Pada saat sesi foto saja, Cuma saya saja yang memakai masker, karena saya sedang menangis. Ditambah lagi yang mengambil foto itu dosen yang merekomdasikan saya sebagai Mc diwisuda ini, bapak junaidi. Saya sangat malu, saya sangat lemes. Beruntungnya ada tangan orang baik yang selalu menggenggam tangan saya, yaitu ibu faizah. Beliau terus menggenggam tangan saya, dan saya pun tidak bisa lepas dengan beliau. Karena pada saat itu saya sangat butuh tangan beliau. Terimaksih yang tak terhingga untuk orang-orang baik disekeliling saya.
Sesi foto selesai, akhirnya waktu istirahat dan makan siang tiba. Saya diantarkan oleh ibu faizah keruangan untuk istirahat. Dan setelah itu saya berkumpul dengan teman-teman saya. Air mata saya masih saja berjatuhan. Saya kembali memegang handphone dan menelpon mamak saya untuk menenangkan hati sya. Saya mengadu tentang apa yang terjadi pada hari itu. Mamak selalu menyemangati saya. Dan setelah itu saya sedikit lega. Dan langsung diantar pulang ke kos.
Sesampainya dikos pikiran saya masih dipenuhi dengan kejadian yang terjadi pada saat itu. Malamnya saya mendapatkan pesan Whatsapp dari bapak Junaidi. Beliau mengirim contoh penulisan opini yang sudah dimuat di medianya. Dan beliau meminta saya untuk membuat opini tersebut. Saya meminta waktu untuk itu, karena mengingat kondisi saya yang masih lelah dan kurang fit. Dan saya juga mengambil kesempatan untuk meminta maaf kepada beliau. "lala mohon maaf ya pak, atas kekurangan dalam Mc tadi". Saya sangat malu dan meras bersalah. Padahal beliau sama sekali tidak mempermasalahkannya dan beliau sangat memaklumi kenapa hal itu bisa terjadi. Bahkan beliau membalasnya dengan memuji penampilan saya. "sudah mantap tu, tinggal tambah jam terbang dan terus evaluasi diri" itu balesan pesan whatsapp dari beliau. Beliau juga berbepesan kepada saya "jangan malu-malu untuk promosikan diri, tiap tampil nanti biasakan rekam".
Awalnya dengan kejadian tadi saya sempat menyerah, bahkan saya sempat mengatakan pada diri saya. Ini kali terakhir saya tampil menjadi Master Of Ceremony. Namun, ternyata percakapan singkat di whatsapp itu membuat saya semakin bersemangat untuk meningkatkan kualitas diri saya. Salah itu hal yang wajar. Dari kesalahan itulah kita belajar untuk terus melakukan perbaikan. Dari kejadian ini saya belajar, teruslah mencoba, jangan pernah takut salah.
salah itu hal yang wajar. Saya menganggap kejadian ini adalah awal dari segalanya dimulai. Dan terimaksih untuk orang-orang baik disekeliling saya yang selalu mensupport saya. Sampai bertemu lagi dicerita selanjutnya. Yang insyaallah kedepannya saya bisa menggapai semua mimpi-mimpi saya, dan menjadi Mc yang profesional dan handal. See you guys
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H