PendahuluanĀ
Tanggal 22 Mei diperingati sebagai Hari Biodiversitas Internasional (International Day for Biological Diversity/IDB). Hari ini dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan isu-isu keanekaragaman hayati. Untuk peringatan Hari Biodiversitas Internasional tahun 2024, PBB mengusung tema "Be part of the Plan." Tema ini merupakan ajakan untuk bertindak guna mendorong pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, anggota parlemen, perusahaan, dan individu dalam menyoroti cara-cara yang mendukung implementasi Rencana Keanekaragaman Hayati.Ā
Tiga variabel utama perubahan iklim (peningkatan CO2, perubahan pola curah hujan, dan rentang suhu) memperburuk kenaikan air laut, kekeringan, gelombang panas, kebakaran hutan, badai, dan banjir. Peningkatan suhu global sebesar 0,798 C dan tingkat konsentrasi CO2 dari 280 menjadi 379 ppm setara dengan tingkat pra-industri akan berdampak pada penentuan waktu musim flora dan fauna. Selain itu, perubahan suhu, banjir, dan kenaikan permukaan air laut akan mengubah ekosistem. Demikian pula perubahan curah hujan dan suhu akan meningkatkan tingkat kepunahan spesies.
Indonesia merupakan negara kepulauan tropis yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Namun, kekayaan alam ini jika tidak dijaga dan dipelihara dengan baik dan sungguh-sungguh akan menimbulkan bencana serta penderitaan bagi masyarakat serta lingkungan ekosistem itu sendiri. Di musim hujan, hutan yang tidak terjaga dan terpelihara dengan baik, akan mengakibatkan terjadinya bencana tanah longsor maupun banjir bandang. Kemarau akan menjadi lebih lama karena perubahan iklim akibat pemanasan global yang disebabkan rumah kaca dan gundulnya hutan-hutan tropis
Sumber daya biodiversitas menjadi dasar pembangunan peradaban suatu bangsa, tak terkecuali Indonesia. biodiversitasadalah aset global yang sangat berharga bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, sesuai tema IDB 2024, maka setiap orang harus berperan aktif mengampanyekan konservasi sumber daya alam dan biodiversitasserta disiplin dan bertanggungjawab untuk melestarikannya agar generasi mendatang dapat pula menikmatinya.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Konservasi Biodiversitas
Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang tinggi, sehingga dikenal sebagai mega diversity country. Biodiversitas bersifat multidimensi, hal ini mengacu pada variasi sumber daya hayati dari tingkat ekosistem, spesies, dan genetik. Ā Keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. Keanekaragaman spesies, hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista, Keanekaragaman tingkat genetik, yaitu variasi genetik dalam satu spesies. Ā Dibanding daerah gurun maupun kutub, daerah tropis dan lingkungan kepulauan Indonesia memiliki biodiversitasyang lebih banyak dan lebih kompleks karena sangat cocok untuk tumbuh lebih banyak, lebih beraneka macam pepohonan, dan menjadi tempat yang cocok untuk hidup beraneka fauna yang merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem kehidupan saling bergantung dan memengaruhi satu sama lain. Ā Kekayaan biodiversitas ini dijaga melalui beragam bentang alam yang berfungsi sebagai habitat alami biodiversitas. Akan tetapi, kondisi perubahan iklim yang terjadi belakangan ini ternyata berdampak pada upaya konservasi biodiversitas.
Konservasi yang dilakukan merupakan usaha konservasi flora dan fauna, bertujuan untuk menjaga keberadaan populasi hewan dan flora di dalam suatu ekosistem. Upaya konservasi ini diterapkan di kawasan yang memiliki karakter khas, seperti dihuni spesies langka dan endemik, atau terancam mengalami kepunahan, atau memiliki potensi kegunaan besar jika dilestarikan. Ā Ada 2 (dua) metode konservasi sumber daya alam yang dapat dilakukan, yaitu metode in-situ dan ex-situ. Konservasi in-situ adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di dalam kawasan habitat asli, seperti kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka margafauna) atau kawasan konservasi alam (taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam). Sementara itu, konservasi ex-situ adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang dilakukan di luar kawasan, misalnya kebun raya, kebun binatang, atau taman safari. Konservasi biodeversitas genetik, terutama untuk tanaman pertanian dan ternak dilakukan melalui koleksi plasma nutfah yang dilakukan oleh beberapa balai penelitian di bawah Kementerian Pertanian maupun Badan Risen dan Inovasi Nasional (BRIN). Ā Konservasi ex-situ menghadapi berbagai masalah, yaitu kekurangan dana, fasilitas dan tenaga terlatih. Sebagai contoh, berbagai balai atau pusat penelitian tidak mempunyai fasilitas penyimpanan jangka panjang, sehingga koleksi harus ditanam atau ditangkar ulang.
