Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi Underpressure

28 Juni 2020   16:33 Diperbarui: 28 Juni 2020   19:57 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Politik Oligarki Mengikis Idealisme

Fenomena jokowi yang banyak di bukukan sebagai pemimpin yang sederhana, dan mempunyai karakter yang unik setidak nya dalam tulisan - tulisan itu Jokowi masih tergambarkan sebagai pemimpin rakyat dengan alih - alih elite politik. Sorotan utama biasanya dimulai dari cerita masa kecil sampai prestasi nya dalam memimpin solo.

Tulisan - tulisan di buku itu sebenar nya bukan hanya menggambarkan sosok jokowi saja, melainkan sebagai gambaran masyarakat yang rindu akan seorang pemimpin yang membumi, mengerti dan hidup bersama rakyat, juga berorientasi pada kinerja bukan sekedar bicara.

Di awal - awal nya jokowi juga hidup sama seperti masyarakat fakir miskin di indonesia yang berkali - kali di gusur kebijakan pemerintah, terombang - ambing dalam piramida terbawah di masyarakat, yang jenuh dengan keadaan itu sehingga sama dengan hal nya masyarakat fakir miskin lain di indonesia terbesit dalam otaknya dan mengira dia bisa melakukan hal ini itu, bukan seperti yang di lakukan pemerintahan pada waktu itu jika dia jadi pemimpinnya.

Walaupun miskin, jokowi muda dengan semangat dan kecerdasan nya dia bisa menyelesaikan kuliah dan menaikan level pekerjaan yang di tekuni ayah nya. Jika ayah nya hanya pengrajin kayu kecil, jokowi mengembangkan menjadi bentuk usaha kayu yang lebih besar dan bermanfaat bagi maayarakat, seniman dan pengrajin kayu lain di kampung nya. Ini yang menjadikan jokowi di minati para politisi pada waktu itu.

Pada awal nya jokowi memang sudah populer, dikenal dengan kebaikan, rendah hati dan punya visi yang jelas. Dunia mebel membuat dirinya terlatih dalam bidang administrasi dan mengakomodir kebutuhan orang, yang terbukti pada saat terpilih sebagai walikota yang mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat dari berbagai kepentingan sampai menyentuh fakir miskin juga sederhana. Karena keberhasilan nya membangun persatuan dan mengurangi kesenjangan yang terjadi di wilayah nya.

Mengingat masa perdebatan bibit waluyo dan jokowi ketika masih menjabat sebagai walikota, meskipun di bilang bodoh oleh gubernur, idealisme jokowi masih terlihat ketika penolakan nya terhadap pembangunan Mall yang di nilai akan berdampak pada usaha kecil dan pasar tradisional. Dan keputusan ini sangat di dukung oleh rakyat, tapi di benci oleh oligarki. Dengan ini pula karir politik jokowi semakin meningkat yang kembali membangunkan kesadaran masyarakat bahwa ada pemimpin yang berpihak pada masyarakat, bukan pada zargon politik yang wujud nyatanya bisa di rasakan melalui kebijakan.

Menjelang pilkada ke dua kalinya, persentasi suara melonjak  hingga 90%, yang dalam sejarah indonesia hampir tidak bisa di lampaui oleh siapapun untuk ukuran pemimpin yang di pilih langasung oleh rakyat, walaupun karir politik dan prestasinya ini tidak di dukung oleh keluarga.

Kemudian tanpa di duga jokowi bertandang di pilgub jakarta, dengan pasangan yang tidak di duga juga. Disini terlihat jelas visi misi seseorang di luar pemerintahan. Berbeda dengan kontestan yang lain, jokowi tidak berfikir kampanye dengan mengerahkan masa yang banyak, atau memasang spanduk dan atribut lain yang mengotori jalanan, juga secara demonstratif jokowi mencopor spanduk dirinya karena dinilai mengotori lingkungan saja, kemudian mengeluarkan gagasan kampanye melalui media sosial lah yang efektif pada saat itu dimana para milenial lah yang berkuasa.

Media mendominasi jokowi sebagai pemberitaan politik pada masa itu, dan partisipasi masyarakat di dorong dalam gerakan ini. Di dalam nya ada buzzer dan relawan yang menjalankan kampanye digital ini.

Media pada masa ORBA dan sekarang ini berbeda, pada saat orba media pemberitaan khususnya jadi konsumsi kalangan terbatas, sedangkan di era reformasi media masa itu sama dengan penonton sinetron, beritanya pun di buatkan plot layaknya sinetron. Sehingga kasus tertentu yang beredar di berlakukan sama seperti sinetron yang mendapat rating dan share, Pengadilan pun ada siaran lansungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun