Membantu di sini 'seringkali' disalah artikan dengan 'menggantikan'. Sehingga Kepala keluarga justru sering marah membabi buta jika tugas tersebut tidak dilakukan apalagi mengaitkan dengan hukum mengurus rumah tangga dalam Islam. Malah akan banyak kata-kata mengutuk yang keluar. Durhaka, tidak berguna, sampai kata-kata yang banyak sekali mengandung unsur kekerasan psikis pun terdengar. Biasanya laki-laki seperti ini adalah laki-laki manipulatif yang dapat merusak rumah tangganya sendiri. Kemudian ketika sudah rusak, dia akan menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri. Tak jarang jika anak perempuan tidak mau mengerjakan tugasnya, dia dianggap membabukan orang tua atau memperbudak orangtuanya hanya karena orangtua mengerjakan tugas mereka. Aneh, bukan? Tapi keanehan ini banyak sekali terjadi di masyarakat Indonesia.
Bahkan sering terjadi anak perempuan tidak lagi membutuhkan pertolongan orang tuanya, sampai orang tuanya justru tersinggung karena sudah tidak dibutuhkan lagi atau pertolongannya sudah tidak relevan. Jika orang tua ingin akhir dari anak perempuannya mandiri, jangan salahkan jika nanti dia tidak punya rasa empati karena didikan yang terlalu keras. Jika memang ada yang salah dengan tutur kata, sebaiknya Anda sebagai orang tua bercermin, seperti apa tutur kata Anda ketika menolak pendapat anak perempuan Anda.
Jadi, orang tua terutama AYAH sebagai KEPALA KELUARGA, bukalah telinga Anda lebar-lebar. Biarkan anak perempuan pertama itu menguraikan isi hatinya yang tidak perlu kamu sangkal. Berdirilah di depan cermin dan lihat: Anda sesempurna apa sehingga menuntut anak perempuan pertama Anda untuk selalu sempurna? Bersyukurlah pada apa yang Allah beri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H