Indonesia sebagai salah satu wilayah dengan tingkat biodiversitas tertinggi di dunia memegang peranan penting dalam melestarikan berbagai jenis flora yang terancam punah, khususnya jika flora tersebut bersifat endemik dan sulit dijumpai di wilayah lain. Setidaknya terdapat dua nilai biodiversitas yang ada pada flora, yaitu nilai yang terlihat (pengobatan, pertanian, ekoturisme) dan nilai yang tidak terlihat (regulasi iklim, mencegah erosi tanah, menyediakan air bersih). Oleh karena itu, pemanfaatan flora di Indonesia harus dilakukan dengan mengedepankan prinsip konservasi guna menjamin keberlanjutan spesies flora yang dikomersialisasi.Ā
Adapun Ā strategi kunci guna menghadapi perubahan iklim ada 2 (dua), yaitu pertama mitigasi melibatkan tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menyerap karbon serta mengembangkan pilihan yang akan menghasilkan emisi rendah dalam jangka panjang, dan kedua adaptasi mengacu pada penyesuaian/akomodasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, seperti meminimalkan konsekuensi negatif dan meningkatkan peluang. Lebih lanjut, adaptasi berfokus pada persiapan untuk mengatasi dan merespons dampak perubahan iklim saat ini dan di masa depan. Oleh karena itu, adaptasi yakni membantu alam dan komunitas manusia beradaptasi terhadap perubahan iklim yang sudah terjadi. Tidak hanya flora, konservasi juga diperlukan untuk mempertahankan kelestarian fauna. Dampak yang sangat signifikan dari adanya perubahan iklim terhadap biodiversitas flora dan fauna adalah akan mengancam hilangnya habitat fauna, perubahan distribusi flora dan fauna, perubahan kelimpahan, serta perubahan fenologi (berbiak, migrasi, dan sebagainya).
Contoh dari hal di atas adalah kasus deforestasi. Deforestasi menyebabkan perubahan curah hujan dan memperbesar peluang terjadinya kebakaran hutan. Hal ini karena tanaman yang berfungsi melindungi hutan dari panas matahari hilang, sehingga terjadi kekeringan. Jika hutan mengalami kebakaran hebat, berbagai jenis fauna akan kehilangan habitatnya sehingga mereka akan melakukan migrasi ke tempat lain. Ā Distribusi spesies flora dan hewan yang masif tersebut turut mengubah karakteristik bioma serta struktur dan fungsi ekosistem, sehingga persediaan oksigen, air bersih, makanan, obat-obatan, dan perlindungan terhadap bencana pun berubah.
Konservasi hutan dan keberadaan ruang hijau di wilayah perkotaan merupakan amanat undang-undang yang harus diperjuangkan secara konsisten. Pada dasarnya manusia harus bersedia untuk hidup berdampingan dengan fauna dan flora di sekitarnya. Selain itu, tantangan konservasi biodiversitas ini juga dihadapi oleh masyarakat yang hidup di daerah perkotaan. Hutan kota dan kota dalam hutan makin layak dikembangkan di masa perubahan iklim. Pembangunan masif perlu diimbangi dengan menerapkan konsep ini. Pembangunan hutan kota bertujuan memberi kenyamanan bagi penghuninya. Zonasi hutan kota di bedakan ke dalam 3 (tiga) zona, Kategori pertama zonasi pantai, yakni kawasan untuk perlindungan ekosistem bakau dan hutan pantai yang diharapkan sebagai pendukung ruang terbuka hijau sebagai kawasan lindung yang terintegrasi dengan kegiatan wisata dan pendidikan. Misalnya Jakarta, Semarang, Surabaya. Kategori kedua adalah zonasi pedalaman yang diperuntukkan sebagai perlindungan ekosistem dataran rendah, seperti Samarinda, Solo, Palembang. Zonasi ketiga adalah zonasi pegunungan untuk menyediakan ruang yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan ekosistem dataran tinggi seperti Bandung, Malang, Brastagi. Jenis-jenis tanaman juga disesuaikan dengan zonasi ini. Misalnya, pantai adalah tanaman mangrove, di pedalaman semak belukar.
Perubahan Iklim terhadap Konservasi Biodiversitas dalam SDGs
Perubahan iklim terhadap seluruh aspek kebutuhan manusia ini berkaitan erat dengan poin-poin yang ada dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Meskipun fokusnya berbeda-beda, semua penilaian ini menggarisbawahi bahwa aspek lingkungan mendasari pembangunan berkelanjutan.
Pengakuan hak atas pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan bagi masyarakat adat, komunitas lokal, dan perempuan, serta implementasi tujuan konservasi biodiversitas mengenai pembagian manfaat yang adil dan merata berpotensi memperbaiki kesenjangan sosial ekonomi dan politik antar negara dan kelompok sosial (SDGs 10). Ā Pentingnya lagi adalah Ā populasi pedesaan, termasuk petani kecil, nelayan, dan masyarakat yang tinggal di hutan, sering kali secara langsung bergantung pada sumber daya alam untuk penghidupan dan penghidupan mereka.
Biodiversitas adalah kunci ketahanan pangan dan nutrisi, serta berkontribusi terhadap pencapaian SDGs 2 tentang nihil kelaparan. Keanekaragaman genetik pertanian, termasuk tanaman pangan dan ternak, sangat penting bagi ketahanan dan adaptasi sistem pertanian terhadap hama dan perubahan kondisi lingkungan. Semua sistem pangan bergantung pada biodiversitasdan jasa ekosistem yang mendukung produktivitas pertanian, kesuburan tanah, serta kualitas dan pasokan air.
Meningkatnya angka kematian yang disebabkan oleh faktor lingkungan, hubungan antara biodiversitas dan kesehatan (SDGs 3) semakin diakui. Ekosistem yang sehat membantu mengurangi polusi udara, air, dan tanah, serta merupakan sumber obat-obatan modern dan tradisional. Hal ini mendasari penyediaan pasokan air, kualitas air, dan perlindungan terhadap bencana terkait air (SDGs 6); mereka adalah sumber energi (SDGs 7); mereka dapat menyediakan infrastruktur alam yang andal dan hemat biaya (SDGs 9); dan secara umum memberikan layanan dasar bagi perkotaan, dan solusi berbasis alam terhadap tantangan terkait kesejahteraan perkotaan (SDGs 11). Namun semua hal ini terhambat oleh pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan saat ini (SDGs 12). Ā Selaras dengan SDGs poin 13,. sehingga harus adaptif dan resilien terhadap apapun yang terjadi di muka bumi, dengan lebih bijak dalam pemanfaatan sumber daya, efisiensi energi, memanfaatkan energi terbarukan, dan melakukan edukasi akan pentingnya melestarikan sumber daya alam.
Lebih lanjut, tentang pentingnya konservasi air dan konservasi daratan pada SDGs poin ke 14 dan 15. Ā Indonesia memiliki lautan yang sangat besar, Ā maka konservasi air memiliki peran besar dalam menjaga sustainable life. Tujuan dari SDGs ke 14 sendiri adalah konservasi dalam pemanfaatan sumber daya di lautan secara berkelanjutan untuk menjaga kestabilan bumi. Pelestarian alam di daratan juga menjadi perhatian khusus dengan konservasi, memulihkan dan mendorong pemanfaatan ekosistem darat secara bijak. Hal tersebut diwujudkan dengan mengelola hutan, memerangi penggundulan hutan, memperbaiki degradasi lahan serta menghentikan perburuan biodiversitas. Oleh karena itu, biodiversitas sangat relevan dengan pencapaian SDGs 1 tentang pengentasan kemiskinan dan SDGs 8 tentang pekerjaan layak dan perekonomian.
Perdamaian dan keadilan yang menjadi tujuan dari SDGs nomor 16. Ā dapat diwujudkan dengan aksi nyata berupa memerangi korupsi dan memperkuat hukum dan keadilan di suatu negara. Di samping itu, penting untuk membangun institusi yang inklusif, kuat, dan adil dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan partisipasi masyarakat di negara demokrasi.
Terakhir tentang integrasi yang ingin diwujudkan oleh SDGs nomor 17, Ā yakni, membangun kerja sama yang kuat dalam pembangunan yang berkelanjutan. SDGs 17 merupakan ultimate goalsnya, yakni mengintegrasikan seluruh goals dalam SDGs menjadi tujuan yang inklusif untuk kehidupan yang berkelanjutan
Penutup
Tinjauan ini menunjukkan bahwa berbagai komponen perubahan iklim diperkirakan akan berdampak pada semua tingkat keanekaragaman hayati, mulai dari gen, spesies, hingga tingkat ekosistem. Upaya untuk konservasi biodiversitas harus diintegrasikan dengan strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dengan mempertimbangkan aspek multidimensi. Ā Bersamaan dengan memperingati Hari Biodiversitas Internasional tahun 2024, mari meningkatkan peran individu dan komunitas, juga kebijakan pemerintah sebagai kunci dalam upaya-upaya konservasi yang lebih efektif. Ā Semoga artikel perspektif tinjauan ini bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H