuk perumahan warga akan tetap aman. Kesalahan yang terjadi seperti penumpukan material di kanan kiri jalan, seperti di Gempol dan Desa Sirahan beberapa waktu lalu justru akan lebih membahayakan. Hal ini bisa dikaji, jika material-material dari banjir lahar dingin ini ditumpuk hingga menggunung di kanan kiri jalan kemudian diterjang banjir susulan lagi malah akan masuk ke kampung-kampung di sekitar sungai tersebut. Hal ini bisa dirasakan kemarin tanggal 4 Februari 2011 yang mana banjir besar kembali terjadi dan material-material kembali menyeruak masuk ke pemukiman penduduk.

12969676432069780071
12969676432069780071
Untuk saat ini diperkirakan kedalaman kali Putih hanya tinggal 1 meter saja. Jika hanya dilakukan pengerukan dan pengangkutan yang menggunakan truk atau pick up tidak akan selesai-selesai. Karena material yang sebegitu banyaknya masih terus dan terus akan datang. Jadi kesimpulannya, alangkah baiknya jika bendungan tetap dijebol dan mengembalikan kondisi sugai menjadi kali purba lagi. Keuntungan yang bisa diperoleh adalah perumahan penduduk akan tetap aman, adapun kerugian pemilik lahan pertanian, katakanlah itu persawahan yang sudah mencapai kurang lebih 5436 hektar, akan mengalami kekeringan, namun peradaban tetap aman. Pasti ada yang harus dikorbankan disetiap usaha yang dilakukan. Beberap infrastruktur pun masih banyak yang perlu dibenahi, diantaranya adalah jembatan dan jalan agar jalannya evakuasi bencana lancar dan aman. Sebagai gambarannya adalah jembatan di Dusun bayan yang menjadi jalur alternatif penghubung dari arah Yogyakarta menuju Muntilan, Magelang dan arah ke Semarang, juga sebaliknya. Di desa Plosogede sendiri ada sedikitnya 3 jembatan yang rawan dan sekarang sudah diterjang banjir lahar dingin, yaitu Jembatan Julong Karto yang terletak di Druju, Karangrejo, Jembatan Karang Sabrang kali yang terletak di Karangsanggrahan, dan Jembatan Kali Jengking. Standar muat jembatan tersebut hanya 5 ton dan jembatannya pun sempit, jelas tidak akan kuat menahan muatan yang melintasinya karna jembatan itu tidak memenuhi standar jembatan. Jembatan Bayan sendiri sudah tergerus sisi sebelah timurnya, tinggal menunggu ambrolnya saja jika jalur alternatif masih diarahkan ke Dusun Bayan, yang mana kendaraan yang melintas tidak hanya kendaraan pribadi saja, melainkan ada bus-bus besar, truk muatan penuh, dan truk tronton yang sehari lewat bisa dihitung ada sekitar 2 atau 3 truk tronton bahkan lebih. Hamparan sawah yang menghijau, perkebunan yang membuat rindang, dan perumahan penduduk yang tadinya berdiri rapi di kanan kiri jaln, kini menjadi hamparan pasir yang menyelimuti persawahan dan perkebunan bak lapangan bola, rumah-rumah penduduk yang beberapa ditingalkan si empunya rumah sendiri, menjadi rumah kosong dan seram. Tuhan memberikan kita cobaan, selayaknya kita mau berusaha yang terbaik untuk menuntaskan ujian ini bersama-sama, dengan diiringi doa, dan ketabahan. Yakinlah bahwa Tuhan telah mengukur kemampuan kita, dan Tuhan tidak akan menguji kita hingga diluar batas kemampuan kita masing-masing.

(◕ ◡ ◕)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun