Puluhan mahasiswa dan pelajar serta tamu undangan yang hadir penuh antusias dan gembira mengikuti seluruh rangkaian Acara syukuran Wisuda atau wisudawati dalam bentuk  Bakar batu (wam) di pakusari jember jawa Timur, pada,11 Maret 2023
Banyak sebagian dari kita tanpa dipahami subtansi, tanpa pendekatan 5W1H mentah-mentah menimbulkan stigma buruk yang menempelkan pada sejumlah mahasiswa papua yang  memperjuangkan Kemerdekaan Bangsa west Papua melalui aksi demo.
itu menganggap  sebagai "orang-orang bodoh, tidak kuliah, orang-orang pengacao, dan tidak terdidik bahkan tidak beretika dan sejenis (stereotif) atau hinahan lainnya."
Tetapi saat ini wisuda dan wisudawati Midiles Kogoya, S.M dan Nemia Belau, S.Pd baru saja menambahkan nama Belakang ini membuktikan bahwa kami tidak hanya Pendemo, berteriak menuntut kemerdekaan papua di jalanan tetapi kami juga bisah berusaha menyelesaikan Kuliah akhirnya  mendapatkan Gelar Sarjana tandasnya.
"Kesan serupa juga disampaikan Eta dalam sambutannya "mereka menempatkan waktu baik dalam AMP, keluarga maupun tugas kampus akhirnya perjuangan mereka akhiri, bukan berarti akhiri perjuangan sampai disini tidak tetapi ini hanya membuat suatu pondasi tuturnya".
Lanjut eta, "ia berharap kawan-kawan setelah kuliah pulang kasitahu orang tua bahwa jangan hidup bergantung pada pemekaran DOB, Itu omong kosong Belakah tetapi kasitahu pada orang tua bahwa kembali pegan sikop, dan tugas kita hari ini belajar- belajar dan belajar.
itu tugas kami, "jangan pulang tidak hanya membawa ijazah saja tetapi juga harus disertai pengetahuan tegasnya."
 kita harus bangkit, Papua harus menentukan nasib sendiri, jangan tergantung nasib kita pada orang lain sebab kami sebagai pemuda papua dituntut untuk belajar, melatih mental, kemudian pulang mengabdi pada rakyat, menjaga hutan.
karena pulau Papua itu tuhan diberikan untuk orang asli papua (rambut keriting, kulit coklat) sehingga harus mengurus diri sendiri, tidak ada orang lain datang mengurus nasib kita" Ucapnya.
Karena itu, lanjut Eta, kami yang merantau ini jangan minum, jangan main perempuan sembarang tetapi kalau mau kawin silahkan kawin karena saya butuh manusia, wilayah papua tidak ada orang, kalian ini akan pegan.
Wilayah papua yang luas itu kasih ke orang lain atau kalian akan pegan dan urus sendiri tergantung pada pemuda itu sendiri. " Â
selanjutnya pembina PERMAPPA dalam sambutannya " Mereka sudah memiliki alat sikop dan lingkis untuk siap bekerja, yang lain harus bisah, uang banyak itu gunakan untuk "les" bukan main berfoya-foya diluar, tuturnya.
ditanggapi dan dilanjutkan salah satu hadirin dalam sambutannya, lahannya terdiri dari dua tempat yakni bergambung dengan rakyat yang tertindas atau masuk menjadi birokrat semua tergantung pada mahasiswa papua terutama mereka yang Wisuda/I, tegasnya.
"Nasib rakyat dan mahasiswa papua jangan tergantung pada daerah Otonomi Baru (DOB) karena pemekaran itu membawa dampak buruk dan ancaman serius bagi rakyat papua, membawa pecah belah rakyat dan itu kepentingan bagi pemodal besar imperialisme dan kolonialisme tuturnya."
"Rakyat papua  hari ini hidupnya tidak aman, mereka semua pengungsi dan meninggalkan tempat tinggal mereka akibat operasi militer seperti Nduga, Intan Jaya, Maibrat, Oksibil, dan beberapa daerah lainnya masih dalam Operasi Militer sampai sekarang. Usai sambutan diakhiri dengan kata, "Papua Merdeka,Papua Merdeka". [NEKY/SC]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H