Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Antara Karbo, Lemak, dan Lambung

13 Januari 2019   06:50 Diperbarui: 15 Januari 2019   09:04 1681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook.com/Kepoketo-Katering

Keduanya secara alamiah diproduksi tubuh dan tidak terkait dengan asupan makanan eksternal. Hal ini telah terbukti ketika orang melakukan water fasting selama tiga atau lima hari, kolesterol dan asam uratnya tinggi padahal orang tersebut dalam kondisi tidak makan hanya minum air putih, air kaldu, immunator honey dan VCO saja.

Yang selama ini luput atau diabaikan dunia kedokteran masa kini adalah fakta kehadiran gula darah yang tidak normal di dalam darah manusia modern pada umumnya.

Jika kita analogikan, tubuh manusia itu ibaratnya motor yang didisain sejak awal bahan bakarnya tenaga gas yang bersih dari polusi dan berdaya, tapi kemudian dipaksakan menggunakan diesel yang sarat limbah dan menghasilkan tenaga yang tidak seberapa.

Bayangkan mesin itu adalah liver kita. Fitrahnya liver bertugas menghasilkan energi. Bahan bakar liver bisa lemak atau karbo. Dia akan beralih menjadi mesin berbahan bakar gas (baca : lemak) jika gula dan insulin didalam darah rendah

Gaya hidup ketofastosis menerapkan intermittent fasting yang memungkinkan liver melakukan pembangkitan energi dengan membakar lemak.

Puasa sejak jam 20.00 sd jam 12.00 mendorong liver untuk mengosongkan Glycogen (cadangan glukosa sementara) lalu beralih menggunakan lemak dari hasil peluruhan jaringan lemak di tubuh sebagai bahan bakar utama liver dan juga sebagai bahan baku pembuatan ketone yang merupakan sumber energi efisien untuk bahan bakar di tubuh terutama bagi sel-sel otak manusia.

Jika liver diumpamakan mesin diesel, maka karbo menjadi solarnya. Diperlukan asupan karbo dalam jumlah besar untuk menghasilkan energi glukosa yang tidak efisien. Umumnya terdapat "kelebihan" glukosa (dalam bentuk glycogen) yang tidak terbakar oleh liver.

Pola makan manusia modern yang selalu mengandung karbohidrat dan gula secara berlebihan akan selalu menyebabkan ekses gula darah yang harus disimpan dalam bentuk selain glycogen, dimana kapasitas untuk menyimpan glukosa dalam bentuk glycogen sangat terbatas di tubuh.

Karena itu ekses gula darah ini harus dikonversikan dalam bentuk lemak (Triglyceride) yang dapat disimpan di jaringan lemak di tubuh atau ditimbun di berbagai tempat di tubuh kita termasuk di organ-organ utama kita.

Sungguh ironis, pola makan yang 'dibenarkan' oleh kalangan medis dan konsultan diet pada umumnya itu justru menyalahi fitrah manusia. Kenapa begitu? karena tubuh manusia sejak awal dirancang untuk tidak menempatkan karbo sebagai makronutrisi esensial dan utama manusia. Jika tidak percaya yuk kita buka lagi ilmu biologi tubuh manusia khususnya sistem pencernaan manusia.

Saya bukan seorang dokter atau ahli dalam bidang biologi. Saya hanya ingin menguraikan secara sederhana sistem pencernaan kita untuk memudahkan kita memahami situasi. Sistem pencernaan kita terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar. Bersamaan dengan itu, sistem pencernaan hanya mengenal tiga kategori makronutrisi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun