Mohon tunggu...
NellaLestari _07
NellaLestari _07 Mohon Tunggu... Penulis - Aktif

Pelajar SMA yang mencoba berimajinasi di sela-sela menumpuknya tugas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amerta

21 November 2021   11:30 Diperbarui: 21 November 2021   11:42 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

  Sepertinya senja betah singgah meskipun di musim hujan ini. Pukul lima sore mentari masih menembus kulit pada insan-insan yang kepingin selalu mengabdi pada negeri.

  "Fikri! Kenapa kamu masih di sini? Apa gunanya belajar?! Suatu saat nanti kamu harus mewarisi mengatur sawah, percuma belajar matematika, membaca!! Pulang!"

  Suasana semula kondusif menjadi tegang, ketika para orang tua dari murid Komunitas Pencinta Literasi berdatangan. Ketegangan tak bisa dicegah kala adu argumen dengan beda pemikiran. "Pak, mereka berhak punya hak untuk memiliki pendidikan yang layak. Kami hanya ingin mengembangkan rasa cinta pada literasi khususnya membaca, itu saja." Firza menjelaskan.

  "Kalian hanya membuang waktu, dan para gadis ini, lebih baik pulang saja, tak usah sekolah. Karena pada akhirnya kalian akan menjadi ibu rumah tangga." Si Bapak berkaus oblong dengan guratan kemarahan berkata kembali, "Oh, iya, satu lagi, bocah-bocah!" Telunjuk si Bapak menunjuk satu-persatu anggota murid mereka. "Asal kalian tahu, mereka hanya ingin menang lomba, bukan ikhlas mengajari kita."

  Detik demi detik di antara manusia tak berkutik---terlibat isi pikiran masing-masing, para pemarah tadi pergi. Ruang 4 5 dihiasi buku-buku tiap bagian, ditatap oleh kesepuluh anak insan. Buku-buku bekas nan lawas sedikit usang, lukisan tangan-tangan mungil menghiasi dinding kayu jati, di sana ... di antara mentari yang menembus jendela, kesepuluhnya senyap.

***

  "Gimana persiapan lomba literasinya?" Keesokan sorenya mereka kembali berkumpul di basecamp KoPi.

  "Gue sebagai fotografer, masih nyari-nyari objek, sih," jawab Firza. Ramdan si ketua KoPi (Komunitas Pecinta Literasi), berubah emosi. "Loh? Deadline hari ini!" Ia menyentak. Tanpa banyak kata semua kembali mencari informasi. Seketika para insan pencinta literasi hilang ketangguhan, tangan gemetar tak karuan menerima kenyataan. Bungkam. Harapan-harapan terbenam. "Deadline  ... setengah jam lagi," ujar Firza ... pasrah. "Udah daftar?" tanya Firza sabar. Dengan santainya Ayesha menggeleng pelan, semuanya  ... terduduk lemas. "CEPAT DAFTAR! KENAPA MELAMUN?"

 Dulu Ayesha selalu mengeluh ketika seniornya itu marah-marah, tapi sekarang memang keteledorannya. Sepuluh anggota pencinta literasi terdiri dari berbagai usia itu bertindak cepat sebelum waktu tiga puluh menit berakhir. Jemari Ayesha gemetar, Firza yang mengotak-atik memori mencari foto menarik untuk ajang lomba seolah mengalirkan energi positif pada Ayesha---telepati.  "Jaringan hilang  ... ." Ketegangan makin bertambah, fakta desa ini masih sulit koneksi, sedangkan waktu tetap berjalan. Gerak cepat meminjam mobil sayur milik warga, membawa mereka bereaksi dengan jalan-jalan penuh gangguan. Firza mengemudi, kecepatan di atas rata-rata membuat yang di belakang susah konsentrasi. "Berapa data yang perlu diisi?" tanya Ramdan, suaranya parau. Laptop ditumpangkan pada paha Dilla.  "Empat langkah, tapi koneksi belum stabil! Laptopnya juga macet," jawab Dilla. Ayesha konsentrasi pada narasi, yang lainnya pada data dan edit foto.  "Mil! Ponselmu canggih, bagi WiFi cepat!" Ramdan menyuruh. Peluh, keluh tak menderu, semua gerak cepat. "Tck, koneksi juga hilang! Listrik mati!"  Ramdan makin frustrasi, komunikasi di antara angin kencang membuat perlahan  ... konsentrasi melayang.

  "ZA! MASIH JAUH DARI KOTA?" Lalu Firza menjawab Ramdan, "Jauh!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun