Jadi kembali lagi bahwa fenomena nya yang terulang.
Kalau tidak suka dengan sejarah dan mempelajari semua ini, kita tetap bisa meramal dengan bantuan tekhnologi artificial intelegent.
Super computer di eropa saat ini mulai di fungsikan untuk mempredikai siapa yang akan juara liga sampai siapa pelatih yang akan di pecat bahkan siapa yang terdegradasi dan siapa pemain dengan bayaran termahal. Setelah di uji coba ternyata hasil nya sangat akurat.
Kenapa se onggok mesin bisa melakukan itu?
Ini hasil dari kumpulan data yang ada pada masa lalu dan hari ini.
Artificial google bahkan di klaim bisa meramal kematian seseorang dengan akurasi 95% dimana masyarakat indonesia masih sangat tabu untuk "mencoba" bertaruh dengan tuhan jangan kan rahasia tuhan seperti kematian, ijtihad sederhana yang seharus nya tidak di permasalahkan saja masih di perdebatkan.
Generasi sebelum AI google sekarang itu ada cortana yang akurat memprediksi pertandingan dan bing predict nya microsoft dengan tingkat akurasi 90%.
Ramalan itu pengaruhnya jauh lebih kuat pada suasana psikologis daripada kenyataan sesungguhnya. Jadi seperti ramalan zodiak, tarot, paranornal dan sebagainya sebenar nya tidak penting jawaban nya seperti apa tapi dampak pasikologi nya yang sampai membuat orang berfikir,
"Oh saya itu seperti ini ya"
"Pantes aja bisa kayak gitu"
Jordi
Percaya banget sama peramal cantik
Jadi bukan hanya dalam konteks agama tapi secara psikologis juga kurang baik menurut saya karena tidak akan mengantisipasi apa yang akan terjadi sesungguh nya dan seharusnya.
Point dari semua ini adalah