Mohon tunggu...
Neiy Foenale
Neiy Foenale Mohon Tunggu... karyawan swasta -

just wanna care how to pleasant my God and my people around

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Penyebab Kemacetan adalah Masalah Minim Kesadaran Saja

1 April 2014   19:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sudah solusi-solusi tercetus untuk mengatasi kemacetan di Negeri ini, khususnya Kota besar Jakarta, sebagai Ibukota Negara. Jakarta adalah representatif Negeri ini, maka sangat pantas dan tepat Pemerintah fokus untuk bekerja menyelesaikan masalah yang sudah berkepanjangan ini.

Medan, dengan populasi yang besar, saya rasa beberapa tahun ke depan juga berpotensi mengalami nasib yang sama seperti Jakarta, karena tahun ini saja sangat terasa kemacetan mulai menghiasi jalanan-jalanan besar di Kota ini. Namun, berbeda permasalahan seperti di Jakarta, kalau di Ibukota, yang menjadi titik permasalahan adalah volume jalan yang tidak memadai dengan volume kendaraan di ibukota.

Lain hal di Medan, kalau saya perhatikan, jika masyarakat mengerti dan menjalankan aturan, Medan masih jauh dari kata Macet. Di sini, banyak sekali pengendara-pengendara yang tidak tahu aturan, parkir sembarangan dan di beberapa titik tempat perbelanjaan, banyak sekali pedagang yang menggunakan tempat pejalan kaki untuk mendirikan lapaknya. Bahkan, banyak pngendara becak dan becak motor yang parkir di bagian badan jalan  juga merupakan keruwetan jalanan di kota Medan.

Salah satu jalan yang nyata memakai setengah badan jalan sebagai lahan parkir ialah, jalan sekitar tanjung rejo lebih tepatnya jalan di depan sekolah Syafiyatul. Jarak syafiyatul dan kantor ku hanya lah beberapa ratus meter, namun untuk bisa melewati batas sekolah itu, 15 menitan belum cukup. Dikarenakan memang, sebelum sekolah itu, ada pasar tradisional, yang sebenarnya sudah menjadi problema kelancaran lalu lintas. Ditambah lagi dengan efek adanya sekolah mewah itu. Mobil-mobil mewah sering bahkan nyaris setiap hari memenuhi parkiran sekolah itu bahkan sampai mengambil setengah badan jalan umum.

Saya tidak tahu, mengapa petugas yang sering berpatroli di sekitar jalan itu seolah membiarkan aktivitas sekolah itu. Yang saya tahu itu adalah jalan umum, tapi kenapa menjadi tempat parkir begitu? Pengendara angkutan umum, yang sering saya naiki juga sering kesal karena sikap sewenang sekolah itu. Selain melambatkan laju mereka, minyak juga jadi boros. Mungkin, setengah badan jalan umum sudah dibeli oleh Pihak sekolah. Ini sih praduga saja, soalnya bukan sekali dua kali, jalanan macet dikarenakan mobil-mobil mewah penjemput siswa-siswi sekolah itu. Tapi sampai saat ini, belum ada aksi peneguran terhadap sekolah itu. Ada apa?

Minimnya kesadaran masyarakat akan kepentingan orang banyak, menjadi penyebab juga, kemacetan di kota ini. Andai saja, tidak ada parkir liar, andai saja semua pengendara taat rambu lalu lintas. Transportasi di Medan pasti aman saja. Kalaupun memang penyebab kemacetan dikarenakan volume jalan yang tidak seimbang dengan volume kendaraan, Mengapa tidak diberlakukan saja kenaikan tarif pajak kendaraan Roda empat, dan diberlakukan pembatasan kendaraan yang boleh sliwar-sliwir di Jalanan. Kendaraan dengan tahun minimal 5 tahun terakhir saja yang boleh beraktivitas di jalanan kota, jika kedapatan lakukan saja penyitaan.

Masyarakat kita, yang memang minim kesadarannya, sepertinya memang tidak bisa diberlakukan lembut, harus tegas. Diberlakukan peraturan, dengan sanksi yang tegas. Hal ini tentu bisa berjalan optimal, jika pemberi peraturan adalah orang-orang yang takut hukum yang mau bekerja di atas kata kebenaran. Pemimpin yang Loyal terhadap tanggung jawab memang pemimpin yang ideal untuk pembaharuan negeri.

Indonesia memerlukan revolusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun