Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"A Promising Hope for Anti-Cancer?"

25 Januari 2019   05:59 Diperbarui: 26 Januari 2019   09:13 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah.

Tulisan ini terinspirasi oleh video tentang penelitian venom (bisa) kalajengking yang diduga dapat menjadi upaya penyembuhan penyakit termasuk kanker. Tanpa video itu, saya pun tidak akan terpikir menulis tentang kanker dan kalajengking.

Saya tidak ingin membahas harga bisa kalajengking yang katanya mencapai USD 39 juta per galon (too absurd). Terlalu   mahal jika kita berpikir menjadikan bisa kalajengking sebagai obat pembasmi kanker karena jumlahnya sangat sedikit. Disamping harganya selangit dan tidak masuk akal, bisa kalajengking ini pun masih sebatas percobaan. Jadi lebih baik kita bahas soal upaya melawan kankernya saja.

Ada cara lain yang relatif tidak mahal sebagai upaya alternatif untuk mengalahkan kanker yaitu menjalankan gaya hidup ketofastosis. Tanpa obat, tanpa biaya tinggi.

Lebih baik uang untuk beli obat-obatan digunakan untuk mengadakan atau membeli makanan yang ketofy.


Serius, saya tidak bercanda teman. Ketofastosis lifestyle adalah faktual dan ilmiah.

Seperti yang sudah pernah saya jelaskan dalam tulisan-tulisan terdahulu, ketoers (sebutan orang yang menjalankan gaya hidup ketofastosis) tidak memakan gula dan karbo. Oleh karenanya glukosa yg masuk sangat terbatas.

Dalam ketofastosis terjadi proses ketogenesis dimana liver membakar lemak untuk menghasilkan keton seperti halnya glukosa yang dihasilkan dari pembakaran karbo oleh liver.

Harap dipahami generator keton ataupun glukosa sama saja yaitu liver. Jadi liver itu ibaratnya mesin pembangkit energi pintar karunia dari Sang Pencipta, dia mampu menerima karbo atau lemak sebagai bahan bakarnya. Namun yang pasti tidak bisa secara bersamaan.

Kapan dia mengolah lemak? Jika di dalam darah tidak ditemukan glukosa. Jika masih ada glukosa, maka liver akan fokus melakukan pembakaran glukosa tersebut atau menyelesaikan pengolahan glukosa hingga terserap tubuh atau mengubahnya menjadi glycogen (cadangan lemak) yang berasal dari glukosa sisa untuk disimpan di gudang-gudang penyimpanan tubuh kita. Ada yang di pipi, jadi chubby. Ada di perut, lengan, paha, dan lain sebagainya. Yup, obesitas mengancam.

Baiklah, kembali ke pokok bahasan. Apa hubungannya ketofastosis life style (KFLS) dengan pengobatan kanker? Sangat berhubungan. Tapi sebelum melanjutkan dengan uraian lebih lanjut, saya ingin menegaskan bahwa saya bukan seorang dokter atau ahli pengobatan dan semisalnya. Saya hanya praktisi dan pemerhati KFLS sebagai salah satu solusi kesehatan yang layak dipertimbangkan.

Mari kita simak.
Prinsipnya sel kanker adalah sel tubuh kita yang mbalelo. Berdasarkan penelitian, sel kanker, bakteri, virus dan sel abnormal lainnya hanya bisa menerima asupan glukosa. Jadi makanan mereka glukosa.

Tahukan teman bahwa tindakan medis Pet Scan yang dilakukan untuk mendeteksi dimana keberadaan kanker pun menggunakan glukosa.

Begini penjelasannya:
"The radioactive substance most commonly used in PET scanning is a simple sugar (like glucose) called FDG, which stands for "fluorodeoxyglucose". It is injected into the bloodstream and accumulates in the body where it gives off energy in the form of gamma rays. 

"These are detected by the PET scanner and a computer converts the signals into detailed pictures or images showing how tissue and organs are working. If you are having an FDG-PET, your sugar metabolism (how sugar is used by your body) is imaged. 

