Mohon tunggu...
Neli Agustin Lisdianti
Neli Agustin Lisdianti Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Masih perlu banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku "Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam

8 Maret 2020   20:26 Diperbarui: 8 Maret 2020   20:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab selanjutnya membahas tentang filsafat ilmu dalam Islam. Dalam merespon sains modern, ilmuan muslim memiliki perspektif yang berbeda-beda:

  • Disebut kelompok Bucaillan, kelompok yang menganggap bahwa sains bersifat universal dan neutral dan semua sains tersebut dapat diketemukan dalam Al-Qur'an.
  • Kelompok yang berusaha untuk memunculkan persemakmuran sains di negara-negara Islam, karena kelompok ini berpendapat bahwa ketika sains berada dalam masyarakat Islam, maka fungsinya akan termodifikasi sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita Islam (lihat Sardar, 1988:167-171)
  • Kelompok yang ingin membangun pradigma baru (epistemologi) Islam, yaitu paradigma pengetahuan dan paradigma perilaku.

Upaya pencarian ilmu pengetahuan dalam Islam atau konsep Islam tentang ilmu itu bukan hal baru, melainkan sudah dilakukan oleh ulama-ulama sejak dahulu. Persoalan ini bermula dari perspektif mereka mengenai "apakah Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan atai hanya sebagai petunjuk agama saja?". Dari sini lantas muncul dua kelompok. Kelompok pertama misalnya seperti yang dikatakan Al-Ghazali . beliau mengatakan bahwa seluruh ilmu tercakup dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah, dan Al-Qur'an adalah penjelasan sensi-esensi, sifat-sifat dan perbuatanNya. Al-Qur'an itu laksana lautan yang tak bertepi, dan jika sekiranya lautan itu menjadi tinta untuk menjelaskan kata-kata Tuhanku, niscaya lautan itu akan habis sebelum kata-kata Tuhan itu berakhir. (Al-Ghazali, 11329 H:9, 32)

Sebagaimana dituturkan oleh Al-Qardhawi (1989:35), bahwa menurut Islam cakupan ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu menurut Islam cakupan ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu menurut pandangan Barat modern yang eksperimental, tetapi ia meliputi:

  • Aspek metafisika yang dibawa oleh wahyu yang mengungkap apa yang disebut dengan realitas (haqaig al-qubra) yang menjawab pertanyaan abadi darimana, kemana dan bagaimana. Dengan menjawab pertanyaan tersebut manusia tau landasan berpijaknya dan mengerti pula akan Tuhannya.
  • Aspek humaniora dan studi-studi yang berkaitan dengannya yang meliputi pembahasan mengenai kehidupan manusia, hubungannya dengan dimensi ruang dan waktu, psikologi, ekonomi polititik dan seterusnya.
  • Aspek material yang bertebarab dijagat raya, atau ilmu yang dibangun berdasarkan observasi dan eksperimen, yaitu dengan uji coba di laboratorium. Dan ilmu inilah yang berkembang di Barat.

Seperti yang dijelaskan oleh Zubeir (dalam Fatimah ed., 1992: 104-107), bahwa terdapat empat sumber pengetahuan yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, tetapi pada hakikatnya merupakan satu kesatuan, yaitu:

  • Pengetahuan Inderawi
  • Pengetahuan Naluri
  • Pengetahuan Rasio
  • Pengetahuan Intuitif/imajinatif
  • Pengetahuan Transenden/wahyu

Bab keempat dari bku ini membasah mengenai tradisi keilmuan Islam: Revitalisasi Ilmu dan Tanggung Jawab Ilmuwan Muslim. Gerakan keilmuan Islam dan pengaruhnya terhadap renaissance. Sebagaimana yang dicatat oleh Ahmad Amin (1969:141) bahwa pada awal timbulnya Islam, barulah tujuh belas orang suku Quraisy yang pandai baca-tulis.

Nabi juga menganjurkan para pengikutnya untuk belajar dan menulis. Aisyah, istriinya pun belajar membaca, anak angkatnya, Zaid bin Haritsah disuruh pula belajar tulisan Ibrani dan Suryani dan masih banyak lagi bukti yang lain. Demikianlah, gerakan melek huruf untuk pertama kalinya dilakukan Islam dalam rangka pengamalan ilmu pengetahuan. Jika pada mulanya aktivitas keilmuwan itu hanya telaah agama yang lebih khusus, maka pada periode menjadi berkembang secara menyeluruh dan dalam skop yang lebih luas.

Banyak ahli sejarah membuktikan, bahwa kemunduran umat Islam karena dua faktor, fsktor internal dan faktor eksternal. Faktor intenal adalah semakin memudarnya tali persaudaraan umat Islam dan munculnya fanatisme golongan, sedangkan faktor ekternalnya adalah karena kekalahan umat Islam dalam perang Salib yang berkepanjangan (Hitti hanya menyebutkan antara tahun 1144-1270) dan adanya serangan yang amat dahsyat dari bala tentara Mongol dibawah komando Jengins Khan dan cucunya Hulagu Khan.

Dengan pandangan dunianya sendiri, umat Islam memiliki dua tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pertama untuk membuat dan menghasilkan dasar ilmunya sendiri, yang merupakan sebuah sistem untuk menghasilkan pengetahuan pribumi yang organis. Yang kedua, tanggung  moral terhadap umat manusia dan alam untuk menjamin bahwa keduanya berada pada kondisi kesejahteraan material dan spiritual yang terbaik.

Islamisasi ilmu pengetahuan yang dikehendaki Al-faruqi dkk, itu adalah: menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam, yaitu memberikan definisi baru, mengatur data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya. Secara global ada lima program kerja yang dirumuskan Al-Faruqi, yaitu:

  • Penguasaan disiplin ilmu modern
  • Penguasaan khazanah Islam
  • Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern
  • Pencarian sintesa kreatif antar khazanah Islam dengan ilmu modern
  • Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah SWT

Ilmu-ilmu modern Barat pun masih bisa dipakai sepanjang relevan dengan nilai Islam. Oleh sebab itu yang harus ditinjau kembali adalah landasan falsafahnya, yang menyangkut tujuan dan kegunaanya. Disinilah tugas ilmuwan muslim untuk meluruskan dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan nilai-nilai Islam. Baik konsep Sardar maupun Al-Faruqi sama-sama memiliki tujuan yang berbeda, yaitu: tauhid, khilafah, amanah, 'adalah, dan ishtishlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun