Konservasi hutan dan keberadaan ruang hijau di wilayah perkotaan merupakan amanat undang-undang yang harus diperjuangkan secara konsisten. Pada dasarnya manusia harus bersedia untuk hidup berdampingan dengan fauna dan flora di sekitarnya. Selain itu, tantangan konservasi biodiversitas ini juga dihadapi oleh masyarakat yang hidup di daerah perkotaan. Hutan kota dan kota dalam hutan makin layak dikembangkan di masa perubahan iklim. Pembangunan masif perlu diimbangi dengan menerapkan konsep ini. Pembangunan hutan kota bertujuan memberi kenyamanan bagi penghuninya. Zonasi hutan kota di bedakan ke dalam 3 (tiga) zona, Kategori pertama zonasi pantai, yakni kawasan untuk perlindungan ekosistem bakau dan hutan pantai yang diharapkan sebagai pendukung ruang terbuka hijau sebagai kawasan lindung yang terintegrasi dengan kegiatan wisata dan pendidikan. Misalnya Jakarta, Semarang, Surabaya. Kategori kedua adalah zonasi pedalaman yang diperuntukkan sebagai perlindungan ekosistem dataran rendah, seperti Samarinda, Solo, Palembang. Zonasi ketiga adalah zonasi pegunungan untuk menyediakan ruang yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan ekosistem dataran tinggi seperti Bandung, Malang, Brastagi. Jenis-jenis tanaman juga disesuaikan dengan zonasi ini. Misalnya, pantai adalah tanaman mangrove, di pedalaman semak belukar.
Perubahan Iklim terhadap Konservasi Biodiversitas dalam SDGs
Perubahan iklim terhadap seluruh aspek kebutuhan manusia ini berkaitan erat dengan poin-poin yang ada dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Meskipun fokusnya berbeda-beda, semua penilaian ini menggarisbawahi bahwa aspek lingkungan mendasari pembangunan berkelanjutan.
Pengakuan hak atas pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan bagi masyarakat adat, komunitas lokal, dan perempuan, serta implementasi tujuan konservasi biodiversitas mengenai pembagian manfaat yang adil dan merata berpotensi memperbaiki kesenjangan sosial ekonomi dan politik antar negara dan kelompok sosial (SDGs 10). Ā Pentingnya lagi adalah Ā populasi pedesaan, termasuk petani kecil, nelayan, dan masyarakat yang tinggal di hutan, sering kali secara langsung bergantung pada sumber daya alam untuk penghidupan dan penghidupan mereka.
Biodiversitas adalah kunci ketahanan pangan dan nutrisi, serta berkontribusi terhadap pencapaian SDGs 2 tentang nihil kelaparan. Keanekaragaman genetik pertanian, termasuk tanaman pangan dan ternak, sangat penting bagi ketahanan dan adaptasi sistem pertanian terhadap hama dan perubahan kondisi lingkungan. Semua sistem pangan bergantung pada biodiversitasdan jasa ekosistem yang mendukung produktivitas pertanian, kesuburan tanah, serta kualitas dan pasokan air.
Meningkatnya angka kematian yang disebabkan oleh faktor lingkungan, hubungan antara biodiversitas dan kesehatan (SDGs 3) semakin diakui. Ekosistem yang sehat membantu mengurangi polusi udara, air, dan tanah, serta merupakan sumber obat-obatan modern dan tradisional. Hal ini mendasari penyediaan pasokan air, kualitas air, dan perlindungan terhadap bencana terkait air (SDGs 6); mereka adalah sumber energi (SDGs 7); mereka dapat menyediakan infrastruktur alam yang andal dan hemat biaya (SDGs 9); dan secara umum memberikan layanan dasar bagi perkotaan, dan solusi berbasis alam terhadap tantangan terkait kesejahteraan perkotaan (SDGs 11). Namun semua hal ini terhambat oleh pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan saat ini (SDGs 12). Ā Selaras dengan SDGs poin 13,. sehingga harus adaptif dan resilien terhadap apapun yang terjadi di muka bumi, dengan lebih bijak dalam pemanfaatan sumber daya, efisiensi energi, memanfaatkan energi terbarukan, dan melakukan edukasi akan pentingnya melestarikan sumber daya alam.
Lebih lanjut, tentang pentingnya konservasi air dan konservasi daratan pada SDGs poin ke 14 dan 15. Ā Indonesia memiliki lautan yang sangat besar, Ā maka konservasi air memiliki peran besar dalam menjaga sustainable life. Tujuan dari SDGs ke 14 sendiri adalah konservasi dalam pemanfaatan sumber daya di lautan secara berkelanjutan untuk menjaga kestabilan bumi. Pelestarian alam di daratan juga menjadi perhatian khusus dengan konservasi, memulihkan dan mendorong pemanfaatan ekosistem darat secara bijak. Hal tersebut diwujudkan dengan mengelola hutan, memerangi penggundulan hutan, memperbaiki degradasi lahan serta menghentikan perburuan biodiversitas. Oleh karena itu, biodiversitas sangat relevan dengan pencapaian SDGs 1 tentang pengentasan kemiskinan dan SDGs 8 tentang pekerjaan layak dan perekonomian.
Perdamaian dan keadilan yang menjadi tujuan dari SDGs nomor 16. Ā dapat diwujudkan dengan aksi nyata berupa memerangi korupsi dan memperkuat hukum dan keadilan di suatu negara. Di samping itu, penting untuk membangun institusi yang inklusif, kuat, dan adil dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan partisipasi masyarakat di negara demokrasi.
Terakhir tentang integrasi yang ingin diwujudkan oleh SDGs nomor 17, Ā yakni, membangun kerja sama yang kuat dalam pembangunan yang berkelanjutan. SDGs 17 merupakan ultimate goalsnya, yakni mengintegrasikan seluruh goals dalam SDGs menjadi tujuan yang inklusif untuk kehidupan yang berkelanjutan
Penutup
Tinjauan ini menunjukkan bahwa berbagai komponen perubahan iklim diperkirakan akan berdampak pada semua tingkat keanekaragaman hayati, mulai dari gen, spesies, hingga tingkat ekosistem. Upaya untuk konservasi biodiversitas harus diintegrasikan dengan strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dengan mempertimbangkan aspek multidimensi. Ā Bersamaan dengan memperingati Hari Biodiversitas Internasional tahun 2024, mari meningkatkan peran individu dan komunitas, juga kebijakan pemerintah sebagai kunci dalam upaya-upaya konservasi yang lebih efektif. Ā Semoga artikel perspektif tinjauan ini bermanfaat!