Mohon tunggu...
Neil Felicio
Neil Felicio Mohon Tunggu... Jurnalis - Murid SDH LC

16 th. Murid SDH LC

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila, Relevankah?

27 Agustus 2019   19:49 Diperbarui: 27 Agustus 2019   19:58 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila adalah hal yang essensial dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara. 17 agustus tahun 1945 adalah tahun dimana kita merdeka. Merdeka dalam hal kebebasan, merdeka dalam hal berbangsa dan bernegara, dan terlebih lagi merdeka sebagai  Indonesia. Kemerdekaan ini tidak didapat dengan begitu saja. Para pejuang memperjuangkan kemerdekaan dengan penuh semangat dan tumpah darah.

Dalam perjalanannya, para pendiri negara tidak lupa untuk merumuskan dasar negara. Dasar negara yang dibuat selama persiapan kemerdekaan dirumuskan selama 3 hari dan dibentuklah 5 dasar yang saat itu kita sebut dengan Piagam Jakarta. Piagam Jakartalah yang akhirnya melalui beberapa revisi ditetapkan menjadi dasar negara dan ideologi Indonesia yang sekarang, yang disebut dengan Pancasila, yang berarti 5 sila sebagai dasar kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. Dikatakan sebagai dasar kehidupan, berarti bukan hanya pada masa itu, tetapi pada masa sekarang juga.

5 sila pada Pancasila sudah seharusnya tertanam dalam pikiran kita. Dimulai dari KeTuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan  Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan berakhir dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila ini memiliki penerapan yang mungkin secara tidak sadar diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya dalam kehidupan saya sendiri.

Sila pertama dari kelima sila adalah ke-Tuhanan yang maha esa. Sila pertama ini berfokus pada hubungan kita dengan yang diatas. Pada mulanya, sila ini berisi "Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", lalu diubah menjadi "Ke-Tuhanan yang maha esa" karena masyarakat Indonesia yang berbeda-beda. 

Sebagai umat kristiani, salah satu penerapan pancasila sila pertama ini adalah beribadah ke gereja setiap minggu. Sebenarnya berbagai kegiatan keagamaan termasuk dalam sila pertama ini, termasuk berdoa tiap harinya. Dalam lingkunganpun tidak jauh berbeda. Karena kita hidup dalam negara dengan agama beragam, kita juga harus dapat menghargai berbagai orang dalam masyarakat dengan agamanya masing-masing. 

Misalnya saat tetangga merayakan hari nyepi, kita ikut menghargai dengan tidak membuat kegaduhan. Saat bulan puasa, kita bantu teman-teman kita menjalankan ibadahnya. Kita ingatkan mereka sedang puasa dan jauhkan mereka dari godaan-godaan saat masa puasa dan bukannya mencobai mereka.

Sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ingin terkadang sulit dimengerti oleh beberapa kalangan masyarakat. Apa itu adil dan beradab? Sebenarnya, kemanusiaan yang adil dan beradab menunjuk kepada hak asasi manusia. Semua manusia memiliki hak yang sama, hal ini menunjukkan keadilan, serta semua manusia harus memiliki moral dalam menjaga hak sendiri dan orang lain, ini disebut beradab. 

Maka dari definisi tadi, sila kedua ini bukanlah sila yang rumit untuk diaplikasikan. Penjelasan secara mudahnya adalah jangan mengambil hak orang lain dan menghormati satu sama lain. Aplikasinya bisa dengan menghargai berbagai ras dan agama, menghormati orang tua, tidak mencuri, tidak menghina sesama, dan memperjuangkan hak tiap-tiap orang. Di dunia ini sendiri sudah ada aturan-aturan yang mengatur mengenai hak asasi manusia. Sebagai manusia yang beradab, kita dapat mempelajari itu, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


Sila ketiga adalah persatuan Indonesia. Persatuan perlu keberagaman. Keberagaman itulah yang harus kita satukan. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki banyak sekali suku, ras, dan agama. Tidak sedikit juga dari antara mereka yang bertengkar dengan satu sama lain. Menurut saya, ini adalah sila yang harus ditekankan pada masa kini, dimana perbedaanlah yang membuat kita Indonesia, perbedaanlah yang harus kita jaga sebagai identitas kita, tetapi itu juga yang dapat memecah kita sebagai Indonesia. 

Banyak perbedaan kecil diperbesar dan itu menghancurka menyamakan persatuan bangsa. Banyak orang yang ingin memiliki kelompok superior, ingin semua orang, lupa kalau Indonesia memliki slogan "Bhinneka Tunggal Ika". Berbeda-beda tetapi satu adalah kita. Menjaga persatuan itu bukanlah hal yang sulit, memperbaiki kerusakannya ialah sulit. Kita tidak perlu membeda-bedakan satu sama lain, karena kita semua memang berbeda dan itu jadi hal yang lumrah. Kita jangan membuat mayoritas dan minoritas hingga terjadi kesenjangan. 

Contoh dalam unit kecil adalah dalam keluarga. Keluarga saja dapat terpecah karena suatu masalah sepele. Kita harus dapat menahan ego masing-masing agar tidak mudah terbawa suasana dalam menyelesaikan masalah. Kita harus dapat menerima orang-orang disekitar supaya persatuan tetap terjaga, dari skala kecil dapat menuju ke skala yang lebih besar.

Sila keempat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Seperti yang dijabarkan oleh sila-sila sebelumnya, perbedaan adalah Indonesia, perbedaan yang disatukan dalam satu negara. Tidak bisa dihindarkan dalam berbagai perbedaan yang ada, pasti ada juga perbedaan pendapat. 

Perbedaan pendapat dapat menjalar kepada perpecahan jika tidak diselesaikan dengan benar. Para pendahulu negara telah menyediakan sarana untuk menyelesaikan masalah ini sebelum terjadi perpecahan lebih lanjut, musyawarah untuk mufakat. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan. Lebih baik masalah-masalah yang ada diselesaikan dengan cara bertukar pikiran dan saling menyampaikan pendapat hingga mendapat satu keputusan yang mendukung kebaikan negara, inilah musyawarah untuk mufakat. 

Contoh sederhananya dalam kehidupan sekolah. Pasti ada tugas-tugas yang mewajibakan kita untuk bekerja sama dalam kelompok. Dalam kelompok itu saja pasti para anggotanya memiliki pikiran yang berbeda-beda mengenai suatu hal dan itulah yang ingin mereka realisasikan. Tapi, kita harus memikirkan objektif yang sebenarnya. 

Dengan dapat menahan ego, menerima pendapat orang lain, mencari hal positifnya dan disatukan dengan ide-ide lainnya, maka akan dihasilkan kesimpulan yang terbaik. Secara singkat, kita harus dapat menerima berbagai pendapat, menurunkan ego, dan memikirkan tujuan yang lebih besar kedepan.

Sila kelima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak tafsiran yang lebih mengarahkan sila ini kepada kemakmuran rakyat secara merata. Kemakmuran adalah masalah ekonomi, orang yang kaya dapat bertahan kaya dan miskin dapat tetap miskin. Hanya pemerintah yang dapat mengatur ekonomi negara dan kegiatannya. Lalu, apa yang dapat kita lakukan? Aplikasi mudahnya adalah dengan berbagi. Dalam kegiatan sekolah, masyarakat, ibadah, dan lain-lainnya banyak wadah yang disediakan bagi kita untuk berbagi dan saling menolong. Mungkin itu tidak dapat dilakukan setiap saat, tetapi cara menolong masyarakat sekitar bukan hanya dengan berbagi dalam hal kebutuhan, tetapi juga bantuan masyarakat. Gotong royong, saling menopang, saling mendukung satu dengan lain juga merupakan penerapan dari sila kelima ini. Kita bantu teman kita yang kesulitan, bantu orang sekitar yang mendapat masalah, dan mengikuti gotong royong dalam lingkungan kita tetap termasuk dalam penerapan sila kelima.

Jadi, kalau dikatakan Pancasila tidak relevan, itu salah. Penerapan-penerapan diatas tetap berlaku sampai sekarang. Sebenarnya, diantara setiap sila itu pasti ada beberapa hal yang kita secara tidak sadar telah lakukan, tinggal bagaimana cara kita bereaksi terhadap kelima sila yang telah ditanamkan dalam diri kita sejak dini dan lebih memperhatikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menanamkan pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita dapat menjaga Indonesia dan membangun negara ini menjadi Indonesia yang lebih baik dan berkelanjutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun