Semestinya dalam perdagangan baik dipasar lokal, nasional maupun international, berdagang & Kejujuran itu mestinya harus berjalan seirama sperti tulang dibalut kulit, tulang itu adalah perdaganganya dan kejujuran itu adalah kulitnya, ibarat perlindungan deh gitu.
Namun dalam system perdagangan Indonesia itu sangat banyak yang tidak berkulit, beredar tanpa perlindungan, dimana sering tidak disertai dengan kejujuran. Menjual kejujuran belumlah salah satu hal yang bisa dipertanggung jawabkan di negeri tercinta ini, sangat disayangkan karena dengan blak-blakan kita bisa menemukan pedagang mengumbar keaslian, atau kesuperan daganganya tanpa merasa berdosa bahwa sebenarnya daganganya itu palsu, atau tidak memenuhi standard.
Sabil terbahak-bahak, saya mebaca status seorang teman di Facebook, yang berbunyi sebagai berikut "Seorang tukang jualan semangka di pasar di Medan dengan bangga mempromosikan semangka yang dijualnya adalah semangka merah dan sangat manis. Pada saat si pembeli sedang memilih-milih untuk dibeli, salah satu semangka itu jatuh ke tanah dan hancur. Warna dalamnya sangat pucat dan tidak menggiurkan. Si pembeli bertanya: kok katanya merah, itu pucat kok, serada kesal. Terus si penjual menjawab: Kaupun kalau jatuh dan hancur begitu, tampangmupun akan pucat" Membaca status ini saya ketawa terbahak-bahak sendirian.....oh Facebook, ada saja yang bisa menghibur.
Saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu, pada saat semgat menggebu2 ingin mempromosikan Silver Beads dari Bali dan Jawa di Eropah, saya berkunjung langsung ke lokasi pembuatanya di Yogjakara dan membeli langsung dari tukangnya. Di Yogja bisa lebih murah daripada beli di calonya di Bali atau lewat Internet, saya memutuskan untuk membelinya dalam jumlah banyak dari Jogja, melebihi seribu pound sterling dalam kunjungan itu. Si mas penjual silver tersebut meyakinkan saya dengan tampangnya yang jujur bahwa semua produksinya terbuat dari Bali Silver .925. Buat pembaca yang belum begitu paham mengenai kadar Silver, .925 adalah kadar mutu yang terbaik, yang dikenal secara internasional. Setelah tiba di Inggris, saya mencoba mencuci silver yang baru saya beli dari Yogya dengan liquid permbersih perak. Dengan sangat kaget, bahwa sebagian (sekalipun bukan majoritas dari perak jewellery tersebut) berubah warna jadi hitam, ini pertanda bahwa yang menghitam bukan asli perak. Saya sangat kaget dan kecewa dan mencoba menghubungi business relasi di Yogja. Namun dengan tenang si mas situ mengatakan bahwa semua jualan mereka asli perak .925, dan mengusulkan kalau saya tidak puas dengan produk tersebut dengan senang hati akan mereka refund, namun ongkos kirimnya harus saya tanggung. Bayangkan, ongkos kirim dari London, sudah hampir sama dengan harga perak itu sendiri.
Kejadian itu membuat kegondokan saya sangat tidak terobati, akhirnya saya memutuskan untuk tidak akan pernah membeli silver dari Jogja lagi. Sedihnya, kelakuan saya itu telah menghukum para pedagang yang jujur lainya secara tidak adil. Tapi bagaimana caranya saya untuk mengenali pembeli yang adil? Kemana saya mencarinya, sedangkan sertifikat dan regulasi untuk perak mereka tidak punya. Di negeri ini sertifikasi barang yang betul-betul genuine masih sangat susah untuk dipercaya, karena banyaknya pengusaha yang korupsi.
Ternyata kurangnya control dalam standardisasi dan keaslian dari suatu barang itu telah menyebabkan pembeli mencari penjual di negara-negara yang bisa lebih di percaya. Saking takutnya untuk membeli langsung dari Tanah air, akhirnya saya mencari alterntif pasar di USA, harganya lebih mahal namun keaslianya bisa dipertanahnkan, toh semuanya dari Bali ini.
Perlahan-lahan saya membuat research di Google, dimana saja kira-kira Bali Silver beads ini dijual? Melalui e-Bay, saya menemukan ribuan penjual Bali Silver Beads yang tidak ada hubunganya sama sekali dengan Bali. Semua design2 perhiasan itu sekarang sudah ditiru dan diproduksi di China dan dan Hong Kong dan tentunya USA, tanpa perlu izin hak cipta dari Bali karena menurut beritanya Bali belum memiliki hak cipta "Bali Silver Beads" yang dilindungi hukum. Poor Bali!! Sehingga saat ini peredaran Bali Silver beads mungkin lebih banyak yang dating dari China dari pada Bali itu sendiri. Aku merasa kesal, maunya mau mempromosikan Bali, eh...kok jadi meperkaya China dan Amerika? Kan mereka sudah kaya.
Ternyata dalam perdagangan hanya satu yang perlu kita pertahankan untuk perdangan yang berkelanjutan dan bila kita ingin bertahan dalam pasaran baik nasional, maupun internasional "KITA HARUS BERSEDIA MENJUAL KEJUJURAN DEMI MEMBELI HARGA DIRI KITA".
Kejuran itu adalah bagian dari penghormatan kita kepada YME, namun sering ketidak jujuran ini sering ditememukan dinegara-negara dengan penduduk yang sangat taqwa beragama. Sedih...masih banyak orang-orang beragama yang mengaku taqwa, namun selalu menomorduakan Tuhan, dan menomor satukan UANG (harta) duniawi.
Dihari kemerdekaan ini, kita harus bisa merenungi bahwa merdeka bukan berarti merdeka berperilaku seenak buntutnya. Menipu orang lain itu adalah kelakuan yang kita lakukan dengan menipu diri sendiri dulu, karena sebelum menipu orang lain, kita harus berbohong dulu sama diri kita, betul ngga? Berbohong pada diri sendiri, ini adalah menjajah diri sendiri = berarti anda belum merdeka.
Kebanggaan sebagai rakyat yang merdeka itu adalah merdeka dari cengkraman kebodohan diri. Pura-pura tidak tahu....dalam pikirian siapa tahu.
MERDEKA!!! Bukan hanya seruan-seruan puisi....mulailah kemerdekaan itu dari diri kita sendiri.
Salam merdeka dari London.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H