KKN Tematik UPI 2022 mengusung tema SDG’s Desa yang dilaksanakan secara daring. Namun, keadaan di desa tidak memungkinkan untuk dilaksanakan secara daring sehingga dibentuk kelompok kecil untuk melaksanakan KKN di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya secara luring terbatas. Kelompok kecil yang melaksanakan KKN di Desa Margaluyu beranggotakan Sisca (21), Dede (22), Nur’aini (21), Sifa (22), Neli (22), dan Yudi (23).
Kegiatan KKN dimulai dengan mendatangi kantor desa Margaluyu (11/07/2022) yang disambut baik oleh pegawai dan kepala desa. Desa Margaluyu sendiri terkenal akan kegiatan budayanya, salah satunya permainan sepak bola tali tradisional.Â
Menurut penuturan Pak Dian Cahyadinata, SH Kepala Desa Margaluyu, sepak bola tali telah menjadi tradisi sejak tahun 80’an. Permainan ini memiliki keunikan dibandingkan sepak bola biasa. Dalam permainan ini, kaki para pemain diikat sedangkan penjaga gawang diikat juga tangannya. Ikatannya cukup longgar untuk pemain dapat berlari meskipun dengan susah payah.Â
Permainan sepak bola tali tersebut menginspirasi kami untuk menghidupkan kembali permainan tradisional lainnya. Sasaran dari kegiatan tersebut yakni genarasi alpha (lahir >2010).Â
Generasi alpha lahir dan tumbuh dikelilingi gadget, mahir menggunakan gadget sedari dini sampai-sampai bermainpun bersama gadget sehingga kurang aktivitas fisik dalam bermain. Saat anak-anak ini diberikan pertanyaan apa yang dilakukan/dimainkan saat di rumah, banyak anak yang bilang sering main game online.Â
Sedangkan saat diberikan pertanyaan permainan tradisional apa saja yang diketahui, hanya sebagian anak yang dapat menjawab macam-macam permainan tradisional. Meskipun mengetahui nama permainannya, sedikit yang mengetahui peraturan dan cara bermainnya. Maka dari itu, kami menyusun program kerja untuk menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional.
Permainan tradisional yang berusaha kami kenalkan dan dimainkan bersama anak-anak di Desa Margaluyu di antaranya permainan oray-orayan, cing ciripit, endog-endogan, paciwit-ciwit lutung, ucing-ucingan, gobak sodor, dan sebagainya.Â
Mengumpulkan anak dalam suatu waktu dan tempat yang sama tidak mudah, untuk itu kami mengunjungi PAUD dan SD di Desa Margaluyu untuk meminta izin melakukan kegiatan KKN di sekolah tersebut.Â
Dengan demikian, program menghidupkan kembali permainan tradisional dilaksanakan di SDN 4 Manonjaya, SDN Kalapadua, PAUD (Kober) Al-Hikmah, PAUD Al-Mukarromah, PAUD Terpadu Al-Ikhlas, RA HM Mawardi, serta TK PGRI Tunas Harapan.
Kami mengajak siswa PAUD dan siswa SD bermain beberapa permainan tradisional smbil menyanyikan kawih permainan tradisional. Anak-anak terlihat antusias saat bermain meskipun pada awalnya bingung dengan cara bermainnya.Â
Setelah bermain, anak-anak menyadari betapa menyenangkan permainan tradisional itu. Anak-anak yang tidak tahu, menjadi tahu keseruan permainan tradisional dan terus ingin bermain.Â
Selain menyenangkan, permainan tradisional juga memiliki nilai-nilai pendidikan. Salah satunya dalam permainan cing ciripit dapat melatih fokus dan ketangkasan. Permainan ucing-ucingan melatih anak agar lebih gesit serta dalam permainan gobak sodor melatih kerja sama.
Permainan tradisional harus selalu dilestarikan karena selain sebagai salah satu identitas budaya bangsa Indonesia, permainan tradisional juga memiliki nilai pendidikan.Â
Mari kita hidupkan kembali permainan tradisional agar anak-anak tidak hanya mengenal game online, tetapi juga mengenal permainan tradisional sebagai budaya milik mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H