Mohon tunggu...
Neli Amelia
Neli Amelia Mohon Tunggu... Administrasi - Berkelana di mimpi-mimpi

Samarinda

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kerinduan yang Terpendam

23 Mei 2019   23:34 Diperbarui: 23 Mei 2019   23:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Satu panggilan tidak terjawab..

Nina kembali menatap layar handphone dan menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur, kembali ia tidak berani menjawab telepon dari ibunya. Nina bukannya ingin menjadi anak durhaka, namun, ada suatu hal yang ia bingung untuk menjelaskannya bagaimana. 

Nina saat ini sedang melaksanakan tugas dari kantornya untuk riset beberapa bulan dan ramadan kali ini mungkin saja menjadi tahun yang ia tidak bisa jalani bersama keluarganya. Sudah pasti ibu atau bapak menelpon ingin bertanya apakah nina bisa pulang atau tidak, sedangkan pekerjaan disini belum selesai hingga memasuki minggu ketiga bulan Ramadan. 

Selain bekerja, nina juga masih berstatus mahasiswi salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang menuntutnya harus pintar dalam membagi waktu, namun seiring berjalannya waktu bekerja menjadi lebih menyenangkan daripada kuliah. 

Tidak mungkin nina memberitahukan hal ini pada orangtuanya, perasaan takut dan merasa bersalah selalu menghantui. Hal inilah yang menjadi alasan nina belum memutuskan untuk pulang Lebaran atau tetap tidak. 

Bila dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah nina melewatkan Ramadan dan Lebaran bersama keluarga. Entah kenapa tahun ini menjadi tahun yang berat untuk pulang, bukan karena tugas kantor namun masalah perkuliahan yang belum kunjung selesai. Terkadang susah menjadi manusia yang tahan banting dari perkataan orang lain, seharusnya tahun ini sudah bisa lulus namun harus menunda lagi dan lagi. Nina tidak tega untuk menjelaskan kepada orangtuanya dan keluarga yang lain tentunya. Entahlah... 

Tiba-tiba saja, ibu menelpon lagi melalui media whatsapp. Nina tidak tahan lagi, ia pun mengangkat telpon ibu. 

" Iya bu, ini nina" 

" Dari kemarin ditelpon kok tidak menjawab? telponnya lagi rusak ya?" tanya ibu. 

Nina pun mendekap dadanya kuat-kuat, sesak rasanya karena tidak ingin mengangkat telpon namun ibu tetap berpikiran baik terhadap nina. 

" Maaf bu, jaringan lagi lelet" jawab nina.

" Oh yasudah, oh iya.. kapan pulang? " tanya ibu kembali.

" Belum tahu bu, kemungkinan tidak pulang" jawabku lemas.

" Oh begitu ya......(nada kecewa) kalau bisa pulang sebentar saja ya nak, ibu belum pernah solat Hari Raya, tahun ini ingin sekali solat sama kamu" kata ibu.

Nina terdiam seribu bahasa, memang benar ibu belum pernah solat karena sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan di Hari Raya hingga kondisi ibu yang terkadang lagi tidak enak badan sehingga hanya nina saja yang solat bersama ayah dan kakaknya. Nina ingin menangis, terharu akan keinginan ibunya. 

"Nin?" Suara ibu kembali terdengar yang memecah keheningan.

" Iya bu, nina usahakan ya, nanti nina kabarin lagi." Kata nina.

" Iya.. Baiklah kalau begitu, yasudah ibu mau lanjut memasak dulu ya, kamu jangan minum es ntar pilek loh ya" kata ibu.

" Iya buu siap, yaudah nina juga mau siap-siap buka puasa juga ya" 

" yuu..ibu matiin ya" tanya ibu sembari mematikan telpon.

Itulah percakapan yang nina takutkan dan akhirnya terjadi, nina lalu beranjak pergi ke masjid terdekat untuk berbuka puasa. Ya, sebenarnya masalah kantor pasti sudah selesai sebelum Lebaran tiba dan nina bisa pulang untuk berkumpul bersama. Tapi, entah kenapa rasanya pikiran tentang hal-hal buruk yang akan terjadi selalu terlintas di kepala. Nina takut akan dimarahi ayah atau kakak tentang status nina yang belum menyandang gelar sarjana. Nina ingin meminta maaf namun belum cukup berani untuk mengatakannya, pikiran buruk selalu menghampirinya. 

Di sudut salah satu masjid tempat nina duduk, ada seorang ibu yang sedang bermain bersama anak perempuannya yang kira-kira berumur 10 tahun. Teringat kembali  masa-masa kecil nina bersama ibu,ayah dan kakaknya. Bila nina berbuat salah ibu akan marah namun pasti nina dimaafkan. Mungkin Hari Raya nanti adalah waktu yang tepat untuk meminta maaf atas segalanya, nina yang jarang menelpon ibu dan ayah hingga kewajiban nina yang belum terselesaikan hingga kini. 

Nina berkata di dalam hati, " Aku harus pulang, mungkin saja dengan bercerita semuanya akan terasa ringan, beban ini tidak bisa  dipendam sendirian. Ibu pasti akan marah tapi lebih kecewa bila aku membiarkan masalah dalam hidup tanpa penyelesaian'. 

Segera nina mengambil handphone miliknya, " Ibu, Nina akan pulang H-4 sebelum lebaran, nanti kita solat bareng ya bu". 

Terdengar isak tangis diujung telepon, " Iya nak, cepat pulang...  ibu tunggu".  Kebimbangan nina pun sirna, ia sangat yakin untuk pulang kampung merayakan Lebaran bersama keluarganya. Nina yakin, doa orangtua akan menyinari langkahnya dan tiada kata terlambat untuk meminta maaf sebelum kesempatan itu hilang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun