Mohon tunggu...
Neli Indah Fitria
Neli Indah Fitria Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah menengah atas

Hobi saya membaca novel dan suka berwisata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bertahannya Tedak Siten di Tengah Arus Globalisasi

29 Februari 2024   22:59 Diperbarui: 1 Maret 2024   00:26 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Neli Indah Fitria

12 IPS 3 SMA NEGERI 3 KABUPATEN TANGERANG

        Bukanlah hal asing tentunya bagi kita ketika mendengar nama Jawa Tengah, sebuah daerah provinsi yang terletak dibagian tengah pulau jawa dan ibu kota provinsi jawa tengah berada di Kota Semarang. Luas wilayahnya Jawa Tengah sekitar 32.800,69 km dari luas pulau Jawa. Populasi penduduknya berjumlah 36.516.035 jiwa, Jawa Tengah juga dikenal sebagai pusat budaya Jawa. 

        Daerah Jawa Tengah banyak terdapat adat dan budaya-budaya yang dianggap sebagai suatu kearifan lokal. Diantaranya seperti upacara tedak siten, jumat kliwonan,, tradisi wetonan dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini dilaksanakan secara turun temurun dari dulu sampai saat ini. Namun di era globalisasi ini tidak sedikit masyarakat yang menganggap kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak perlu dilakukan lagi karena zaman yang sudah berbeda. Padahal anggapan seperti itu adalah salah, yang seharusnya masyarakat lakukan yaitu ikut menjaga dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat. Pembahasan ini lebih khusus membahas tentang kearifan lokal tedak siten khususnya  masyarakat di jawa tengah.

        Tedak Siten berasal dari budaya Jawa dan secara harfiah berarti "menginjak bumi." Tedak siten adalah sebuah upacara adat jawa yang melambangkan persembahan kepada sang pencipta untuk memberkati dan melindungi seorang anak yang baru lahir. Upacara ini biasanya dilakukan ketika bayi telah mencapai usia beberapa bulan, sering kali ketika sudah berumur tujuh bulan. Tujuannya adalah untuk memberkati anak tersebut dan memohon agar anak itu tumbuh menjadi individu yang kuat, sehat, dan beruntung dalam kehidupannya. 

        Upacara ini dianggap sebagai salah satu langkah penting dalam menjaga dan menghormati tradisi leluhur. Biasanya upacara Tedak Siten dilangsungkan pada pagi hari, sesuai hari dan tanggal kelahiran anak. Beberapa perlengkapan selama berjalannya upacara ini adalah, nasi tumpeng lengkap dengan sayur mayurnya, jenang boro-boro, dan beras kuning. Tidak hanya makanan, dalam upacara tersebut juga dilengkapi dengan barang-barang yang bermanfaat. Barang-barang tersebut seperti, buku, alat tulis, dan sebagainya.

Berdampingan Dengan Perkembangan 

        Ditengah derasnya arus globalisasi yang cepat ini, terdapat banyak kebudayaan luar yang masuk ke indonesia dengan perkembangan iptek yang lebih maju, Masyarakat suku jawa mampu memegang teguh kebudayaannya sehingga tidak tergantikan oleh budaya asing yang masuk ke indonesia. Jawa Tengah menjadi salah satu bukti bahwa dengan adanya globalisasi, sebuah daerah tetap mampu menerima perkembangan tanpa harus meninggalkan kebudayaan yang lama.

        Kita sadar bahwa kita hidup berdampingan dengan perkembangan iptek dan kita juga tidak bisa menghindari perkembangan yang terus terjadi. Dengan adanya perkembangan iptek dalam kehidupan manusia akan semakin dipermudah. Tetapi di beberapa daerah, tradisi ini mulai terabaikan karena terbawa arus gaya hidup modern yang seringkali bertentangan dengan tradisi-tradisi lokal. seperti masyarakat menjadi terpapar pada budaya pop internasional yang mengutamakan hal-hal yang baru dan modern, sehingga tradisi-tradisi lama seperti Tedak Siten dianggap kuno dan tidak relevan. ini dapat mempengaruhi nilai-nilai tradisional dan dapat  menyebabkan hilangnya minat atau kesadaran dalam menjaga tradisi tersebut. padahal tradisi tersebut sangat penting dalam menjaga dan menghormati tradisi leluhur. 

        Beberapa orang mungkin lebih cenderung memandang Tedak Siten sebagai upacara adat semata, sementara yang lain mungkin memilih untuk merayakannya dengan lebih sederhana atau bahkan mengabaikannya sama sekali.

        Perkembangan iptek bukan menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan kebudayaan yang sudah ada, namun justru dengan perkembangan iptek kebudayaan kita harus semakin maju dengan cara menggunakan teknologi dengan tepat. Tedak siten masyarakat Jawa Tengah menjadi salah satu bukti bahwa dengan adanya globalisasi, sebuah daerah tetap mampu menerima perkembangan tanpa harus meninggalkan kebudayaan yang lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun