Bintang tidak pernah lelah menyapa bumi saat Awan memiliki mood baik, tapi apabila Awan disalahkan karena tidak terduga badmood selalu marah, Awan menyalahkan matahari yang menyerap banyak uap air. Sementara Matahari kembali menyalahkan makhluk bumi yang mengeluh kepanasan, menginginkan hujan.Â
Saling menyalahkan mengundang petir mengeluarkan pecutnya, menggelegar kala Awan telah menghitam. Hingga makhluk bumi merinding dibuatnya. Keributan mereka selalu dikeluhkan oleh Bintang, dari Bumi ia terlihat mungil, banyak bicara nan menggemaskan.Â
Setiap malam apabila semesta memiliki mood baik, Zio selalu berbincang dengan Kejora, bintang favoritnya. Kejora jarang menampakkan keelokan, malu-malu bak Tuan Puteri yang dipingit. Kata Bintang Kecil, Kejora selalu menyiapkan nyali dan mendandani diri sebelum dipuji  manusia, khususnya Zio. Tikar tergelar di atas tanah yang selalu berbisik iri pada rumput yang bergoyang pelan kanan-kiri, mengikuti desiran lagu romansa dari angin, mengiringi percakapan telepati.Â
"Kejora, ada kabar apa malam ini?" Zio bertanya. Berinteraksi dengan Kejora diwajibkan memakai hati yang terdalam, meski tak sampai otot-otot polos terasa geraknya, lirih kata Kejora terdengar jua. "Tidak ada yang menarik, hanya keluarga Kahyangan merindukan Anda."
Zio tersenyum tipis, memejamkan netra memunculkan bayangan keluarga Kahyangan. "Maafkan saya. Tidakkah sampai sekarang mereka mengetahui keberadaan saya?" tanya Zio.Â
"Tidak, kekuatan mereka terlalu sulit menembus penghalang yang saya berikan pada Anda." Kalimat lembut yang terucap amat menembus sanubari Zio, renjananya bertanya-tanya dan menyesal mengapa baru sekarang terpikirkan keluarga kerajaan?Â
"Tidakkah mereka curiga, bahwa saya ada pada lindungan Anda?"
"Mereka seperti manusia juga, memiliki salah, sedangkan saya benda mati, Dewa pasti tidak salah memberikan kekuatan kepada siapa."
Setetes air mata keluar dari netra Zio, bila ia boleh jujur, ia sangat merindukan pelukan hangat dan kasih sayang warga Kahyangan. Merasakan telepati yang menyesakkan, atas kelakuannya Kejora merubah wujud menjadi Puteri cantik jelita, menghampiri Zio yang masih menatap nanar langit gelap itu.Â
"Peri Zio..., maafkan saya.... " Zio terperanjat, memfokuskan kembali pikiran tidaklah mudah ketika Kejora di hadapannya, cahaya Kejora di bumi tak terlalu terang karena ia jauh dengan Matahari.Â
"Me-mengapa Anda meminta maaf?" Zio gugup bertanya.Â