"This is commonly used for cancer imaging, as the cancer cells need sugar to grow. FDG is also useful for imaging inflammatory or infective processes, and for imaging brain metabolism." [Sumber: https://www.insideradiology.com.au/pet-scan/]

Ingat prinsip kebutuhan energi cepat olah yaitu glukosa. Intinya mereka butuh glukosa dalam melakukan pembelahan-pembelahan sel untuk berkembang. Sementara, berbeda dengan sel abnormal, sel sehat manusia bisa menerima baik glukosa atau pun ketone sebagai pengganti glukosa sebagai asupan.

Seperti yang saya sebutkan diatas, dua sistem itu tidak bisa berjalan dalam satu waktu. Kalau banyak gula dalam darah, otomatis sistem ketosis berhenti.

Liver akan fokus mengolah glukosa untuk jadi energi. Sementara itu, kanker ikut makan. Kecenderungannya, kanker makin sehat dan kuat, manusianya makin lemah dan akhirnya dipaksa nyerah.


Apakah harus selalu begitu? Tentu saja tidak.

Jadi bagaimana?
First of all, penderita kanker harus menghindari  makan karbo dan gula, mulai fokus lemak dan protein. Hal itu ditujukan agar suplai makanan untuk sel kanker tidak tersedia. Kanker tidak dapat hidup tanpa gula. Kanker mati, manusianya sehat wal afiat, insyaa Allah. Inilah peperangan yang paling efektif, perang melawan kanker secara damai. Putus saja rantai makanan mereka, sederhana kan.

Sebetulnya manusia memiliki sistem kemoterapi alami sendiri yaitu water fasting. Selama 3 x 24 jam tidak memasukkan asupan padat, hanya air putih, air kaldu, virgin coconut oil dan immunator honey saja. Water fasting terbukti efektif memukul telak gerombolan pemberontak yang berjudul kanker itu. 

Namun perlu dicatat pelaksanaan water fasting harus dilakukan di bawah bimbingan para pakar di Ketofastosis Indonesia, mengingat potensi healing crisis yang harus dipahami secara benar oleh calon praktisi water fasting dan keluarganya.

Berapa biayanya yang dikeluarkan untuk melawan kanker dengan metode KFLS? Sebatas harga untuk membeli atau memasak makanan ketofy yang dikonsumsi tiap hari.

Ingat kanker muncul belakangan setelah pola makan manusia condong ke karbo yang berlebihan. Pasti ada korelasi antara pola makan dengan penyakit.

Kembali ke soal bisa kalajengking, katakanlah bisa kalajengking betul bermanfaat, kalau pola makan masih pro karbo, ya percuma. Ingat rule di atas, sel kanker makanannya gula. 

Mau perlu berapa liter venom kalajengking untuk bisa membasmi kanker? Kanker yang di sebelah mana? Memangnya ada yang tau dimana akarnya? Terus, bagaimana bisa menyelesaikan masalah jika tidak dari  akarnya? Setahu saya belum ada seorang pun profesional manapun yang bisa menjawab pertanyaan dimana akar suatu kanker berada.

Pilihannya ada pada pasien kanker itu sendiri, mau pake bisa kalajengking atau obat kanker atau terapi kanker lainnya yang harganya selangit atau cara KFLS yg sederhana dan murah meriah tapi terbukti bikin KO kanker.

Kita juga tidak mau kan sehat tapi uang pun habis-habisan apalagi sampe terpaksa cari utangan. Kalau punya uang tinggal bayar, kalau nggak ada? Jangan sampai kena dobel kanker alias kantong kering. Kita jadi stres sedangkan stres pencetus naiknya hormon kortisol. 

Akibatnya liver melakukan glukoneogenesis alias memproduksi glukosa, lagi-lagi asupan untuk sel abnormal.  Itu namanya menyelesaikan masalah dengan masalah (apa bisa?).

Saya suka kalimat ini:
"Kebenaran itu harus dicari sampai ke level sel."  (Tyo-KF Founder).

Itu lah KFLS, kita bicara solusi di level sel (mitochondria), akar dari semua masalah.

-nd

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun