Pada tahap ini, anak mulai menyadari bahwa emosi orang lain terpisah dari dirinya. Namun, respons empatinya masih bersifat egosentris. Misalnya, anak mungkin mencoba menenangkan orang lain dengan memberikan benda yang menenangkan dirinya sendiri, seperti mainannya.
Empati untuk Perasaan Orang Lain (usia 2-10 tahun)
Pada tahap ini, anak semakin mampu memahami bahwa orang lain memiliki perspektif dan emosi yang berbeda dari dirinya. Anak mulai menunjukkan kemampuan untuk merespons kebutuhan emosional orang lain dengan cara yang lebih sesuai.
Empati yang Berbasis pada Perspektif
Pada tahap ini, biasanya terjadi pada remaja hingga dewasa, individu mampu memahami emosi orang lain dalam konteks situasi yang lebih kompleks. Empati pada tahap ini sering disertai dengan kesadaran moral yang lebih mendalam dan kemampuan untuk bertindak secara prososial dalam berbagai situasi sosial.
Empati dan Perkembangan Moral
Hoffman menjelaskan bahwa empati berperan penting dalam perkembangan moral. Ia menyoroti bagaimana empati memotivasi perilaku prososial, yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Hoffman percaya bahwa empati dapat menjadi dasar bagi pengembangan rasa keadilan, rasa tanggung jawab, dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Menurut Hoffman, empati bekerja melalui tiga mekanisme utama dalam memotivasi perilaku moral:
Distress Empatik
Ketika seseorang menyaksikan penderitaan orang lain, ia mungkin merasa cemas atau tidak nyaman. Perasaan ini dapat mendorongnya untuk membantu orang lain sebagai cara mengurangi penderitaan mereka.
Internalisasi Norma Moral