Mohon tunggu...
Nella Dewi
Nella Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan Menua Tanpa Cerita :)

Aku adalah apa yang tak perlu kau tahui📝

Selanjutnya

Tutup

Diary

Awal dari Segalanya Dimulai

3 Desember 2021   19:26 Diperbarui: 3 Desember 2021   21:22 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tidak berhenti disitu saja, masih ada satu hari pertempuran lagi. Hari paling istimewa, hari H wisuda pada tanggal 18 November 2021. Dan saya hanya memiliki satu hari saja untuk istirahat. Setelah acara saya langsung pulang untuk istirahat. Tak lama saya istirahat, saya dapat panggilan telpon bahwasanya saya harus beli alat makeup untuk anak sanggar Seni Intan Payoeng. Saya hampir lupa, selain ditugaskan untuk menjadi Mc di acara kampus, saya juga ditugaskan untuk makeupin anak sanggar yang akan tampil di acara wisuda nanti. Karena mengingat waktu yang semakin sedikit, saya memaksakan diri untuk mencari perlengkapan makeup yang belum ada. Dengan mata yang lesu, badan yang lelah saya pergi mencari perlengkapan tersebut.


Dan H-1 kami geladi bersih, yang lain pun ikut mempersiapkan tenda-tenda untuk besok. Jujur saya masih sangat lelah, istirahat saya belum cukup. Belum lagi malamnya saya harus tidur dikampus, bersama anak sanggar Seni Intan Payoeng. Dan saya mendapat tugas untuk makeupin anak sanggar tari yang jumlahnya 14 orang tersebut. Saya sangat khawatir takut suara saya bisa hilang karena waktu istirahat yang tidak cukup. 

Saya harus bangun jam 01.00 malam untuk makeupin mereka dengan keadaan besoknya saya juga sebagai Mc yang akan membacakan nama para peserta wisuda dan predikatnya. Jika saya tidak mengambil tugas makeup ini, tidak ada lagi yang bisa makeupin mereka dengan waktu yang sudah mepet. Dari dulu saya memang sudah dipercayakan untuk makeupin mereka saat tampil. Namun kali ini ceritanya berbeda, saya jadi serba salah. Sebelum hari H tiba, malamnya saya sempat mengundurkan diri untuk jadi Mc yang akan membacakan nama para peserta wisuda, karena pada saat itu saya sudah merasa suara saya sudah sedikit hilang. Apalagi mengingat malamnya saya tidur dikampus, sudah pasti waktu tidurnya tidak cukup. Mengingat saya harus bangun cepat untuk makeupin anak sanggar tari yang jumlahnya 14 orang. Saya sudah feeling kalau besok pasti suara saya akan hilang. Namun ibu masni tetap menyuruh saya untuk tampil karena mengingat tidak ada orang lain yang membacakan. Dengan terpaksa saya mengambil tugas tersebut, dengan harapan besok tidak akan mempengaruhi suara saya saat Mc.


Waktu berjalan dengan sangat cepat, jam sudah menunjukan pukul 01.00 pagi. Dan alarmpun berbunyi dari setiap ponsel para penari, saya langsung bangun dan menyuruh mereka untuk mandi. Dari jam 01.00 malam sampai jam 06.40 pagi, tugas saya selesai untuk makeupin mereka.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Saya langsung bergegas ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri, karena masih ada tugas lain yang harus saya jalankan. Saya harus profesional, apapun yang terjadi saya harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ditugaskan kepada saya. Meskipun waktu tidur saya yang tidak tentu, dengan mata yang sudah lesu, dengan warnanya yang gelap melingkar seperti panda.
Jam sudah menunjukan pukul 07.00 pagi, dengan pakaian yang sudah rapi, dengan tema yang sama, baju kebaya warna maron di pagi hari wisuda. Mata panda yang hitam tadi sekarang sudah tertutupi dengan makeup yang teriasi diwajah saya.


Waktu terus berjalan seiring dengan putaran jam, para tamu dan peserta wisuda berdatangan. Dengan riasan wajah dan baju cantik yang mereka kenakan, seakan berlomba-lomba menunjukan siapa yang paling cantik dan menarik. Tetap saja, hal itu tidak bisa mengalihkan perhatian saya. Tetap saja pikiran gila itu kembali bermunculan seperti biasanya. Saya takut jika saya melakukan kesalahan dan saya akan ditertawakan. Tidak apa-apa saya mencoba untuk menenangkan diri. Ibu masni, ibu faizah dan ibu sulastri selaku pembimbing dan pelatih saya selama ini ikut menyemangati saya dan menenangkan saya. Saya selalu takut dan khawatir, saya selalu bilang kepada mereka "buk kali ini suara lala akan hilang buk. Lala takut". Mereka semua selalu menenangkan saya dan mencoba menghibur saya. "suara lala bagus, lala pasti bisa" kata-kata dari ibu faizah yang singkat tapi selalu buat saya semangat.


Acara sudah dimulai, berbagai penampilan sudah dipersembahkan, kata-kata sambutan dari ibu ketua STAIN TDM pun sudah selesai. Saatnya pemanggilan nama peserta wisuda dan predikatnya. Dan itu tugas saya bersama rekan saya, kak Maysarah. Beberapa nama sudah dipanggil kedepan oleh rekan saya. Selanjutnya digantikan oleh saya. Saat pemanggilan beberapa nama suara saya sudah mulai goyang dan mulai hilang. Pihak operator selaku teman saya mencoba mengecilkan volume mike saya, dan disitupun ada bapak junaidi yang menyuruhnya. Teman saya ikut menjelaskan bahwasanya suara saya hilang karena semalam tidur di kampus untuk makeupin anak sanggar, dengan istirahat yang kurang cukup dan beliau sangat mengerti itu.  Setelah kejadian itu suara saya yang sudah hilang, dan ibu faizah menggantikan posisi saya. Saya sangat malu, saya merasa sangat tidak berguna. Saya merasa sudah mengecewakan orang yang sudah mempercayakan saya. Saya menangis, dibelakang panggung. Ibu masni dan ibu sulastri ikut menenagkan saya, ini bukan kesalahan yang saya sengaja. Mereka semua menenangkan saya, tapi tetap saja, air mata saya jatuh. Dosen saya bapak junaidi dan bapak heri ikut menyaksikan penampilan saya, saya malu. Karena saya merasa saya sudah mengecewakan mereka.


"It's okey ini bukan kesalahan lala. Ini terjadi karena lala capek saja. Lal udah bagus dari kemaren. Kalau lala tidak bagus dan tidak bisa tidak mungkin kami memilih lala sampai berada dipanggung in" ucap ibu faizah yang bergegas turun dari tempatnya setelah membacakan nama para peserta wisuda. Acara selesai. Saya masih mengingat kejadian yang menimpa saya tadi dan menangis. Saya merasa malu dan sangat gagal.


Semua dosen dan panitia wisuda yang ada disitu ikut menenangkan saya, termasuk teman baik saya. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun