“Jangan bilang ‘aku cinta produk Indonesia’, karena kalau cinta tidak harus memiliki. Jangan! Kalau cinta harus beli, jangan ngeliat-liat saja,” ujar Agus Muharam, Sekretaris Kementerian KUKM pada Kamis (27/10).
Kalimat tersebut diucapkan Agus Muharam saat memberi kata sambutan pada acara Indonesia Quilt & Needle Craft Festival Indonesia 2016, di Gedung SMESCO, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Kata-katanya sempat menimbulkan gelak tawa para pengunjung, karena beliau mengucapkan dengan begitu serius, tapi tidak meninggalkan sifat humorisnya.
Lalu, mengenai hasil karya para UKM, Agus Muharom berpendapat, "Begitu teliti karya yang ditampilkan hari ini. Meski awalnya saya mengira yang terpampang di depan itu (Red: quilt) untuk karpet, tapi ternyata untuk bad cover," ujarnya di atas panggung.
Perlu diketahui, quilt merupakan suatu karya kreatif yang bernilai tinggi. Hal itu dikarenakan butuh kesabaran, ketelitian, dan kreatifitas untuk menciptakan quilt. Bahan dasarnya sendiri berasal dari kain perca yang dijahit membentuk pola dan gambar tertentu dengan berbagai ukuran, tergantung kebutuhan dan kreatifitas pembuatnya.
Jika dibandingkan dengan negara lain, perkembangan karya seni quilt di Indonesia memang kurang dikenal luas oleh masyarakat. Oleh sebab itu, sebagai salah satu pusat promosi UKM, SMESCO kembali mengadakan pameran UKM tahunan yang berlangsung selama tiga hari, 27-29 Oktober kemarin.
Untuk tahun ini, SMESCO mengusung tema “quilt” dengan maksud mempopulerkan quilt kepada masyarakat Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, SMESCO bahkan mengundang guru quilt yang berasal dari Jepang dan Thailand. Dengan demikian, acara ini bisa dikatakan sebagai festival quilt bertaraf internasional pertama yang ada di Indonesia.
Pada seminar tersebut, sosok yang lebih akrab dipanggil Coach Getty itu mengatakan, “Membangun bisnis itu gampang, cari anak buah yang memiliki value yang sama dengan Anda.”
Terdapat banyak faktor yang dapat menghambat berkembangnya bisnis seseorang, seperti ketakutan terhadap diri sendiri, perhitungan untung-rugi yang kurang matang, atau partner yang tidak memiliki visi-misi yang sama.
Namun, ada satu satu kutipan yang saya sukai, “Produk yang umum, harganya pasti akan umum. Sedangkan produk yang unik, harganya juga akan unik.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagai pebisnis kita tidak perlu takut untuk menciptakan produk yang baru, yang unik, karena produk yang pasaran harganya pun pasaran.
Misalnya, di zaman yang serba modern ini sudah banyak kain-kain songket yang dijahit dengan menggunakan mesin. Karena waktu pengerjaannya dinilai lebih cepat, dibandingkan menjahit dengan tangan. Namun, jika dikaitkan dengan kutipan di atas, tentu saja harga kain songket yang dijahit mesin dengan songket yang dijahit tangan memiliki harga yang berbeda.
Meski adanya perbedaan harga, Salfrida Ramadhan sebagai Ketua Komunitas Pecinta Sulam Indonesia sempat mengungkapkan kekecewaannya. Kain-kain yang dijahit atau disulam dengan mesin sekarang ini mulai menyerupai kain-kain yang disulam dengan tangan.
Pada dua hari selanjutnya, SMESCO masih menyediakan serangkaian seminar dan workshop lain, seperti seminar ‘Start Your Instagram for Business’ oleh Dicky Sukmana; seminar ‘Start Your Facebook for Business’ oleh Pikukum Tutuko; workshop ‘Menyikapi Peluang Usaha Industri Kreatif bagi Para Start Up’ oleh Coach Anto; dan lain sebagainya.
Buat teman-teman yang ketinggalan acara, sampai jumpa tahun depan! Nantikan acara-acara dari SMESCO ya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI