Hallo sahabat literasi. Perkenalkan nama saya nella dewi, biasanya dikampus saya sering dipanggil lala. Saya merupakan salah satu Mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam di Kampus STAIN Tengku Dirundeng Meulaboh. Kali ini saya ingin sharing pengalaman MC (Master Of Ceremony) saya di kampus hijau tercinta.
Dari kecil saya sangat senang jika disuruh tampil kedepan, berdiri didepan publik bagi saya suatu kebanggaan. Tapi bukan berdiri saja ya, berdiri didepan publik dalam tanda kutip ada kegiatan atau kemampuan yang bisa dibanggakan loh guys.
Sejak kecil saya sudah sering tampil didepan publik. Saat menduduki bangku sekolah dasar saya pernah menjuarai lomba pidato cilik di desa saya, saya juga sering tampil sebagai penari, bahkan ikut olimpiade. Dan itu masih berlaku sampai saya SMA. Bergabung dalam organisasi, mengikuti berbagai macam kegiatan sekolah maupun diluar sekolah, itu suatu hal yang sangat saya senangi. Rasanya kalau saya tidak terpilih dalam suatu kegiatan sekolah, saya malu bahkan saya berani untuk menawarkan diri. Entah saya yang terlalu percaya diri atau saya yang tidak tahu malu sampai tak sadar diri. hehehehe
Semenjak menduduki bangku perkuliahan, ternyata hal demikian tidak pernah hilang, meskipun sekarang saya sudah bermain dalam ruang lingkup lebih besar. Semakin disini saya semakin tertantang untuk mencoba banyak hal, bergabung diorganisasi kampus, mengikuti event kampus, dan ikut terlibat dalam berbagai kegiatan kampus. Dari semester satu bangku perkuliahan saya sudah terlibat dalam salah satu kegiatan kampus yaitu " Pekan Mahakarya Mahasiswa" menjadi pembawa acara disana.
Saya sangat senang bisa dipercayakan menjadi host di acara tersebut. Dengan bermodalkan tekad dan rasa percaya diri saya maju. Meski sebenarnya jika dibandingkan dengan pembawa acara lain saya masih sangat jauh, saya masih perlu banyak belajar untuk menjadi pembawa acara yang baik dan profesional.
Tapi satu hal yang selalu saya tekankan pada diri saya "la ini awal dari segalanya, berikan yang terbaik, jikapun penampilanmu tidak memuaskan, setidaknya kamu sudah mencoba dan sudah memberikan yang terbaik"
Pada saat itu, Cuma itu yang bisa saya katakan dan saya tanamkan pada diri saya. Setidaknya saya sudah berani mencoba. Event itu adalah event pertama saya menjadi Master Of Ceremony. Sejak hari itu saya semakin tertarik untuk meningkatkan kualitas diri saya dalam dunia MC (Master OF Ceremony). Namun bukan hanya itu saja, ternyata ini sangat cocok dengan jurusan perkuliahan saya, saya semakin semangat dalam perkuliahan karena ini merupakan fashion saya. Selain saya bisa mendapatkan pembelajaran tentang teori Master Of Ceremony dikelas, saya juga bisa langsung memperakterkannya di luar kelas.
Beberapa waktu kemudian, perkuliahan dikampus STAIN TDM berjalan 5 semester. Dan akhirnya hal yang ditunggu-tunggu tiba. Sore itu di bulan November saya mendapat panggilan telpon dari salah satu dosen saya, ibu Masni namanya. Beliau mengatakan bahwa ada dosen yang masuk dikelas saya merekomendasikan saya sebagai Master Of Ceremony di acara wisuda kampus saya. Dosen itu bernama bapak Junaidi, beliau merupakan dosen di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saat itu saya sangat kaget, saya tidak menyangka bisa terpilih diacara tersebut. Bagi saya acara itu sangat besar, berhadapan dengan banyak orang. Waktu itu saya merasa tidak pantas rasanya berdiri disitu. Ilmu saya masih sangat sedikit, pengalaman saya apa lagi, sangat kurang. Namun saya mencoba menerima tawaran tersebut, bagaimanapun saya sudah dipercayakan oleh Dosen saya untuk profesi itu. Tanpa mikir panjang dan menghela nafas, saya menerima tawaran tersebut.
Sebelum hari H tiba, saya latihan terus menerus. Saya juga dilatih oleh dosen yang ada dikampus saya. Setiap harinya saya latihan tanpa henti, sampai suara saya serak dan hampir hilang. Saya panik dan langsung menelpon mamak di kampung, agar dikasih solusi bagaimana mengatasi suara yang sudah serak tersebut. Akhirnya mamak saya menyarankan untuk minum air putih yang banyak dan air hangat yang dicampur dengan jahe. Dan setelah saya melakukan apa yang disarankan oleh mamak saya, Alhamdulillah suara saya kembali dengan dibarengi istirahat yang cukup. Satu hari sebelum hari H saya semakin panik. Belum lagi dengan pikiran-pikiran gila yang muncul dikepala saya. Bagaimana nanti saya tampil? Bagaimana nanti kalau saya salah? Bagimana nanti jika mereka menertawakan penampilan saya? Padahal saya belum memulai tapi sudah muncul pikiran yang semacam itu. Ditambah lagi dengan persiapan lain seperti baju apa yang akan saya pakai pada saat tampil. Saya harus memikirkan dua baju dengan tema yang sudah ditentukan.
Hari H tiba, selasa 16 November 2021 saya menjadi pembawa acara diacara yudisium wisuda. Jantung saya rasanya mau copot, melihat peserta yudisium yang semakin ramai berdatangan. Langkah saya gemetar, seakan tak mampu lagi untuk berjalan. Dan Alhamdulillahnya saya dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu mensupprot saya. Dosen saya selalu semangati saya, meyakinkan saya bahwa saya pasti bisa.
Saat yang ditunggu-tunggu tiba, semua Tim work wisuda bersiap-siap untuk memulai acara. Aba-aba dari atas panggung pun terlihat, bahwasanya sudah waktunya untuk memulai. Saya langsung mengambil tempat untuk melakukan tugas yang seharusnya. Ribuan mata terpusat pada saya yang berdiri didepan dengan menggunakan baju gaun berwarna maron. Saya bersikap seolah biasa saja, mencoba tenang meskipun sebenarnya saya sangat gugup. Terdengar suara wanita cantik dan manis dari belakang. Beliau adalah dosen dikampus saya, yang selalu membimbing dan melatih saya selama ini. Beliau bernama ibu sulastri dan ibu faizah. "semangat la, lala bisa" suara itu yang membuat saya semakin terdorong untuk melakukan tugas saya dengan baik. Saya mencoba melakukannya dengan benar, awal-awal saya sempat salah karena gugup. Tapi saya mencoba mensiasati kesalahan tersebut agar tidak begitu terlihat, dengan bersikap setenang mungkin. Beberapa waktu kemudian, saya berhasil melakukan tugas saya. Meskipun masih ada beberapa kekurangan pada saat membawakan acara, dan saya menyadarinya.