Ada teman saya dari fisik nya china sekali dalam konteks pemahaman orang indonesia tentang china. Kulit putih, mata sipit, bung andrew juga kalah china nya sama teman saya ini, tapi dia menegaskan pada teman nya bahwa dia ini orang ciranjang, asli sunda cianjur tidak mau di sebut orang china, fasih berbahasa sunda tidak bisa bahasa mandarin, canton, atau hokien. Malahan dia bilang saya yang china karena sempat memandu turis tiongkok yang sedang berkunjung di bandung.
Baca juga : Bagaimana Orang Tionghoa Mengejar Hoki?
Jika kita lihat dari sensus penduduk dan survei yang ada mengenai etnis tionghoa ini juga tidak pernah sama, tidak pernah jelas dan isi survei nya selalu berbeda.
Yang menghasilkan kebudayaan di indonesia juga salah satunya etnis tionghoa dan jika lebih detail lagi melihat kromosom dan DNA kita bisa di simpulkan bahwa kita ini semua adalah keturunan tionghoa, ciba saja di runut kebelakang jejak kromosom nya pasti di temukan bercak/jejak etnis tionghoa.Â
Beberapa kota di indonesia juga didirikan oleh etnis tionghoa seperti gresik dan kota lain di utara pantai jawa, jadi bisa di simpulkan bahwa masyarakat gresik itu adalah etnis tionghoa yang berevolusi dari mulai mata, warna kulit, bahasa, kultur, budaya dan lain sebagainya hingga menjadi masyarakat gresik yang kita kenal sekarang.
Jika tetap kita menghakimi bahwa etnis tionghoa itu mayoritas tajir maka jawaban nya menurut saya bukan karena itu semua, melainkan karena mereka adalah perantau. Jadi bukan karena chinese nya tapi karena mental perantauan nya.
Dalam strategi shunju ada kalimat begini, "Tempatkan pasukan mu di tempat yang tidak ada jalan keluarnya" dengan maksud agar pasukan tidak terpecah konsentrasi nya sehingga pilihan nya adalah bertarung sampai mati.
Hidup sebagai perantauan itu pilihan nya jika tidak sukses anda akan "mati". Di china sendiri banyak sekali orang miskin nnya bahkan lebih banyak, apakah mereka miskin karena etnis nya?
Mereka yang ada di indonesia itu sukses dengan mental perantauan dimana mereka berada pada posisi yang tidak nyaman sehingga mereka termotivasi untuk membuat diri mereka nyaman dan selamat. Sekali lagi bukan karena etnis mereka bisa meraih kesuksesan.
Kembali lagi pada stereotype jika orang batak kaya itu jadi pengacara, jika miskin/gagal jadi supir angkot atau tukang tambal. Mereka yang menjadi pengacara sukses juga kan karena merantau, jika Bung hotman tidak pernah keluar dari tanah batak mungkin dia tidak menjadi seperti sekarang yang kita kenal.
Kemudian falsafah china juga sangat di kenal dengan untuk mencari kekayaan sebanyak mungkin ditambah dengan mental perantauan nya.