Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bias Perjuangan Pegiat Feminisme

26 Juni 2020   17:41 Diperbarui: 26 Juni 2020   17:45 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bias Perjuangan Kaum Feminis
Sejauh apapun manusia menjelajah semesta, tetap saja topik mendefinisikan wanita selalu membuat kebingungan, di perparah lagi karena mereka (perempuan) malah bangga jadi bahan peredebatan.

Sebenarnya jika di lihat dari apa yang mereka gemari saja seperti terhadap fasion, perhiasan itu sudah sangat bisa di definisikan bahwa perempuan itu sangat berharha dan ingin dihargai. Lain hal nya dengan pria yang apa yang dia lakukan adalah untuk melindungi semua itu. Perang para laki- laki dikirim di garis depan sangat menjelaskan nyawanya saja tidak lebih berharga dari perempuan.

Dari sini saja secara esensi memang wanita itu lebih berharga. Namun mereka juga lupa, bahwa ketika si perempuan mengerahkan segala upaya untuk menjadikan dirinya lebih berharga, tapi sadarkah usaha itu memperkecil malam memperkecil kemampuan. Semisal perempuan menggunakan high heels menjadikan nya lebih menarik tentu dan lebih berharga, tapi jadi ga bisa lari.

Berbeda denga perempuan, laki - laki tidak peduli dengan semua itu (walaupun ada satu dua), sifat laki - laki adalah mengoptimalkan kemampuannya makanya suka pada ikut Tawuran, perang, jadi mamang - mamang yang benerin listrik tanpa pengaman, yang mana itulah kebanggan seorang lelaki dengan mengurangi harga nyawanya.

Ini jadi pertanyaan juga bagi manusia pada umum nya baik laki - laki atau perempuan, Jadi teman tidur 100jt dalam beberapa jam wanita masih di anggap murahan, yang temen cowok nya banyak wanita mata keranjang di sebut murahan, seberapa mahal sebenar nya perempuan itu sehingga kita seringkali memberikan bandrol pada mereka. Dan ini tidak terjadi terhadap laki - laki padahal ya sama saja ada yang playboy nakal seperti itu tapi tidak ada cap lelaki murahan, apakah ada bias Gender disini?.

Banyak kasus yang melibatkan laki - lali karena tidak bisa menahan libido nya, salah satu nya seperti Tukang ojek yang dilaporkan pelanggan nya seorang perempuan, karena dia di pegang pantat nya, mungkin sudah kelewat batas libido si mamang ini, yang memang di akui pada saat di perjalanan mamang ojek ini juga sempat mengajak ngobrol ke arah mesum mungkin di pikiran nya siapa tau juga cari kesempatan. 

Setibanya di rumah dia turun dan melaporkan  kejadian tersebut kepada keluarganya dan langsung di laporkan. Karena merasa tidak di gubris laporan nya, keluarga si perempuan berinisiatif untuk memviralkan kannya dengan menyebar kan di media sosial foto si mamang ojek ini dan tidak lama memang tertangkap.

Kita kesampingkan masalah Moral dulu di bagian sini dan kita lihat apa yang di dapat si mamang ojek itu. Anak nya di bully di sekolah, istrinya minta cerai, tidak bisa bekerja lagi karena di proses secara hukum juga, ini nasib yang di terima si laki - laki. Dan apa yang di dapatkan si perempuan rugi apa?, Dengan tidak melibatkan moral dulu di bagian ini tentunya, apakah dia rugi karena di pegang? Oke faktanya di pegang tapi dengan apa yang terjadi kepada si pria, bukan kah ini sangat jomplang sekali ya.

Anggap lah si perempuan ini trauma dan sempat nangis juga pas saat kejadian, tapi tetap saja trauma nya ini karena apa, Rugi apa? Ini hanya dekonstruksi saja tidam menyinggung moralitas, kenyataan nya si perempuan tidak apa - apa juga, tidak ada yang tergores, tidak juga ada bagian tubuhnya yang hilang, tapi tetap saja meskipun sudah di ceritakan seperti ini dimana terlihat sangat jomplang sekali, tetap yang akan di hakimi oleh orang - orang adalah si mamang ojek tadi. Kurang mahal apalagi perempuan hampir tidak di apa - apakan saja yang disalahkan tetap si laki - lakinya.
Jadi berapa sebenarnya harga perempuan?

Ini saya alamatkan juga sebagai kritik kepada filsafat feminisme, dari zaman dulu masyarakat sudah memilah gender, dan juga memilah kriteria untuk menghargai laki - laki dan perempuan dimana laki - laki di maknai berdasarkan kemampuan dan perempuan berharga atas dasar "essensial" nya. Makanya dalam hubungan dinilai baik jika perempuan di lindungi oleh pria, bentuk idealnya seperti itu bukan? .

Berbicara tentang kecelakaan yang akan di utamakan adalah perempuan dan anak - anak, laki - laki di biarkan aaja dulu. Dan kenapa juga di zaman sekarang yang harus mendekati atau mengajak pada suatu komitmen, masih saja si pria ini yang harus terlebih dahulu mengejar dan menyatakan, kalu bukan karena lelaki yang di pandang ber kemampuan  dan wanita yang di nilai berhaga, kompetisi dan perjuangan tetap milik laki - laki yang harus mampu juga menahan sakit hati, tekanan dan sebagainya (katanya).

Sekali lagi si pria mengurangi ke berhargaan nya untuk mengejar kemampuan sedangkan si wanita mengejar ke berhargaan dengan mengurangin kemampuan (filosopi zaman dulu). 

Sekarang kita pertanyakan laginyang membuat perempuan itu berharga apa?, Laki - laki juga bisa berharga tapi bukan berdasarkan esensi, laki - laki di anggap berharga karena eksistensinya, kemampuan nya, bisa mencipta, berkuasa dan sebagai nya, tapi wanita berharga sudah dari kodrat nya (essensi).

Contoh saat ini wanita langsung akan dihargai dengan hanya memperlihat kan ke berhargaan nya seperti nampang saja di tv, youtube, dan di media lain nya tanpa melakukan apa - apa. 

Sedang kan untuk si pria akan di hargai di media yang sama, tapi dengan kemampuan tang dia miliki bahkan tidak sedikit muka si pria tidak di ekspos yang di ekspos adalah kemampuan dan daya ciptanya. 

Begitupun dengan foto, si pria akan susah payah untuk mendapat eksistensi dengan berfoto di puncak gunung dan sebagai nya sementara wanita cukup menampilkan foto wajah saja.

Sekali lagi ini di karenakan si pria mengedepan kan kemampuan dan si wanita memang pada dasarnya berharga.

Untuk menjawab pertanyaan di saat ini dengan apa yang membuat perempuan lebih berharga dari pria adalah perempuan bisa bereproduksi dan di liputi atribut sexsualitas. 

Maka dari itu segala upaya yang di lakukan oleh perempuan di fokus kan pada sexsualitas dan reproduksi. Jika ada perkataan perempuam tidak boleh keluar malam - malam, atau tampil terlalu seksi itu semua tidak lepas kaitan nya dengan reproduksi dan seksual.

Coba kita sematkan dan apa yang terjadi si masyarakat pada umum nya, tentu ini bukan bentuk ideal dan bukan pandangan psikologis, jika bisa dinyatakan sebagai filsafat silahkan, seperti kata nakal dan tampil berani.

Pria itu nakal, pria itu berani, oke sampai disini atribut nakal yang di sematkan pada laki - laki  ya hanya seperti itu.

Perempuan itu nakal, perempuan itu tampil berani, secara skala mayoritas apa yang di pikirkan orang / masyarakat akan kembali lagi pada masalah sexualitas dan reproduksi tadi.

Dari sini apa sudah bisa di takar berapa harga perempuan?

Saya kira jika di lihat dari psikologis bahwa pada naluri dasarnya manusia adalah mempertahankan diri dan mempertahan kan spesies. Dua naluri dasar ini di persatukan antara pria yang mempertahankan diri dan pasangannya dan wanita yang mempertahan kan spesies dan dirinnya dari generasi ke generasi. Dan kedua naluri dasar itu bisa ter akomodasi karena terciptanya pernikahan.

Jadi harga perempuan itu bagi laki - laki bukan berapa, tapi harga perempuan itu adalah cinta kasih, perlindungan, dan kesetiaan.

Hubungan timbal balik nya adalah laki - laki menyerahkan kemampuan, pertahan diri dan seluruh yang dia miliki untuk mendapatkan layanan seks dan reproduksi, sedangkan si perempuan memberikan reproduksi dan layanan seksnya untuk mendapat perlindungan kasih sayang dan seluruh kebutuhan dasar yang di butuhkan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun