Belum usai Gempa NTB di Bulan Juli yang lalu, Gempa susulan dengan skala 7,0 SR kembali menimpa bumi NTB, tepatnya kawasan Lombok dan sekitarnya, hingga terasa di Pulau Bali.
Kita harus kembali terhenyak saat mengetahui jumlah korban hingga rabu delapan Agustus, sudah 347 jiwa melayang sia-sia dan 1.477 jiwa luka berat. Sementara tercatat yang hidup di pengungsian 156.003 jiwa serta 42.239 unit rumah rusak dan 458 bangunan sekolah rusak (cnnindonesia.com)
"Diperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh," kata Sutopo melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu,11/08/2018 (Antaranews Sumbar) -Selain korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh, Sutopo mengatakan kemungkinan juga masih ada korban meninggal yang belum didata dan dilaporkan.
Penanganan korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dinilai lamban, khususnya dalam pemberian bantuan makanan yang tidak merata serta pembersihan puing-puing bangunan sisa bangunan.
Layanan kesehatan di wilayah Lombok Utara pun boleh dikata lumpuh sejak hantaman gempa berkekuatan 7 Skala Richter, pada Minggu (05/08), padahal warga yang terdampak gempa justru sangat membutuhkan obat-obatan dan tenaga medis.
Penanganan kesehatan untuk masalah darurat pun akhirnya dilakukan dengan alat dan tenaga medis seadanya, karena berbagai rumah sakit yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Barat mengalami kerusakan berat.
Hendra Sanjaya mengungkapkan sebagian besar bangunan puskemas luluh lantak rata dengan tanah, mengakibatkan pelayanan kesehatan korban gempa di Lombok Utara, wilayah yang terdampak paling parah, terpaksa dilakukan secara darurat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memapar, di Lombok Utara sebagaian besar rumah sakit hancur.
"Sehingga pelayanan kepada masyarakat yang luka-luka dan sakit di sana, belum bisa selayaknya, karena keterbatasan tenaga medis, obat-obatan dan kerusakan," kata Sutopo.
Itu sebabnya, kata Sekretaris Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Saptadi Akbar, pihaknya dan berbagai lembaga terkait akan mempriotitaskan pengiriman tenaga medis dan obat-obatan ke pelosok wilayah Lombok Utara yang paling terdampak gempa.
"Kami minim obat-obatan, kemudian juga perawat tambahan," kata Saptadi.